Roma, benang.id – Masyarakat dunia mengakui bahwa Paus Fransiskus adalah paus yang spesial, unik, dan menakjubkan. Jorge Mario Bergoglio—demikian nama kecilnya– merupakan paus pertama yang mengambil nama Francis atau Fransiskus. Ia juga imam Jesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia pertama yang terpilih sebagai Paus.
Meskipun merupakan anggota Serikat Jesus (Jesuit), Jorge Mario Bergoglio adalah pengagum St Fransiskus Asisi, orang suci yang menjadi simbol perdamaian, kemiskinan, pecinta lingkungan hidup, kerendahhatian, kesederhanaan, dan pandai bicara dengan binatang.
Maka sangat logis, jika saat menjadi Paus, Jorge Mario Bergoglio meneladani patronnya. Ia tidak hanya bersahaja dan sederhana, ia bahkan mengubah cara pandang terhadap seorang Paus dengan memberi perhatian besar kepada kaum miskin, perdamaian dan lingkungan hidup. Ensiklik Laudato Si adalah dokumen yang dikeluarkan Paus Fransiskus yang berisi tentang Bumi sebagai Rumah Bersama, yang harus dipelihara dan dijaga.
Paus Fransiskus merupakan pribadi yang sangat spontan, humoris dan pecinta seni. Selain mengagumi lukisan, Paus Fransiskus suka menari khususnya Tango, dan pecinta musik klasik dengan Wolfgang Amadeuz Mozart dan Johann Sebastian Bach sebagai komposer favoritnya.
Selain informasi yang sudah diketahui umum di atas, masih banyak hal-hal unik lainnya dari pribadi Paus Fransiskus. Pastor Markus Solo Kewuta SVD, satu-satunya pejabat Vatikan asal Indonesia saat diwawancarai ONTV akhir April 2024 lalu di depan Koloseum, Roma, Italia mengungkapkan beberapa di antaranya. Klik https://www.youtube.com/watch?v=XmNcUpmG1I0
Menurut Padre Marco –demikian ia akrab disapa—Paus Fransiskus merupakan sosok yang sangat rendah hati, sangat sederhana, sangat komunikatif, dan sangat manusiawi. Salah satu contoh adalah saat dirinya bertemu pertama kali dengan Paus Fransiskus pada 2013.
“Waktu itu beliau dengan saya tertawa dengan sangat kerasnya. Saya belum pernah melihat, mendengar seorang Paus yang tertawa terbahak-bahak. Karena waktu itu kita mau berbicara dalam bahasa Jerman tetapi ada kesalahpahaman di antara kami berdua menyangkut satu kata saja beliau langsung meledak ketawanya itu,” tutur Padre Marco seraya tertawa.
Paus Fransiskus, lanjut Padre Marco, juga sangat human. Paus tidak suka jika banyak orang yang merasa lapar. “Pernah beliau menawarkan roti kepada penjaganya sendiri. Ketika masih bisa berjalan, beliau juga bisa turun dan menyamar bertemu dengan orang-orang yang homeless, tanpa rumah, orang gelandangan, pengemis, dan berbicara dengan mereka. Atau tiba-tiba muncul di lapangan Santo Petrus bertemu dengan orang-orang dan melayani Sakramen Pengakuan,” beber Padre Marco.
“Paus Fransiskus juga dekat dengan semua orang termasuk dengan anak-anak. Membasuh kaki orang sambil menciumnya. Semuanya ini merupakan ekspresi dari kerendahan hati yang sangat tulus dan ikhlas. Jadi karakter-karakter kuat yang saya terima dan saya lihat dari Paus Fransiskus kurang lebih seperti itu,” papar Padre Marco.
Indonesia ibarat harta karun
Terkait dengan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September mendatang, Padre Marco menyatakan sangat senang. Sebagai orang yang sudah lama bekerja di Tahta Suci Vatikan, ia menilai kunjungan Paus kali ini merupakan perjalanan yang sangat panjang dan itu yang membuatnya sangat terkesan, betapa pentingnya kunjungan ini bagi Gereja, dan bangsa Indonesia.
“Indonesia itu saya ibaratkan harta karun yang letaknya jauh sekali, dan menuntut Bapa Paus untuk menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk bisa menemukannya. Dan keputusan ini sangat bagus dan saya dukung sepenuh hati,” tutur Padre Marco.
Untuk mendengarkan cerita Padre Marco tentang interaksi dirinya dengan Paus Fransiskus selama ini silakan klik https://www.youtube.com/watch?v=QFGjjoYH6wg
Bersatu hati dan pikiran sukseskan kunjungan Paus
Padre Marco mengatakan bahwa mata dunia akan tertuju ke Indonesia. Indonesia seperti diangkat ke panggung internasional. Ia menilai bahwa kunjungan ini sangat bersifat historis, dan sangat penting bukan saja bagi Gereja Katolik Indonesia namun juga bangsa dan Negara.
“Oleh karena itu saya mengajak Gereja Katolik, dan juga bangsa dan Negara kita semua untuk bekerja sama, bersatu hati dan pikiran menyumbangkan apa saja yang kita miliki untuk mensukseskan kunjungan Bapa Paus ini,” katanya. (*)