Yogyakarta, benang.id – Dalam rangka mempersiapkan kaum muda untuk dapat melanjutkan karya pelayanan gereja di masa depan, Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan Jogja Barat dan Jogja Timur bekerjasama dengan WKRI DPD DIY, DPD ISKA DIY dan Pemuda Katolik Komda DIY kembali mengadakan Kerja Pendidikan Kader.
Pelaksanaan Kerja Pendidikan Kader ini diketuai oleh YB Arya Primantana dengan Ketua SC Petrus Eko Nugroho.
Kerja kaderisasi ini diharapkan menumbuhkan kesadaran diri peserta kaderisasi akan potensi yang dimilikinya, bagaimana cara mengasah/menempa diri agar potensi yang dimiliki dapat berguna dalam karya misi pelayanan gereja yang megikuti perkembangan jaman tanpa kehilangan pokok iman akan Jesus sebagai anak sulung gereja.
Kegiatan yang digelar tiga hari pada 19-21 Mei 2023 ini diikuti oleh 21 peserta dari paroki-paroki yang berada di bawah koordinasi Kevikepan Yogyakarta Barat dan Kevikepan Yogyakarta Timur.
Pada hari pertama, dalam materinya terkait spiritualitas Katolik, Romo Mulyatno Pr menekankan pentingnya kaum muda yang berpengetahuan luas dan rendah hati yang mampu bergaul dengan sesama anak bangsa tanpa kehilangan jati dirinya sebagai orang katolik
Pada hari kedua, dalam sesi gereja dan politik, Romo Yudono Suwondo Pr lebih menekankan agar peserta kaderisasi berani tampil dan tidak malu tampil dengan identitas sebagai orang Katolik.
“Berani menampilkan diri sebagai terang bagi dunia yang mampu menjadi pembawa kabar bahagia bagi masyarakat sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan dan menampilkan diri sebagai sesama anak bangsa yang menghargai pluralisme. Mengembangkan dan membangun kebersamaan dengan sesama anak bangsa Indonesia untuk terwujudnya masyarakat yang bertoleransi dalam kebhinekaan,” tutur Rm Suwondo.
Selanjutnya, dalam sesi ekonomi dan politik, masih di hari kedua, Mahestu N Krisjanti mengajak kaum muda untuk berani menjadi pengusaha-pengusaha di masa selepas kuliah untuk mendukung kemajuan Indonesia.
“Belajar dari usaha dengan risiko yang mempu dan ikhlas kita tanggung dalam artian tidak perlu langsung menjadi pengusaha besar. Belajar dari usaha yang kecil sampai akhirnya mampu menjadi pengusaha besar. Karena gereja juga membutuhkan dana-dana yang tidak sedikit dalam karya perutusannya yang harus didukung oleh warga gereja seutuhnya,” papar Mahestu.
Dalam sesi manajemen konflik –juga di hari kedua pelatihan—pemberian materi dilakukan dengan model game yang menunjukkan kebiasaan keegoisan kelompok atau individu yang tidak cermat membaca aturan kehidupan bersama/ dasar hidup bersama. Berebut untuk kepentingan kelompoknya sendiri atau untuk kepentingannya sendiri dengan caranya sendiri yang tanpa sadar melanggar dasar/peraturan hidup bersama yang telah disepakati.
Setelah permainan selesai peserta kembali disadarkan akan peraturan yang dibacakan sebelum acara game, akhirnya peserta menyadari bahwa ada kesempatan dan kewenangan yang dimiliki untuk saling berdiplomasi agar semua mendapatkan yang dibutuhkan tanpa harus egois hanya memandang kepentingan kelompok sendiri yang harus terpenuhi tanpa menghiraukan kepentingan kelompok lain.
Pada hari kedua ini, peserta juga mendapatkan materi peran orang Katolik di dalam masyarakat atau negara saat ini. Pemberi materi mengajak peserta untuk melihat sejarah masa lampau berperan sertanya orang-orang Katolik dalam pergerakan meraih kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan juga peran di jaman Soekarno, Soeharto dan di jaman reformasi.
Pemateri juga memberikan semangat bagi peserta untuk mencari dan menemukan potensi diri agar peserta ke depannya dapat memberikan kontribusi bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak hanya di masa-masa pemilu tetapi dalam kesehariannya.
Peserta juga menyadari bahwa di saat ini ada potensi bahaya disintegrasi bangsa akibat dari beberapa tokoh negara yang tidak lagi mendasarkan kehidupan berbangsa dan bernegaranya dengan dasat UUD 1945 dan Pancasila. Yang mereka lakukan justru melakukan pembelahan masyarakat karena kepentingan politik kelompoknya sendiri.
Sementara itu pada hari ke-3 pelatihan, pada sesi posisi Indonesia di kancah global, Dr G Sri Nurhartanto SH LLM, yang juga Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) memberikan pencerahan bahwa Indonesia saat ini sedang menjadi negara yang kembali diperebutkan kekayaan alamnya oleh bangsa-bangsa lain terutama oleh negara-negara maju.
Oleh karena itu, Sri Nurhartanto mengajak agar peserta menyiapkan diri dengan belajar untuk menjadi ahli-ahli yang akan mendukung Indonesia menjadi negara yang berdikari. “Mandiri dalam mengelola alam dan menjadi negara maju di segala bidang,” tuturnya. (*)