Jakarta, benang.id – Pada akhir perdagangan Jumat (27/9/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,60% menjadi 7.696,91 dari posisi pekan lalu 7.743. Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus menjelaskan pelemahan IHSG tersebut terpengaruh 2 top losers IDX CYCLIC yang melemah sebesar -1,76% dan IDX TRANS yang melemah -1,70%.
“Sementara itu 2 top gainers yang menopang IHSG sehingga tidak melemah terlalu dalam, yakni IDX ENERGY yang tumbuh 3,66% tersokong saham-saham tambang batu bara dan IDX BASIC yang menguat sebesar 5,35% tersokong saham-saham mineral logam,” jelas Angga di Jakarta, Minggu (29/9/2024).
Lebih lanjut Angga menjelaskan pergerakan market dalam sepekan lalu (23-27 September 2024) terdampak 3 sentimen utama, yakni stimulus jumbo China, outflow asing di IHSG dan rotasi ke China serta cukai rokok yang tidak naik pada 2025.
Diketahui, pada Selasa, 24 September 2024 lalu, People’s Bank of China (PBoC) menerbitkan stimulus kebijakan moneter untuk menopang target pertumbuhan ekonomi. Stimulus tersebut mencakup penurunan suku bunga 7DRR menjadi 1.5% (vs 1.7% sebelumnya), penurunan giro wajib minimum perbankan sebesar 50bp untuk meningkatkan likuiditas sebesar $142bn dg potensi penurunan lanjutan sebesar 25-50bp, +$114bn stimulus likuiditas untuk pasar saham dan relaksasi KPR senilai total $5.2Tr dan mempermudah aturan pembelian rumah kedua dengan penurunan DP menjadi 15% (vs. sebelumnya 25%).
“Bursa saham China dan Hong Kong mengalami lonjakan kenaikan setelah stimulus ini. Dampaknya ke Indonesia, jika ekonomi China membaik karena stimulus ini maka demand perdagangan akan kembali naik terutama untuk permintaan mineral logam. Alasannya jelas, China merupakan konsumen utama untuk komoditas dunia. China merupakan pangsa pasar ekspor terbesar dari Indonesia,” tandas Angga.
Dengan stimulus ini maka rotasi sektor mulai terjadi dari sektor perbankan ke sektor komoditas dan mineral logam seperti saham-saham MDKA, TINS, INCO, MBMA, ADRO, PTBA dan lain-lainnya.
Selanjutnya terkait sentimen outflow Asing di IHSG dan rotasi ke China, investor asing mencatatkan aksi jual masif dan melakukan rotasi ke indeks di China dan Hong Kong. Asing mencatatkan penjualan sebesar 4,3 Triliun selama seminggu kemarin dan mengurangi posisi di Indonesia, lalu berpotensi pindah ke China yang menerapkan stimulus jumbo tersebut. Tercatat asing melakukan penjualan terbesar di saham BBRI, BREN, BMRI dan BBCA.
Sementara itu, terkait sentimen cukai rokok yang tidak naik pada 2025, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani menyatakan arah kebijakan cukai hasil tembakau (CHT) pada 2025 tidak akan melingkupi penyesuaian tarif cukai rokok, tetapi pemerintah akan mempertimbangkan kenaikan harga jual eceran (HJE) rokok di level industri.
Salah satu pertimbangan untuk tidak mengubah kebijakan CHT pada 2025 ialah terus munculnya fenomena down trading rokok, yakni fenomena yang terjadi ketika konsumen beralih pada produk rokok lebih murah.
“Emiten-emiten rokok HMSP GGRM dapat diuntungkan karena potensi beban COGS pita cukai rokok tidak mengalami kenaikan. Bukan rahasia lagi, beban pita cukai menjadi beban utama emiten rokok,” jelasnya.
Sentimen dan Rekomendasi IPOT Minggu Ini
Berbicara tentang potensi market pada sepekan mendatang 30 September – 4 Oktober 2024, Angga mengimbau para trader untuk memantau 2 sentimen utamanya yakni inflasi dan PMI Indonesia serta pergerakan investor asing.
Terkait sentimen inflasi dan PMI Indonesia, Angga menyebutkan inflasi Indonesia diprediksi meningkat tipis ke 2,3% dan PMI diharapkan dapat kembali ke atas level 50 yaitu level ekspansif.
Sementara itu terkait sentimen investor Asing, pergerakannya patut dipantau pada Senin, terutama 30 September merupakan penutupan kuartal ketiga dan biasanya akan terjadi rebalancing.
“Akan bagus jika investor asing kembali mencatatkan aksi beli di saham-saham blue chip kita pada bulan Oktober pasca rebalancing di minggu terakhir September.
Berkaca pada data-data ekonomi dan sejumlah sentimen, teristimewa stimulus jumbo China yang Masih akan memengaruhi market pekan ini, PT Indo Premier Sekuritas yang baru saja meluncurkan “Power Fund Series” sebagai inovasi produk baru di platform IPOT Fund untuk menyetarakan akses pasar modal bagi investor kecil dan investor besar, merekomendasikan 3 saham dan 1 Power Fund Series untuk trading pada minggu ini hingga Jumat, 4 Oktober 2024.
- Buy on Breakout PTBA (Support 3.040, Resist 3.400). Sentimen stimulus jumbo China pada emiten PTBA masih sangat kuat. Harga batu bara terus membara pada akhir pekan lalu tertopang stimulus besar dari China untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi negaranya. IPOT merekomendasikan entry buy on breakout PTBA di 3.040.
- Buy ADRO (Support 3.780, Resist 4.160). Gebrakan China dengan meluncurkan paket stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi berdampak pada emiten di Indonesia, termasuk pergerakan saham ADRO. IPOT merekomendasikan entry buy ADRO di 3.910.
- Buy LPPF (Support 1.570, Resist 1.750). Kembalinya aktivitas ekonomi dan biaya konsumsi yang akan lebih rendah kedepannya karena suku bunga diturunkan menjadi sentimen positif untuk emiten ritel yang akan kembali boost konsumsi masyarakat secara overall.
4. Reksa Dana Premier ETF IDX High Dividend 20 (XIHD). Reksa dana Power Fund Series (PFS) yang merupakan inovasi reksa dana saham indeks, khususnya XIHD, layak dikoleksi di tengah koreksi saham big banks. BBRI memiliki porsi terbesar di sini dengan dividend yield yang atraktif kedepannya karena kinerja yang solid. Selain itu, saham-saham yang berdampak positif stimulus China seperti ADRO dan PTBA juga ada dalam portofolio XIHD. (*)