Jakarta, benang.id — Memperingati World IVF Day (Hari Bayi Tabung Sedunia) pada 25 Juli 2025, PT Merck Tbk menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung sepenuhnya upaya perluasan akses IVF terbaik bagi masyarakat Indonesia dengan memberikan solusi keterjangkauan, dan pendampingan pasien.
Sebagai pionir dan pemimpin di bidang fertilitas, pendekatan Merck tidak hanya ilmiah dan berbasis Assisted Reproductive Technology (ART), tetapi juga dilandasi kepedulian dan empati terhadap pasien. Merck percaya bahwa perawatan kesuburan (fertilitas) di Indonesia merupakan solusi efektif dalam menjaga tingkat rasio populasi yang sehat agar bisa mendorong perekonomian menjadi lebih baik.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 10-15% pasangan di Indonesia mengalami masalah infertilitas. Hal ini diperkuat data World Population Prospects, pada 1990 Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih di level 3,10.
Kemudian di tahun-tahun berikutnya TFR bergerak turun hingga mencapai 2,15 pada tahun lalu. Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah berkurang 30,64% selama periode 1990-2022.
Evie Yulin, President Director of PT Merck Tbk, menyatakan Merck sangat bangga menjadi pemimpin dalam perawatan fertilitas selama beberapa dekade, dengan lebih dari 100 tahun pengalaman dalam penelitian dan perawatan pasien.
“Kami tetap teguh terhadap komitmen untuk mendukung para ahli IVF guna menghadirkan akses perawatan dengan berfokus pada kepuasan dan hasil yang lebih baik bagi masyarakat. Tahun ini jadi momen berarti bagi kami, karena lebih dari 6 juta bayi telah lahir di seluruh dunia lewat teknologi ART yang didukung Merck. Semua pencapaian mendorong kami untuk terus belajar dan bekerja sama sebagai One Team, One Mission: #AsOneForPatients,” ujarnya.
Merck meyakini bahwa fertilitas seharusnya menjadi hak semua orang. Untuk itu, Merck secara aktif mendorong akses pasien terhadap perawatan kesuburan melalui inisiatif inklusi asuransi, termasuk bermitra dengan pemangku kepentingan nasional dan penyedia asuransi swasta.
Dengan kerja sama tersebut, bertujuan membantu menjembatani tantangan biaya, agar lebih banyak pasangan yang dapat mewujudkan impian memiliki anak tanpa terbebani secara finansial. Upaya ini juga menjadi bagian penting dalam memperluas akses program fertilitas yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Prof Dr dr Budi Wiweko SpOG Subsp FER MPH FRANZCOG (Hons) FICRM – Ketua Umum PP POGI mengatakan, seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan keahlian dalam program bayi tabung di Indonesia telah mencapai standar yang setara dengan negara-negara terkemuka lainnya. Para dokter dan klinik di Indonesia sudah membuktikan kredibilitas tinggi mereka dalam menyediakan layanan ART yang berkualitas dan sesuai dengan standar global.
“Kini, tantangan yang harus kita hadapi adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan ini, agar semakin banyak pasangan yang merasakan manfaat dan kesempatan untuk mewujudkan impian memiliki buah hati. Mari bersama-sama mendorong lebih banyak orang untuk memanfaatkan layanan kesehatan yang inovatif dan berkualitas ini,” ujar Prof Budi Wiweko.
Komitmen Merck tidak hanya terbatas pada penyediaan pengobatan berbasis sains, tetapi juga berfokus pada pendekatan yang berpusat pada pasien untuk meningkatkan pengalaman mereka selama menjalani program IVF.
Untuk mendukung hal ini, Merck menyediakan serangkaian alat bantu berbasis nilai, termasuk alat komunikasi yang dirancang untuk membantu tenaga medis menjelaskan prosedur IVF serta harapan kepada pasien dengan cara yang lebih jelas dan mudah dipahami.
Selain itu, Merck juga menghadirkan alat survei komprehensif yang digunakan untuk memetakan dan mengevaluasi setiap tahapan perjalanan pasien di tingkat klinik, dengan tujuan mengidentifikasi tantangan emosional dan logistik yang dihadapi pasien.
Temuan dari alat ini dapat menjadi dasar bagi perbaikan layanan yang bermakna dan lebih selaras dengan kebutuhan pasien n hanya soal hasil klinis, tapi bagaimana dokter membangun komunikasi yang empatik dan transparan dengan pasien. Hal ini karena keberhasilan dalam IVF tidak semata ditentukan oleh teknologi, tapi oleh rasa percaya, kenyamanan, dan dukungan emosional selama prosesnya.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap IVF diperlukan kolaborasi yang lebih erat dari berbagai pemangku kepentingan. Karena itu, Merck memfasilitasi dialog antara pemangku kepentingan melalui penyelenggaraan 7th Indonesia Learning Initiative for Fertility Experts (LIFE) baru-baru ini. Mengangkat tema “Advancing the Journey in ART”, 340 ahli fertilitas di Indonesia dipertemukan dengan perwakilan dari perawat, konselor, manajer klinik, hingga komunitas pasien guna mendefinisikan kembali apa arti kesuksesan dalam teknologi reproduksi berbantuan.
Wenny Aurelia, Founder & Chairwoman Endometriosis Indonesia, menambahkan bahwa tantangan fertilitas bukan hanya persoalan medis. Pasien IVF sering kali menghadapi stres, rasa takut gagal, dan kebingungan akibat kurangnya transparansi. “Kami berharap klinik danpenyedia layanan fertilitas dapat mengedepankan empati dan komunikasi yang jelas dan mengedukasi sejak awal,” ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya, Merck memberikan pendampingan kepada karyawannya yang ingin memiliki buah hati untuk menjalani Program Tunjangan Fertilitas (Fertility Benefit Program). Program inovatif ini tidak hanya menawarkan dukungan finansial, tetapi menyediakan solusi komprehensif bagi karyawan dan pasangan untuk mewujudkan impian menjadi orang tua. Merck memastikan apa yang paling dicari oleh pasien adalah empati yang tulus, komunikasi yang jelas, dan dukungan emosional selama masa-masa sulit dalam pengobatan. (*/GK)