Friday, November 22, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalPadre Marco Temukan Kembali Sejarah Panggilan Hidupnya di 2 Teks Kitab Suci...

Padre Marco Temukan Kembali Sejarah Panggilan Hidupnya di 2 Teks Kitab Suci Ini (2)

Bapak, Ibu, saudara-saudari!

Nabi Yeremia mengawali Kitabnya dengan cerita tentang peristiwa panggilan Tuhan atas dirinya.

Hidup pada 600-an tahun sebelum Kristus tidak jauh dari kota Yerusalem, dan berasal dari keluarga Imam, Yeremia berkonfrontasi pada masa mudanya dengan nasib Yerusalem yang kian hari kian dramatis.

Yerusalem dengan Bait Allah yang megah terancam runtuh oleh serangan Kerajaan Babilonia. Penduduk-penduduk Yudea di selatan tidak mempunyai pilihan selain akan digiring ke pengasingan di Babilonia. Di lain pihak, bertekuk lutut di hadapan raja Nabukadenzar dan pasukannya adalah solusi untuk selamat, akan tetapi ternyata bukan merupakan pilihan penduduk Yerusalem.

Di tengah bahaya kehancuran umat pilihan Yahwe yang disimbolkan melalui keruntuhan Bait Allah sebagai simbol kebanggaan atau supremasi iman dan keagamaan umat Yahudi, tempat tinggal Yahwe di antara manusa, dan pusat ritual perayaan kehadiranNya di antara umatNya, justru di sini – Yeremia dipanggil Tuhan untuk menyelamatkan situasi. Panggilan: Sebuah urgensi.

Argumen-argumen tentang ketidakmampuan Yeremia ditepis Tuhan secara kategoris, satu demi satu, sambil menghantar Yeremia kepada kesadaran bahwa panggilannya bukan sebuah perkara pribadi tanpa melibatkan siapa-siapa, tetapi semata-mata Rencana dan keputusan Tuhan, bahkan sudah bermula jauh sebelum kehadiran Yeremia di dalam rahim ibu. Tuhan menjelaskan riwayat panggilan Yeremia melalui tahapan-tahapan dengan menggunakan empat “kata kerja“ yang menakjubkan:

“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”

Ketika Tuhan memanggil, Ia membentuk, mengenal, menguduskan, dan menetapkan. Ia menetapkan pula, kepada siapa utusanNya pergi, dan melengkapkan dia dengan kemampuan- kemampuan yang dibutuhkan.

Yang menarik perhatian saya di dalam riwayat ini, bahwa panggilan Yeremia sekaligus memiliki dimensi universal: artinya dipanggil dan ditetapkan sebagai Nabi bagi bangsa-bangsa. Ia dipanggil Tuhan untuk keluar dari lingkungan yang sempit, yang sudah dia kenal dan dia cintai, keluar dari batas-batas teritori psikologis dan geografis, mula-mula berusaha untuk mendamaikan Yerusalem dan Nebukadnezar dan menghindari bahaya terburuk, yakni Yerusalem tanpa Yahwe; dunia tanpa Tuhan. Manusia tanpa kebangaan spiritual

Sebagai orang pilihan, Yeremia tidak luput dari berbagai tantangan dan kesulitan: Ditolak, kualitas pribadi yang jauh dari sempurna dan merasa diri masih terlalu muda di hadapan tugas berat. Demikianlah! Seorang terpilih tidak pernah luput dari rasa kemanusiaannya yang terbatas dan mudah terluka.

Puncak dari rentetan ketegangan dalam cerita antara Yahwe dan Yeremia adalah janji penyertaan Yahwe kemanapun Yeremia pergi: “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau…“. Misi Yeremia kini menjadi misi Tuhan; Missio humana menjadi (fit) Missio Dei. Bersama Tuhan tidak ada lagi rasa takut. Demikian kata pemazmur: “…dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok” (Mzm 18:29).

Baca selanjutnya di

https://benang.id/padre-marco-temukan-kembali-sejarah-panggilan-hidupnya-di-2-teks-kitab-suci-ini-3/

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments