Yogyakarta, benang.id – Tiga inisiatif pembayaran digital Bank Indonesia (BI) bersama industri nasional sebagai tindak lanjut Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 antara lain QRIS, BI-FAST dan SNAP telah menjadi langkah penting bagi perluasan akses pembayaran untuk seluruh masyarakat.
Demikian dikemukakan Kepala Kantor Perwakikan Bank Indonesia (KPwBI) DIY Budiharto Setyawan dalam kuliah umum dengan topik “Pembayaran Digital dan Rupiah Digital” di Yogyakarta, Selasa (23/5/2023).
Kuliah umum yang digelar Prodi Ekonomi Pembangunan (Peminatan Ekonomi Bisnis) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FBE UAJY) ini dimoderatori A Gunadi Brata, Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY.
Budiharto Setyawan menjelaskan bahwa ke depan, BI menghadirkan tiga komitmen untuk mengakselerasi ekonomi digital dan ekosistem keuangan terintegrasi.
Pertama, reformasi regulasi untuk mempercepat konsolidasi atas industri pembayaran yang sehat, kompetitif dan inovatif.
Kedua, mengembangkan infrastruktur pembayaran yang sarat akan interopabilitas, interkoneksi, dan intergrasi.
Ketiga, mengembangkan praktik pasar yang aman, efisien, dan seimbang.
Kuliah umum dihadiri oleh 125 perserta baik mahahasiswa (Prodi Ekonomi Pembangunan, Manajemen, Akuntansi, dan Program Internasional) maupun dosen FBE UAJY.
Kaprodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY, Y. Sri Susilo dalam sambutan pembuka kuliah umum.memaparkan bahwa pembayaran digital adalah suatu proses transfer nilai dari satu akun pembayaran ke akun pembayaran lainnya dengan memanfaatkan perangkat digital seperti smartphone atau menggunakan komunikasi digital seperti komputer.
Pembayaran digital juga dikenal sebagai sistem pembayaran yang dilakukan dengan metode transfer bank, kartu pembayaran hingga uang digital.
“Jadi secara umum pembayaran digital adalah jenis pembayaran yang bersifat cashless, paperless dan contactless”, jelas Sri Susilo.
Dalam materi kuliah umum tersebut, Budiharto Setyawan juga menekankan dua hal pokok mengenai digitalisasi yang inklusif dan berkelanjutan. Pertama, digitalisasi telah memungkinkan untuk memiliki kegiatan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Manfaatnya bersifat luas bagi semua orang dan bagi masyarakat umum serta mampu mengurangi ketimpangan.
Kedua, sinergi dan kolaborasi antara otoritas dan industri menjadi kunci dalam memetik manfaat dari ekosistem ekonomi dan keuangan digital.
“Rupiah Digital adalah mata uang digital bank sentral (central bank digital currencies/CBDC) yang merupakan bentuk digital dan dikeluarkan serta diedarkan oleh Bank Indonesia”, jelas Budiharto Setyawan.
CBDC merupakan bentuk baru uang bank sentral yang merupakan kewajiban bank sentral dan berdenominasi sama dengan mata uang resmi serta dapat digunakan untuk alat tukar (medium of exchange), satuan hitung (unit of account), maupun penyimpan nilai (store of value). Jadi Rupiah Digital dikontrol langsung oleh BI dan difungsikan sebagai alat pembayaran yang sah.
Rupiah Digital juga berbeda dengan mata uang Kripto dan uang elektronik Kripto berbentuk aset digital, sedangkan Rupiah Digital merupakan alat pembayaran (currency) dan Uang kripto atau cryptocurrency bukan alat pembayaran yang sah.
Uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik dimana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu. Pengguna uang elektronik harus menyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum menggunakannya untuk keperluan bertransaksi. Ringkasnya, Rupiah Digital diterbitkan BI selaku otoritas moneter, sementara uang elektronik bisa diterbitkan oleh pihak swasta atau lembaga non perbankan.
Jika nantinya Rupiah Digital telah terbit, uang kratal/fisik (kertas dan logam) akan tetap ada atau tetap disediakan oleh BI.
“Rupiah Digital tidak akan menghilangkan keberadaan uang tunai dan uang elektronik. Rupiah Digital hanya akan menambah opsi transaksi selain dengan uang tunai dan uang elektronik”. tegas Budiharto Setiawan.
Dalam penutup kuliah dilakukan kuiz online untuk peserta kuliah. Terpilih 10 peserta dengan jawaban paling cepat dan benar. Mereka memperoleh cindera mata. Di samping itu, juga dibagikan cindera mata dari Kantpr Perwakilan BI DIY dan YSS Production bagi peserta yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan selama kuliah umum berlangsung. Di akhir acara juga diserahkan cindera mata dari Prodi Ekonomi Pembangunan (Peminatan Ekonomi Bisnis) FBE UAJY kepada narasumber dan moderator. (*)