Beijing, benang.id – Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk melawat ke China, 8-10 November 2024 sebagai kunjungan perdana ke luar negeri setelah dilantik menggantikan Joko Widodo (Jokowi) 20 Oktober lalu merupakan langkah yang sangat tepat mengingat hubungan RI-China tengah mesra-mesranya saat ini.
Hubungan mesra kedua Negara itu dikemukakan Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun saat menerima rombongan asal Indonesia yang dipimpin oleh AM Putut Prabantoro, Taprof bidang Ideologi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI yang bersilaturahmi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, China, Kamis (24/10/2024). Ikut dalam rombongan tersebut Herman Handoko (CEO Pinjam Modal/ PT Finansial Integrasi Teknologi), Erben Norman (COO PT Bersama Untuk Nusantara), dan Ichwan Peryana (Direktur Pinjam Modal).
Rombongan ini mengunjungi KBRI China di Beijing setelah mengikuti The Second Session of The 2024 UCLG ASPAC Executive Bureau and The 2024 Council Meetings di Zhengzhou, Ibukota Provinsi Henan, China. Dalam konferensi pemerintah daerah/kota se-Asia Pasifik itu, AM Putut Prabantoro dan Ichwan Peryana tampil sebagai pembicara.
Baca juga:
- https://benang.id/am-putut-prabantoro-pemda-di-asia-pasifik-perlu-promosikan-perdamaian-demi-peradaban-dunia/
- https://benang.id/ciptakan-kota-cerdas-dan-hijau-pemda-harus-manfaatkan-ai-dan-berkolaborasi-dengan-bisnis-dan-startup/
- https://benang.id/uclg-aspac-berkomitmen-ciptakan-kota-ramah-lingkungan-digital-dan-berteknologi-tinggi/
“Kita dengan China sedang bagus-bagusnya. Saat saya masuk sini perdagangan kita hanya US$ 72 miliar,” kata Djauhari yang sudah 7 tahun menjabat Dubes RI untuk China ini. “Pada 2023, nilai perdagangan RI-China mencapai hampir US$140 miliar, itu artinya naik lebih dari 90% dalam lima tahun,” imbuhnya.
Selanjutnya, Djauhari mengungkapkan bahwa ada lima potensi yang dapat dimanfaatkan peluangnya oleh pengusaha Indonesia untuk menembus pasar China. Pertama, Indonesia sejak tahun 2021 terus mencatatkan surplus nilai perdagangannya dengan China. Pada 2023 Indonesia mencatat surplus US$9 miliar.
Kedua, China semakin menganggap Negara-negara ASEAN bermakna. Menurut Djauhari, nilai perdagangan China dengan Negara-negara ASEAN sudah mengungguli nilai perdagangan China dengan Uni Eropa, dan China dengan Amerika Serikat. Yakni mencapai US$715,76 miliar dibanding US$588,06 miliar, dan US$505,40 miliar.
Ketiga, peringkat Indonesia terus meningkat dibanding Negara-negara ASEAN lainnya terkait nilai perdagangan dengan China. Waktu pertama kali Djauhari bertugas di Beijing Indonesia berada di ranking ke-5 ASEAN, pada tahun 2023 RI naik ke ranking 3. Dengan Vietnam di US$229,73 miliar, disusul Malaysia di US$190,29 miliar. “Lima-enam tahun lagi mungkin saja kita menyalip Malaysia,” tandas Djauhari.
Adapun potensi keempat adalah laku kerasnya makanan dan minuman (mamin) dan juga alas kaki sebagai komoditas ekspor ke China. Diketahui, pada 2023 impor alas kaki secara global ke China mencapai US$74,47 miliar atau naik 2,3 kali lipat dibanding tahun 2019. Menurut Djauhari, pengusaha Indonesia harus melihat peluang tersebut mengingat data impor China di sektor alas kaki, pangsa pasar Indonesia di angka US$977,9 juta atau hanya 1,3%.
Terakhir, atau potensi kelima yaitu semakin besarnya jumlah penduduk kelas menengah di China, yang mencapai lebih dari 500 juta atau dua kali total penduduk Indonesia. Ini menyiratkan tingginya daya beli masyarakat China.
Tangkap peluang ekspor
Menanggapi penjelasan Dubes Djauhari, COO PT Bersama Untuk Nusantara, Erben Norman mengungkapkan bahwa pihaknya mulai mempertiimbangkan untuk bisa menembus ekspor ke China, utamanya untuk produk yang melimpah di Indonesia sebaliknya terbatas di China.
“Kami melihat ada potensi di perbumbuan, seperti lada yang terkenal baik kualitasnya. Di China jadi makanan sehar-hari sementara di Indonesia yang makan tidak banyak,” jelasnya.
Ia pun menjelakan bahwa PT Bersama Untuk Nusantara memiliki 150 cabang distribusi dari Aceh hingga Ternate. Perusahaan tersebut kini fokus pada distribusi barang kebutuhan sehari-hari berskala nasional dan berbasis teknologi. Ia menandaskan jika ada maufaktur China yang membangun pabrik di Indonesia, pihaknya siap menangangi distribusi produk mereka.
Sedangkan CEO Pinjam Modal (PT Finansial Integrasi Teknologi) Herman Handoko mengharapkan dapat bekerja sama dengan perusahaan teknologi China utamanya yang berbasis artificial intelligence /AI (kecerdasan buatan) dan cyber security (keamanan siber). “Tujuannya untuk meningkatkan kecepatan layanan dan keamanan data,” jelas Herman.
Ia menjelaskan bahwa Pinjam Modal selama ini membantu akses permodalan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan teknologi yang menyertakan AI. “Dengan teknologi ini kami menilai risiko lebih cepat dan akurat, sehingga efisiensi dan andal dalam proses persetujuan kredit,” jelasnya.
Herman menambahkan, sejak berdiri tahun 2017 Pinjam Modal telah menyalurkan kredit lebih dari Rp7 trliun kepada 25 ribu pelaku UMKM, dengan 90%-nya bergerak di bidang FMCG (produk konsumen), mulai dari toko kelontong, pasar basah, grosis, hingga distributor.
Menutup perbincangan dan menanggapi uraian tamunya, Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun menyatakan bahwa dirinya akan berupaya menghubungkan para pengusaha Indonesia dengan investor potensial dari China. “Itu pekerjaan saya, hampir setiap bulan saya bawa investor China ke Indonesia, kemarin saya bawa 60,” ujar Dubes yang akrab disapa Pak Jo ini. (*/GK)