Jakarta, benang.id – Prof Dr Muhadjir Effendy MAP, menyampaikan bahwa kelulusan merupakan momen yang membuat para wisudawan merasa seolah terlahir kembali.
“Kampus disebut almamater karena dasarnya seperti terlahir kembali,” ujar Prof Muhadjir Effendy dalam Orasi Ilmiah pada acara Wisuda Universitas Paramadina di The Krakatau Grand Ballroom, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, Rabu (28/5/2025)
Wisuda kali ini diikuti 391 lulusan dari program sarjana dan magister yang menunjukkan prestasi akademik membanggakan. Acara wisuda menandai keberhasilan para mahasiswa dalam menempuh pendidikan tinggi dengan kerja keras dan dedikasi tinggi.
Prof Muhadjir menekankan pentingnya menjaga nama baik dan martabat Universitas Paramadina dengan menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Menurut Muhadjir, alumni sejatinya menjadi “iklan hidup” yang mewakili reputasi institusi.

Muhadjir juga menegaskan bahwa untuk keluar dari jebakan middle income trap, bangsa Indonesia harus mengandalkan tiga aspek penting: logika, etika, dan estetika. “Membangun manusia sebagai sumber bangsa harus menggunakan ketiga hal ini secara bersamaan karena sesuatu yang indah belum tentu baik, dan yang baik belum tentu benar dan juga indah,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan sumber daya manusia harus tidak hanya benar secara fakta, tetapi juga baik secara etis dan indah secara estetika.
Sementara itu Rektor Prof Didik J Rachbini MSc PhD, mengatakan bahwa melalui wisuda ini, Universitas Paramadina kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak lulusan berkualitas yang siap memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina, Dr Fatchiah E Kertamuda MSc melaporkan data wisudawan tahun ini. Ia menyampaikan bahwa dari total 391 wisudawan, 243 berasal dari program sarjana dan 148 dari program magister.
Prestasi akademik mereka sangat membanggakan, dengan 84 lulusan meraih predikat cumlaude (IPK 3,50-3,75 untuk sarjana dan 3,76-3,85 untuk magister), 51 lulusan meraih magna cumlaude (IPK 3,76-3,99), serta dua mahasiswa yang memperoleh predikat summa cumlaude dengan IPK sempurna 4,00.
Fatchiah menekankan pentingnya pendidikan sebagai kunci pemutusan lingkaran kemiskinan di Indonesia. Ia menyatakan bahwa bantuan sosial tidak cukup tanpa akses pendidikan yang memadai. “Jika diberikan akses dan dorongan kepada mereka, maka mungkin ada mutiara-mutiara yang dapat memutuskan rantai kemiskinan itu,” katanya. (*/GK)