Jakarta, benang.id – Suntory Garuda Beverage (SGB) mengajak puluhan siswa dan guru Sekolah Dasar (SD) dari sekolah-sekolah binaan Mizuiku, belajar tentang kearifan lokal, keanekaragaman hayati dan bagaimana mengolah limbah air rumah tangga agar tidak mencemari sungai dan lingkungan dari komunitas hijau dan pengelola ekoriparian.
Sekolah binaan Mizuiku tersebut antara lain dari SDN Wijaya Kusuma 05, SDI PB Soedirman, SDN Tanjung Barat 09 dan SD Adiarsa Barat 03 ke Ekoriparian Teluk Jambe yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat.
Mizuiku Outdoor Program atau edukasi pelestarian air bersih dan lingkungan di luar kelas ini diadakan dalam rangka merayakan Pekan Air Dunia 2022 yang kali ini mengangkat tema “Seeing the Unseen: The Value of Water.”
Asep Susilo, Chief of People & Culture and Corporate Affairs SGB berharap para siswa dan guru dapat membawa pulang pengetahuan yang mereka dapatkan dari kunjungan ke Ekoriparian Citarum ini dan membaginya kepada keluarga dan teman.
“Kami ingin mereka terinspirasi untuk mencari ide bagaimana menerapkan pengetahuan mereka tentang kearifan lokal, keanekaragaman hayati dan bagaimana mengolah limbah air ke dalam kehidupan sehari-hari di sekolah mereka masing-masing. Hal ini berdampak besar terhadap usaha pelestarian air bersih dan lingkungan yang kita lakukan bersama,” tutur Asep Susilo dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Asep menyatakan bahwa pihaknya sangat senang karena para siswa dan guru merespon positif program edukasi Mizuiku di luar kelas yang diadakan kali ini. Selain melakukan edukasi di dalam kelas memanfaatkan beragam platform dan media pembelajaran, Mizuiku sangat senang dapat kembali mengajak anak-anak untuk mengenali pentingnya melestarikan air bersih dengan kegiatan langsung di luar kelas yang diyakini memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih khas dan kuat.
“Mizuiku sendiri telah menjangkau lebih dari 30.000 anak, 1.500 guru di delapan daerah di Indonesia, termasuk di Jakarta, Bogor, Tangerang, Pati, Sidoarjo, Gowa dan Banjarbaru. Kami satu-satunya perusahaan swasta di Indonesia yang fokus dan konsisten berupaya memberikan edukasi kepada anak-anak Indonesia agar memahami betapa pentingnya menjaga air bersih dan lingkungan,” tambah Asep Susilo.
Ekoriparian adalah sebuah konsep pelestarian untuk memanfaatkan bantaran sungai yang semula merupakan tempat pembuangan sampah, dengan cara membangun fasilitas pengendalian pencemaran sehingga ekosistem sungai terjaga, lingkungan lebih asri bahkan dapat menjadi tujuan wisata.
Sejak diresmikan pada bulan Maret 2021, Ekoriparian Teluk Jambe mengolah air limbah rumah tangga dari ratusan kepala keluarga menjadi air layak pakai sehingga menurunkan beban pencemaran hingga 34,3-ton BOD /tahun.
Hendro Wibowo, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat Sahabat Lingkungan, pengelola Ekoriparian Citarum, mengatakan, Ekoriparian memiliki beberapa fungsi, termasuk fungsi ekologi, ekonomi, sosial, ruang dan edukasi.
“Jadi kami menyambut baik program Mizuiku yang mengajak puluhan siswa dan guru SD untuk belajar bagaimana kita semua bisa melestarikan air bersih dan lingkungan dengan berbagai cara di Ekoriparian Citarum ini. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan kami untuk merubah pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat terkait pengelolaan lingkungan untuk perbaikan kualitas air. Fungsi sungai sebagai pemulih kualitas air memerlukan upaya bersama dan terkoordinasi agar sungai tidak menjadi tempat pembuangan zat pencemar yang merusak ekosistem sungai,” ujarnya.
Tiga hal berbeda
SGB mengajak para siswa SD binaan Mizuiku belajar ke ekoriparian dan mempelajari 3 hal berbeda. Pertama, mereka belajar mengenai konsep pengelolaan air limbah domestik di ekoriparian dengan menggunakan konsep biocord dan tanpa bahan kimia. Hasil pengolahan air di ekoriparian digunakan untuk budidaya ikan dan tanaman dengan konsep aquaponik.
Kedua, para siswa dan guru SD yang mengikuti pembelajaran di Ekoriparian Citarum pertama-tama mendapatkan pengetahuan tentang kearifan lokal, khususnya tentang tanaman endemik, berbagai jenis bambu dan kegunaannya bagi konservasi air. Siswa juga melakukan eksperimen uji kesuburan tanah untuk memahami pentingnya pohon untuk meningkatkan kualitas serapan dan konservasi air di tanah.
Terakhir, para peserta yaitu siswa dan guru juga belajar kekayaan budaya lokal, khususnya Jawa Barat, lokasi dimana ekoriparian ini berada, seperti baju daerah, kebiasaan masyarakat, rumah khas, hingga kaitan antara budaya dan pengelolaan lingkungan.
Di tengah derasnya arus informasi yang diterima anak-anak di sosial media setiap harinya, pengetahuan mendasar seperti konservasi air, keanekaragaman hayati, dan budaya Indonesia tentunya sangat penting agar siswa semakin menghargai keberhargaan nilai air dan lingkungan. (*)