Jakarta, benang.id – Dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, Belajaraya 2024 hadir sebagai ajang kolaborasi nasional yang mengajak semua pihak, untuk bersama-sama menghadapi tantangan besar di sektor pendidikan melalui gerakan #KerjaBarengan.
Diselenggarakan oleh jaringan pendidikan Semua Murid Semua Guru di Pos Bloc, Jakarta, Minggu (4/8/2024), acara ini membawa tema “Merayakan Belajar: Kapan Saja, Dimana Saja, dari Siapa Saja”, dan berhasil mengumpulkan lebih dari seribu komunitas dan organisasi pendidikan, serta menarik antusiasme belasan ribu pengunjung. Ngobrol Publik bertajuk “Nilai Sekolah Bukan Segalanya”, menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai di luar prestasi akademis.
Fransiska Oetami, CEO & Co-founder Clevio, mengungkapkan, “Kami menakar tantangan di abad 21 ini, bahwa semakin canggihnya teknologi seharusnya juga harus diiringi oleh manusia yang semakin berkarakter dan manusiawi.”
Ara Kusuma, Youth Years Manager Ashoka Indonesia, menambahkan, “Nilai bagus saja tidak cukup. Kita harus mampu menerapkan ilmu yang kita dapatkan dalam kehidupan nyata.”
Arza Djatmika, Founder & CEO Esports Academy menekankan bahwa pendidikan adalah prioritas utama yang harus kita penuhi, dan memiliki passion di bidang lain seperti gaming dapat menjadi hal yang dapat membuat kita survive di era industri digital.
Musisi Endah N Rhesa juga berbicara tentang pentingnya tanggung jawab dan pembuktian diri dalam mengejar passion di bidang musik. “Ketika sudah menunjukkan minat tertentu kita harus mengamati progress kita seperti apa. Gimana kita dapat menyajikan data, pembuktian kita, maka seharusnya dapat menjadi berkah untuk kita semua,” kata Rhesa.
Ngobrol Publik yang menjadi sorotan utama pengunjung adalah sesi yang mengusung tema “Belajar jadi Pemimpin Bangsa”, yang menghadirkan tokoh-tokoh penting seperti Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan RI), Emil Dardak (Wakil Gubernur Jawa Timur), Salman Subakat (CEO NSEI, Part of Paragon Corp); dan Najwa Shihab (Pendiri Narasi). Nisa Felicia, Direktur Eksekutif PSPK, selaku pemantik diskusi, membuka dengan menyatakan bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh pendidikan formal, tetapi juga faktor-faktor seperti latar belakang keluarga dan lingkungan sosial.
“Leadership is about a sense of capability, bahwa kita memiliki kapasitas untuk menurut hak dan kapasitas untuk bersuara, jadi gunakan hak tersebut untuk mendapatkan kehidupan kita,” ujar Nisa.
Budi Gunadi Sadikin menambahkan, “Pemimpin harus memiliki tujuan, mimpi, serta harapan yang bisa diinspirasikan ke masyarakat. Selain itu, pemimpin harus jujur, amanah, dan mendapatkan rekognisi dari masyarakat.”
Salman Subakat memperluas makna kepemimpinan dengan mengatakan, “Pemimpin adalah yang mampu menjadi penyemangat, perekat, pemikir.”
Emil Dardak juga menekankan, “Kriteria pemimpin menurut saya adalah pemimpin yang bukan menonjolkan kekuasaan tetapi mampu menggerakan dan merasa memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, tidak perlu disuruh tapi ada inisiatif sekecil apapun itu.”
Najwa Shihab, Pendiri Narasi, menyoroti pentingnya hak-hak perempuan dalam kepemimpinan. “Perempuan memiliki potensi kepemimpinan luar biasa, lebih proaktif, memancing komunikasi, dan juga lebih sensitif. Jangan pernah merasa tidak punya kesempatan untuk mewujudkan kemampuan itu,” ujarnya.
Najwa juga menutup dengan mengingatkan masyarakat untuk berani menuntut hak mereka. “Demand your right, if you don’t ask you don’t get anything else, jangan takut dengan penolakan, setidaknya kita berani dan sudah mencoba,” tutupnya.
Belajaraya 2024 menegaskan bahwa pendidikan dan kepemimpinan adalah kunci untuk menghadapi tantangan masa depan. Melalui upaya #KerjaBarengan, semua pihak diajak untuk bekerja sama menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan relevan, guna mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik. (*)