Jakarta, benang.id – Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, sebuah momen bersejarah yang menandai kelahiran dasar negara Indonesia. Pancasila dirumuskan bukan hanya sebagai fondasi ideologis, tetapi juga sebagai titik temu nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang majemuk. Lima sila dalam Pancasila mencerminkan komitmen kebangsaan terhadap ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial — nilai-nilai yang terus relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam konteks global saat ini yang diwarnai oleh polarisasi, intoleransi, dan konflik identitas, Pancasila tidak hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga relevan sebagai model hidup bersama yang damai. Indonesia, dengan segala keragamannya, memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi dalam diplomasi moral dan lintas agama dunia. Nilai-nilai Pancasila yang berakar pada keberagaman dan kebersamaan menjadi landasan yang kuat bagi keterlibatan Indonesia dalam percakapan global tentang perdamaian.

Pada Agustus 2024, sejarah penting terukir saat Paus Fransiskus menandatangani Deklarasi Jakarta-Vatikan bersama para tokoh lintas agama Indonesia dalam pertemuan khusus di Vatikan. Deklarasi ini merupakan inisiatif dari delegasi pemuda lintas agama Indonesia yang diinisiasikan oleh Organisasi Pemuda Lintas Agama yang terdiri dari GP Ansor, Pemuda Katolik, Pemuda Muhammadiyah, GAMKI, Peradah, dan Gema Khonghucu.
Adapun deklarasi Jakarta-Vatikan bertema ‘Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia’. Isi deklarasi tersebut yakni:
1. Menjadi generasi muda Indonesia yang selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai energi positif bagi peradaban dunia.
2. Mengajak kaum muda sedunia untuk membangun masyarakat dunia yang berpegang teguh pada prinsip toleransi, solidaritas, dan gotong royong.
3. Mendukung dan menyebarluaskan pandangan dan nilai-nilai yang tertuang dalam Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama (Dokumen Abu Dhabi) untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia.
Deklarasi ini memuat komitmen bersama untuk memperkuat budaya dialog, kerja sama lintas iman, dan solidaritas antar umat manusia dalam menghadapi berbagai tantangan global, termasuk perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan kekerasan ekstrem. Deklarasi juga mengangkat pentingnya prinsip hidup berdampingan yang saling menghargai dan mendorong lahirnya kebijakan publik yang menjunjung tinggi kemanusiaan.

Menurut Ketua Umum PP Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, apa yang menjadikan Deklarasi Jakarta-Vatikan istimewa bukan hanya isi dan pengakuan simboliknya, tetapi juga asal-usulnya: ia lahir dari semangat akar rumput—didorong oleh generasi muda yang percaya bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan sumber kekuatan bangsa. Indonesia, dengan Pancasila sebagai fondasi nilai, menjadi contoh nyata bagaimana perbedaan bisa dirangkai dalam satu kesatuan. Tak heran jika Paus Fransiskus memberi dukungan, baik secara simbolik maupun substansial.
“Diskusi mengenai relevansi Pancasila dalam konteks Deklarasi Jakarta-Vatikan menjadi penting sebagai bagian dari upaya membumikan deklarasi—menerjemahkan semangatnya dalam praktik nyata. Pemuda Katolik ingin menjadikannya bukan hanya dokumen simbolik, tetapi gerakan kebangsaan yang menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat di berbagai daerah,” ujar Gusma.
Pertanyaannya kini, mampukah Pancasila menjadi inspirasi dunia yang sedang mencari bentuk koeksistensi damai di tengah perbedaan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Pemuda Katolik menggelar diskusi bertema “Pancasila dan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Meneguhkan Semangat Kebangsaan dan Dialog Lintas Iman”.
Diskusi akan digelar Selasa (3/6/2025) pukul 18.00 – 20.00 WIB, di Sekretariat PP Pemuda Katolik, Jl Pejompongan Dalam No.11, RT.4/RW.5, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini juga menjadi ruang reflektif untuk mengontekstualisasikan Hari Lahir Pancasila sebagai lebih dari sekadar seremoni kenegaraan. Ini adalah momentum memperbarui komitmen atas nilai-nilai persaudaraan lintas iman yang diwariskan para pendiri bangsa—dan mewujudkannya dalam tindakan, bukan hanya pernyataan.
Diskusi ini mempertemukan para pemikir dan praktisi dari berbagai latar belakang keagamaan, kebangsaan, dan kelembagaan, untuk menyumbangkan perspektif tentang bagaimana Pancasila dapat terus hidup sebagai panduan etik, moral, dan sosial dalam kehidupan bersama—baik di Indonesia maupun dalam konteks global.
Dengan demikian, memperingati Hari Lahir Pancasila bukan hanya soal mengenang masa lalu, tetapi juga merayakan peran aktif Indonesia dalam membentuk peradaban dunia yang lebih damai, adil, dan manusiawi. Semua itu dimulai dari satu komitmen sederhana namun mendalam: membumikan semangat deklarasi menjadi spirit bersama di seluruh penjuru negeri.
Selain itu, diskusi ini juga bertujuan untuk membumikan Deklarasi Jakarta-Vatikan agar tidak berhenti sebagai dokumen simbolik, tetapi menjadi satu spirit bersama yang menggerakkan masyarakat lintas daerah dan lintas iman. “Kami ingin menjadikan deklarasi ini sebagai gerakan kebangsaan yang hidup dalam kesadaran publik—diterjemahkan dalam aksi nyata, nilai kebersamaan, serta kolaborasi lintas komunitas di seluruh Indonesia,” tandasnya.

Kata Gusma, Pemuda Katolik ingin mendorong misi besarnya agar Deklarasi Jakarta-Vatikan dapat diimplementasikan di seluruh daerah sebagai wujud komitmen kebangsaan terhadap nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan perdamaian. Dengan demikian, diskusi ini bukan hanya ruang reflektif, tetapi juga pijakan awal untuk memperluas jangkauan semangat deklarasi ke dalam praktik hidup berbangsa yang lebih inklusif dan bermartabat.
Adapun tujuan acara diskusi Pancasila dan Deklarasi Jakarta-Vatikan ini adalah
• Merefleksikan makna Hari Lahir Pancasila dalam kaitannya dengan inisiatif lintas iman global, khususnya Deklarasi Jakarta-Vatikan.
• Mendorong pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Pancasila sebagai kekuatan bangsa Indonesia dalam membangun harmoni sosial dan kontribusi global.
• Memperkuat jejaring antar pemangku kepentingan dalam mendorong implementasi nilai-nilai Pancasila secara kontekstual.
“Diskusi ini diharapkan mampu memperluas pemahaman kita mengenai posisi strategis Pancasila dalam mendorong kerukunan nasional dan kontribusi global Indonesia dalam membangun dunia yang damai melalui dialog lintas iman,” tutup Asat Gusma. (*/GK)