Jakarta, benang.id — Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) pada 9–12 Mei 2025 di Jakarta. Acara ini menurut konfirmasi akan diikuti oleh sekitar 250 peserta, terdiri dari perwakilan LP3KD provinsi seluruh Indonesia, utusan dari keuskupan-keuskupan, para pembimas, perwakilan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), serta jajaran pengurus LP3KN.
Munas ini secara resmi akan dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA pada Sabtu, 10 Mei 2025, di Kantor Kementerian Agama RI dan sebelumnya akan dilakukan Perayaan Ekaristi di tempat yang sama dan akan dipimpin oleh Sekjen Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Paskalis Bruno Syukur.
Kehadiran Menteri Agama menegaskan dukungan pemerintah terhadap penguatan peran umat Katolik dalam kehidupan beragama dan berbangsa, serta dalam pelestarian seni budaya religius.
Tiga agenda utama akan menjadi fokus pembahasan: pengesahan Statuta LP3KN sebagai dasar tata kelola organisasi; persiapan Pesparani Nasional IV tahun 2026; dan pembahasan teknis terkait cabang lomba dalam Pesparani. Munas menjadi forum strategis untuk konsolidasi dan perumusan arah pengembangan iman dan budaya umat Katolik di Indonesia.
Ketua Panitia Munas, Reginal R Capah, menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta. Ia berharap Munas menjadi ruang dialog dan kebersamaan yang mempererat semangat pelayanan.
Sementara itu, Ketua Umum LP3KN, Muliawan Margadana menegaskan bahwa Munas ini diharapkan menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang tidak hanya bermanfaat bagi umat Katolik, tetapi juga bagi kehidupan kebangsaan yang harmonis dan inklusif. Tema Munas 2025, “Merawat Persaudaraan untuk Gereja dan Bangsa”, menegaskan komitmen LP3KN dalam membangun semangat perjumpaan dan persatuan.
LP3KN adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan pesta paduan suara gerejawi Katolik nasional di Indonesia. Lembaga ini didirikan untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya dan musik liturgi Katolik secara partisipatif dan inkulturatif serta meningkatkan iman umat melalui kegiatan pemberdayaan dan peningkatan peran serta umat. (*/GK)
