Monday, June 16, 2025
No menu items!
spot_img
HomeNasionalSambut Indonesia Emas 2045, Generasi Muda Harus Persiapkan Diri Jadi Pemimpin

Sambut Indonesia Emas 2045, Generasi Muda Harus Persiapkan Diri Jadi Pemimpin

Karawaci, benang.id – Generasi muda yang saat ini berada di usia 17-19 tahun sudah seharusnya menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri dan menguasai bidang masing-masing. Pasalnya, mereka bakal menduduki tampuk pimpinan nasional saat Indonesia berusia 100 tahun atau mencapai tahun keemasannya pada tahun 2045.

Demikian dikemukakan AM Putut Prabantoro SH MIKom, dalam One Day Workshop dengan tema “Pancasila dalam Aksi” yang digelar Yayasan Yaski, Heartline Radio, dan DPD IKAL Lemhannas Provinsi Banten, di Gedung Heartline Center, Villa Permata, Jl. Permatasari Lippo Karawaci Tangerang, Sabtu (14/6/2025).

“Sekarang 2025, Indonesia Emas 2045, jadi kalian khususnya generasi Z tinggal punya waktu 20 tahun untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Mungkin generasi Milenial, dan sedikit X masih bisa mengalami masa keemasan Indonesia, namun tidak bagi kami generasi Baby Boomer dan sebagian besar X. Apakah di 2045 Indonesia masih ada? Apakah NKRI masih utuh, apakah 17 ribu sekian pulau masih milik kira atau sudah dijual? Nah, itu tugas kalian semua yang bisa saja jadi menteri, kepala daerah, anggota DPR, politisi, dan seagainya,” tutur Putut Prabantoro.

AM Putut Prabantoro SH MIKom, saat menyampaikan materi dalam One Day Workshop dengan tema “Pancasila dalam Aksi” di Gedung Heartline Center, Villa Permata, Jl. Permatasari, Lippo Karawaci Tangerang, Sabtu (14/6/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Dalam Sesi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), AM Putut Prabantoro memberikan pemahaman tentang konsep dan prinsip NKRI yang harus dijaga dan dipertahankan oleh seluruh warga negara, khususnya generasi muda dan juga topik-topik serta isu relevan yang ada di tengah masyarakat khususnya persoalan yang dihadapi generasi muda sekarang.

Putut Prabantoro mengingatkan bahwa pada 2045 Indonesia telah berubah, menyesuaikan perubahan dunia secara keseluruhan. Digitalisasi sudah menjadi kehidupan sehari-hari dan menyeluruh seluruh Indonesia. Banyak pekerjaan menggunakan robot, atau pun kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Pada akhirnya, Persaingan pekerjaan tidak hanya dengan manusia saja, tetapi juga dengan AI.

“Yang menjadi pertanyaan adalah, kalian mau membawa Indonesia ke mana? Apa yang akan kalian persiapkan bagi diri sendiri agar kelak menjadi pemimpin nasional?,” kata Putut Prabantoro.

Sila Ketiga sebagai Kekuatan

AM Putut Prabantoro SH MIKom, saat menyampaikan materi dalam One Day Workshop dengan tema “Pancasila dalam Aksi” di Gedung Heartline Center, Villa Permata, Jl. Permatasari, Lippo Karawaci Tangerang, Sabtu (14/6/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Putut Prabantoro menegaskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, sumber segala sumber hukum dan juga filosofi kehidupan bangsa merupakan ideologi yang paling pas bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan. Kebhinnekaan Indonesia terlihat dari banyaknya suku, bahasa, budaya, dan agama, bahkan makanan.

Putut Prabantoro menekankan pentingnya Sila Ketiga yang menjadi kekuatan Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Menurutnya, jika ingin menguasai Indonesia, cara yang paling mudah yakni menghancurkan Sila Ketiga. Caranya dengan melakukan adu domba yang kemudian menmbulkan konflik. Konflik antar agama, antar suku, antar ras, antara orang miskin dan kaya, antar siswa, antar mahasiswa, antar orang tua dan sebagainya.

Terkait era media sosial (Medsos), Putut Prabantoro mengingatkan generasi muda untuk mewaspadai dengan istilah FOMO – Fear Of Missing Out atau kekhawatiran tidak up to date, tidak kekinian, tidak gaul atau dianggap sebagai orang terbelakang. Menjadi orang yang terpinggirkan, atau dianggap tidak ada ini akan menjadi beban mental generasi Z dan Milineal.

Perwakilan Yayasan Yaski memberikan sambutan pengantar One Day Workshop bertema “Pancasila dalam Aksi” di Gedung Heartline Center, Villa Permata, Jl. Permatasari Lippo Karawaci Tangerang, Sabtu (14/6/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Kalau tidak nonton film Jumbo tidak up too date, ketinggalan jaman. Tapi gak punya uang, terus pinjam ke Pinjol,” tukasnya.

Putut Prabantoro juga mengingatkan bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. Jika terperosok pada pelanggaran hukum, norma, susila dan sebagainya, jejak itu tidak terhapus dan akan ikut seumur hidup. “Lalu kalau sudah terperosok, tercemar akan jadi apakah kita nanti? Jika jejak digital kita warnya hitam, apakah kita bisa memutihkan menjadi pemimpin masa depan?,“ ucapnya.

