Tuesday, April 15, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiTerkerek Sentimen Dividend Yield, IPOT Rekomendasikan 4 Saham Ini

Terkerek Sentimen Dividend Yield, IPOT Rekomendasikan 4 Saham Ini

Jakarta, benang.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.262 pada akhir perdagangan Jumat (11/4/2025) lalu atau melemah kurang lebih -3,9% dibanding pekan sebelumnya. Di masa penurunan IHSG ini investor asing masih melanjutkan penjualan (out flow) mencapai Rp5,3 triliun di pasar reguler.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan menjelaskan secara teknikal IHSG masih belum mampu untuk menembus area MA20. Area resistance 6500 menjadi area yang sangat penting untuk diperhatikan pelaku pasar karena area ini merupakan support yang sudah diuji berkali-kali dan dipertahankan dari tahun 2022,” tandas David.

Berbicara tentang sentimen yang mendorong pelemahan IHSG pekan lalu, David menyebutkan 2 sentimen global dan 1 sentimen domestik yang menjadi pemicunya. Dari global ada sentimen harga emas (gold) dan kebijakan tarif Donald Trump.

Ia menjelaskan harga emas telah melonjak melewati $3.200 per ons didorong oleh melemahnya Dollar AS dan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah volatilitas pasar dan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung. Investor beralih ke emas sebagai lindung nilai terhadap potensi penurunan ekonomi dan fluktuasi mata uang.

Bursa Efek Indonesia. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Sementara itu terkait kebijakan tarif Donald Trump, pemerintahan Presiden Donald Trump kembali memberlakukan tarif impor tinggi, termasuk tarif sebesar 145% terhadap produk dari Tiongkok. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Dampaknya terasa di berbagai pasar saham dunia, termasuk Indonesia, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga 7,9% pada 8 April 2025.”

Dari domestik, David menyebutkan optimisme Pemerintah, dimana Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa dampak tarif AS terhadap ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan sebesar 0,3 hingga 0,5 poin persentase. Namun, dengan adanya penundaan selama 90 hari, pemerintah berencana untuk melakukan deregulasi, pemotongan pajak, dan pelonggaran kebijakan impor guna mengurangi dampak negatif tersebut. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menarik kembali minat investor.

Berbicara tentang potensi market minggu ini yang hanya akan berlangsung selama 4 hari perdagangan (14-17 April 2025) karena ada libur Peringatan Wafat Yesus Kristus (Jumat Agung) pada Jumat (18/4/2025), David mengimbau para trader untuk mencermati sentimen neraca perdagangan Indonesia dan dividen yield.

Terkait sentimen neraca perdagangan Indonesia, jelas David, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan Indonesia untuk Maret 2025. Data ini mencerminkan selisih antara ekspor dan impor sehingga sering dijadikan indikator awal kondisi ekonomi dan kinerja sektor riil.

“Surplus neraca perdagangan yang lebih besar dari ekspektasi bisa jadi sentimen positif untuk pasar saham, terutama sektor komoditas, seperti CPO, batu bara, dan logam. Sementara itu, defisit atau surplus yang lebih kecil bisa menekan nilai tukar Rupiah dan memicu kekhawatiran investor yang berpotensi menimbulkan aksi jual terutama dari investor asing.”

Main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Terkait dividend yield yang tinggi dari sektor perbankan memberikan daya tarik tersendiri di tengah pasar yang fluktuatif. Namun, potensi aksi jual setelah cum date serta tekanan global bisa memicu pergerakan harga yang kurang stabil. Strategi jangka menengah dan analisis fundamental tetap krusial. Contoh seperti BBNI akan cum date 14 April dan ex date 15 April dengan estimasi dividend yield 8-9%.

Berkaca pada sentimen di atas, PT Indo Premier Sekuritas yang menghadirkan Booster Modal hingga 10x dan fitur trading canggih yang dirancang untuk membantu para trader mengoptimalkan potensi profit mereka dan Reksa Dana Saham Power Fund Series yang memberikan akses transparan dan likuiditas yang lebih tinggi bagi investor merekomendasikan:

1. Buy BBNI (Current Price: 4.390, Entry: 4.390, Target Price: 4.780 (8,88%), Stop Loss: 4.200 (-4,33%), Risk to Reward Ratio (1:2,1).

Dalam pekan ini BBNI akan mendekati tanggal cum date & ex date. Potensi keuntungan dividen yang didapatkan setara dengan yield 8-9%. Tentu saja yield ini lebih tinggi dari bunga deposito ataupun rata-rata SBN.

2. Buy on Breakout HRTA (Current Price: 565, Entry: 580, Target Price: 630 (8,62%), Stop Loss: 560 (-3,45%), Risk to Reward Ratio (1:2,5).

Bursa Efek Indonesia. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Saat ini harga acuan HRTA sudah menyentuh area all time. Emiten-emiten seperti HRTA yang bergerak di bidang emas, lebih tepatnya perhiasan, tentunya akan diuntungkan dengan kondisi saat ini. Jika harga acuan emas bertahan lama, ada potensi pendapatan HRTA di tahun 2025 ini akan naik cukup signifikan.

3. Buy INKP (Current Price: 5.000, Entry: 5.000, Target Price: 5.525 (10,50%), Stop Loss: 4.670 (-6,60%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,6).

Terkerek labar bersih, emiten ini layak buy, dimana laba bersih PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencapai USD424,3 juta atau surplus 3,12 persen dari episode sama tahun sebelumnya USD411,46 juta. Secara teknikal, saat ini INKP membentuk pattern intensity di area support dan jika berhasil breakout cukup menarik untuk jangka pendek.

4.Buy Reksa Dana Premier ETF Indonesia Financial (XIIF). 

Dengan potensi dividend yield yang menarik dan laporan keuangan yang tetap solid di sektor perbankan, IPOT merekomendasikan buy Power Fund Series (PFS) XIIF yang komposisi portofolionya berisikan saham big banks. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments