Generasi Pemimpin Tahun 2045
Surabaya, benang.id – Taman Makam Pahlawan (TMP) adalah tempat terbaik dan terkomplit untuk belajar tentang bela negara bagi para siswa. Di taman itu, generasi penerus akan belajar tentang ideologi, mengenal pahlawan yang telah berjuang mempertahankan tanah air Indonesia, belajar tentang sejarah dan belajar tentang pemimpin negara dan bangsa. Oleh karena itu, adalah penting bagi negara dan pemerintah untuk menjadikan taman makam pahlawan sebagai kurikulum wajib untuk bela negara.
Penegasan ini muncul dalam dialog nasional antara 400 siswa sekolah menengah atas dan narasumber dari Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi di Gedung Balai Pemuda, Surabaya, Kamis (31/8/2023). Dialog nasional tentang bela negara ini untuk menandai pelantikan Bakorda Wilayah Forum Kader Bela Negara (FKBN) se-Provinsi Jawa Timur.
Hadir dalam pelantikan tersebut, Kasatwas Bakorpus FKBN Mayjen TNI (Purn) Adi Sudaryanto, Wakasatwas FKBN Pusat Brigjen TNI (Purn) Harie Guritno, perwakilan dari Kemenhan Kolonel Amiruddin Lopa selaku Kabid Lingkim Direktorat Bela Negara, Kepala FKBN Bakorpus Angga Rahardian, dan juga Kepala FKBN Bakorwil Jawa Timur Gatot Kustyadji.
“Para siswa harus tahu tentang sejarah para pahlawan yang berjasa atas berdirinya negara dan tanah air yang sekarang kita pijak. Sebuah negara akan dengan mudah dikalahkan jika generasi mudanya tidak mengetahui sejarah bangsanya. Sebuah bangsa akan terhapus jika, budayanya tidak dipelihara dan dirawat oleh generasi penerusnya. Negara dan tanah air yang kita pijak tidak begitu saja kita dapatkan,“ tegas Putut Prabantoro.
Dalam dialog itu, ratusan siswa sekolah menengah dari 15 sekolah di Surabaya itu menyatakan diri untuk mencintai negara dan bangsa Indonesia. Mereka juga berkomitmen memersiapkan diri untuk menjadi pemimpin pada tahun 2045 ketika Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaan. Namun demikian, mereka juga meminta teladan para pemimpin nasional saat ini untuk menyiapkan mereka ke arah yang diinginkan negara dan bangsa.
Dalam penjelasannya yang berjudul “Bela Negara dan Tantangan Masa Depan Indonesia”, AM Putut Prabantoro mengurai bahwa bela negara adalah sikap perilaku dan tindakan nyata untuk menunjukkan cinta negara dan tanah air. Bela negara adalah hak serta kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Contoh sederhana namun paling konkret tentang bela negara adalah saat siswa SMP dari NTT, Yohanes Andi Gala, yang naik ke puncak untuk memperbaiki tali bendera saat upacara HUT Kemerdekaan pada tahun 2018. Putut Prabantoro menunjukkan perilaku bela negara tersebut melalui video.
“Bela negara membutuhkan komitmen dari para warga negaranya. Tidak perlu yang tinggi-tinggi atau yang hebat-hebat. Cukup dengan tindakan sederhana dengan menunjukkan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Menghormati simbol-simbol negara seperti bendera, Garuda Pancasila, bahasa Indonesia serta menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan baik, merupakan cara kalian menunjukkan cinta kepada negara, tanah air dan bangsa. Semakin bertambahnya usia, kewajiban kalian untuk mencintai negara dan tanah air membutuhkan tanggung jawab yuang lebih besar,“ ujar Putut Prabantoro.
Diurai lebih lanjut oleh Putut, para siswa yang hadir dalam acara bela negara di Gedung Balai Pemuda itu adalah calon pemimpin negara Indonesia pada tahun 2045. Oleh karena itu mereka diminta untuk memersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, pada tahun 2045, Indonesia akan menghadapi krisis pemimpin masa depan, jika melihat perkembangan kehidupan remaja yang beredar di medsos-medsos.
Ada berbagai kasus yang dihadapi remaja saat ini oleh Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI itu melalui tayangan visualnya. Remaja saat ini cenderung bersikap permisif terhadap perilaku rekan-rekan seusianya yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai ketimuran atau nilai luhur Pancasila. Juga, kegandrungan remaja sekarang akan budaya-budaya luar negeri akan mengancam lestarinya budaya Indonesia sendiri.
“Pendidikan bela negara jangan diasumsikan seseorang akan menjadi tentara atau polisi. Kesan ini harus dihapus dengan memberikan pendidikan bela negara yang benar. Pendidikan bela negara harus berujung pada cinta tanah air dan negara. Mengikuti upacara dengan khidmat adalah salah satu cara mencintai negara ini. Bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya dan Lambang Negara adalah simbol kedaulatan negara Indonesia,” tegasnya. (*)