Oleh karena itu, Putut Prabantoro mewanti-wanti agar kaum muda menggunakan akal budi yang sehat, emosi yang stabil dalam bermedia sosial. Mereka harus bijak menyikapi dan menghadapi perubahan jaman. “Negara dan bangsa Indonesia memerlukan Anda semua. Harus menjadi apa? Atau menjadi siapa?,“ katanya.

Narasumber Kompeten dan Empat Fasilitator

Mayjen TNI Purn. Achmad Yuliarto SSos MAP – Ketua DPD IKAL Lemhannas Provinsi Banten, saat mengulas tentang Pancasila. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Selain Putut Prabantoro, workshop juga menghadirkan narasumber kompeten lainnya, yang memberikan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek yang terkandung dalam Pancasila. Sekitar 75 peserta yang mayoritas generasi Z dapat mengikuti acara dengan baik berkat bimbingan empat fasilitator dari IKAL Lemhannas Provinsi Banten yang diperkuat MC Hana Naftali dan Moderator Dika Aruan dari Heartline 100.6 FM.

Mayjen TNI Purn. Achmad Yuliarto SSos MAP – Ketua DPD IKAL Lemhannas Provinsi Banten, membuka acara dengan sesi yang mengulas tentang Pancasila itu sendiri. Dalam sesi ini, ia mengajak peserta untuk memahami Pancasila bukan hanya sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang relevan untuk diterapkan di zaman modern ini.

Mayjen TNI Purn. Achmad Yuliarto SSos MAP – Ketua DPD IKAL Lemhannas Provinsi Banten, saat mengulas tentang Pancasila. Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Generasi muda memiliki peran besar dalam menjaga dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Dalam sesi Undang-Undang Dasar 1945, Achmad Jubaedi membahas keterkaitan erat antara Pancasila dengan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Ia menjelaskan bagaimana UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai luhur Pancasila, serta pentingnya generasi muda untuk mengerti dan memahami dasar negara yang menjadi landasan dalam setiap kebijakan dan keputusan negara.

Achmad Jubaedi saat membahas keterkaitan erat antara Pancasila dengan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Nyi Mas Diane W SPsi MA dalam sesi Bela Negara: Merawat Indonesia dengan Aksi Positif, memberikan perspektif baru tentang bagaimana generasi muda bisa berperan dalam membela negara melalui aksi-aksi positif di berbagai sektor kehidupan. Ia menekankan pentingnya rasa cinta tanah air yang tidak hanya diwujudkan dalam kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Sedangkan dalam Sesi Bhinneka Tunggal Ika, Anis Choirunnisa ST Mkom mengingatkan kembali tentang pentingnya keberagaman dan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai dasar negara memberikan ruang bagi keberagaman, dan generasi muda harus siap untuk menjadi agen perdamaian dan penguatan kebersamaan antar sesama anak bangsa.

Seorang peserta bertanya kepada AM Putut Prabantoro. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Pada sesi penutupan, Kak Mul Disini, seorang songwriter yang berpengalaman, menyampaikan materi yang sangat menarik. Dengan tema Teknik Membuat Lagu dari Materi-Materi yang Diberikan. Kak Mul Disini mengajak peserta untuk berkreasi dengan mengolah materi-materi yang sudah disampaikan dalam sesi sebelumnya untuk menjadi karya seni berupa lagu. Ini adalah bentuk inovasi yang menyatukan seni dan nilai-nilai Pancasila dalam satu kesatuan yang kreatif.

Menumbuhkan Semangat Pancasila dalam Setiap Tindakan

Seorang peserta bertanya kepada Mayjen TNI Purn. Achmad Yuliarto SSos MAP. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Selain sesi-sesi tersebut, acara ini juga mengedepankan metode interaktif yang melibatkan peserta secara aktif. Peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mengikuti sejumlah games kelompok yang hadir di setiap sesi.

Para fasilitator dari IKAL Lemhannas Provinsi Banten juga memberikan dukungan dan bimbingan selama sesi berlangsung, memastikan bahwa setiap peserta bisa menggali pemahaman lebih dalam dan mempersiapkan diri untuk menjadi agen perubahan yang membawa Pancasila ke dalam tindakan nyata.

Seorang peserta bertanya kepada Achmad Jubaedi. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Acara One Day Workshop ini berhasil menghadirkan semangat kebangsaan, menginspirasi peserta untuk tidak hanya memahami Pancasila, tetapi juga mengamalkan dan menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila di lingkungan masing-masing. Para peserta diharapkan dapat menjadi duta-duta Pancasila yang mampu menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial mereka, sehingga menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih harmonis, maju, dan penuh solidaritas.

Pada akhirnya, Pancasila bukan hanya sebuah ideologi negara, tetapi juga merupakan pedoman hidup yang harus dihidupkan melalui aksi nyata oleh generasi muda Indonesia. Acara ini menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa semangat Pancasila tetap hidup dan berkembang dalam setiap aspek kehidupan bangsa. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments