Thursday, July 31, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiSurvei Scoot: Tren Solo Travel di Indonesia Meningkat

Survei Scoot: Tren Solo Travel di Indonesia Meningkat

Generasi muda Indonesia memimpin tren solo travel, mencari perjalanan yang bermakna untuk menata ulang diri sendiri, memulihkan energi, dan mendapatkan perspektif baru

Jakarta, benang.id – Scoot, maskapai penerbangan bertarif rendah yang merupakan anak perusahaan Singapore Airlines (SIA), hari ini mengumumkan temuan dari survei terkait tren solo travel. Survei ini dilaksanakan oleh YouGov yang didukung oleh Scoot, dan survei ini dilakukan terhadap lebih dari 5.000 responden di lima negara di kawasan Asia-Pasifik (APAC), termasuk lebih dari 1.000 responden dari Indonesia, untuk mengungkap tren solo travel yang sedang berkembang di seluruh wilayah ini.

Dengan mengeksplorasi demografi para wisatawan, motivasi dan pertimbangan melakukan perjalanan, perilaku dalam merencanakan liburan, serta sikap budaya, hasil survei Scoot ini memberikan wawasan tentang pola pikir para wisatawan independen masa kini.

Solo Travel Muncul Sebagai Pilihan Utama

Dari berwisata dalam grup besar yang diorganisir agen perjalanan hingga berwisata dalam grup kecil seperti bersama keluarga dan teman, cara masyarakat bepergian telah banyak berubah selama bertahun-tahun. Dulu dianggap sebagai kegiatan yang eksklusif, kini solo travel semakin menjadi gaya hidup umum bagi wisatawan Indonesia, terutama di kalangan generasi muda.

Hampir tujuh dari 10 orang Indonesia (68% responden dari Indonesia) telah melakukan solo travel dalam setahun terakhir, dan mayoritas responden (92%) berencana melakukannya dalam 12 bulan ke depan. Kelompok milenial berada di garis depan perubahan ini, dengan proporsi 41% dari para wisatawan solo travel saat ini maupun yang berencana melakukan solo travel, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata negara di kawasan Asia-Pasifik (40%).

Kelas Kabin ScootPlus. Foto: Scoot

Solo travel sangat direkomendasikan oleh mereka yang telah mencobanya. Di Indonesia, 94% responden menyatakan akan merekomendasikan solo travel kepada orang lain. Tren ini berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup yang lebih luas, mulai dari meningkatnya tekanan dalam pekerjaan dan di rumah, hingga semakin besarnya perhatian terhadap kesejahteraan pribadi.

Sebanyak 49% para wisatawan solo travel dari Indonesia menyebut kebebasan dan fleksibilitas dalam menyusun rencana perjalanan sebagai motivasi utama mereka, sementara 46% responden berpandangan bahwa solo travel merupakan kesempatan untuk beristirahat dan fokus pada diri sendiri. Sebanyak 43% responden juga mengapresiasi kemandirian dalam menjelajah tempat-tempat baru sesuai ritme mereka sendiri.

Kecenderungan ini mencerminkan tren perilaku terkini dalam masyarakat Indonesia yang sangat terhubung dan bergerak cepat. Bagi banyak orang di Indonesia, solo travel menjadi cara yang ampuh untuk melepaskan diri dari kesibukan, terhubung kembali dengan diri mereka sendiri, dan memprioritaskan kesehatan mental.

Temuan Scoot sejalan dengan meningkatnya mindfulness, kesehatan, dan kebugaran dalam beberapa tahun terakhir. Hasil survei ini menyoroti bagaimana perjalanan, khususnya solo travel, telah berevolusi dari sekadar aktivitas liburan menjadi sarana refleksi dan pencarian jati diri.

Walaupun hasil survei ini tidak menggambarkan berkurangnya minat terhadap wisata kelompok atau keluarga, cara kita bepergian kini mencerminkan ekspresi individualitas dan memungkinkan proses penemuan diri. Hasil survei Scoot memberikan gambaran tentang perilaku, motivasi, preferensi, dan harapan segmen wisatawan solo travel yang sedang berkembang saat ini,” ujar Agatha Yap, Director of Marketing, Communications & Loyalty, Scoot.

Dengan jaringan luas Scoot, khususnya di kawasan Asia-Pasifik, kami sangat antusias berperan membuka akses ke destinasi yang paling diminati maupun yang belum banyak dijelajahiwisatawan, memberdayakan lebih banyak wisatawan—baik individu maupun grup—agar dapat menjelajahi dunia dengan lebih percaya diri dan penuh semangat,” tambahnya.

Riset dan Perencanaan Jadi Prioritas Utama Wisatawan Solo Travel

Kelas Kabin Ekonomi Milik Scoot. Foto: Scoot

Survei Scoot mengungkapkan bahwa wisatawan solo travel sangat intensional dalam pendekatannya. Sebanyak 96% responden menyatakan bahwa mereka melakukan perencanaan sebelum berangkat.

Di luar pemesanan tiket pesawat, prioritas utama bagi lebih dari separuh wisatawan solo travel ini mencakup pengelolaan anggaran (52%), pemilihan akomodasi (51%), dan pertimbangan keamanan (50%). Mereka sangat mengandalkan agensi-agensi perjalanan daring (OTA) untuk membantu mereka mengambil keputusan terkait penerbangan, akomodasi, dan transportasi darat. Untuk rekomendasi kuliner dan aktivitas, media sosial menjadi kanal utama pencarian.

Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Australia adalah Daftar Wisata Teratas, Dengan Nilai yang Mendorong Perjalanan

Walaupun eksplorasi destinasi dalam negeri tetap menjadi pilihan populer bagi para wisatawan solo travel Indonesia dalam 12 bulan ke depan, survei ini juga mengungkap bahwa Jepang (42%), Singapura (26%), Korea Selatan (21%), dan Australia (21%) dianggap sebagai destinasi internasional teratas solo travel tahun depan.

Pilihan ini mencerminkan minat terhadap budaya yang dinamis, pelarian ke alam, dan kenyamanan yang familiar, tergambar dalam jenis solo travel paling populer: retret alam (43%), liburan pantai (42%), pengalaman budaya dan sejarah (41%), serta city breaks (liburan singkat untuk menjelajahi kota) (39%), dan wisata belanja (39%).

Mayoritas wisatawan solo travel (43%) lebih suka melakukan perjalanan antara empat hingga tujuh hari—cukup lama untuk mencari pengalaman bermakna, namun cukup waktu bagi mereka yang memiliki jadwal padat. Bagi banyak orang, terutama generasi muda Indonesia yang menghadapi tuntutan kerja dan urusan pribadi, liburan singkat ini menawarkan jeda yang diperlukan untuk menata ulang diri sendiri, memulihkan energi, dan mendapatkan perspektif baru tanpa harus cuti panjang dari tanggung jawab sehari-hari.

Sebagian besar wisatawan solo travel berada dalam kisaran pengeluaran kelas menengah, yaitu US$201 (sekitar Rp 3,4 juta) hingga US$999 (sekitar Rp 16,4 juta) per kategori perjalanan, yang mencakup tiket penerbangan, akomodasi, dan makanan. Untuk berpergian destinasi wisata, responden dari Indonesia terus memprioritaskan opsi perjalanan udara yang terjangkau, dengan lebih dari setengah responden (53%) memilih kelas ekonomi dan satu dari lima responden (22%) memilih maskapai penerbangan berbiaya rendah. Hal ini menggarisbawahi pentingnya solusi yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan sebagai pendorong utama bagi mereka yang menjelajahi dunia sendiri. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments