Friday, November 22, 2024
No menu items!
spot_img
HomeGaya HidupTren Fashion Bulu & Kulit Hewan Enggak Keren!

Tren Fashion Bulu & Kulit Hewan Enggak Keren!

Jakarta, benang.id – Chanel, Prada, H&M, Michael Kors, Gucci, dan Armani.

Mereka bukan sekadar fashion brands biasa, melainkan sejumlah fashion brands yang berpartisipasi dalam fur free movement menurut laporan FOUR PAWS, sebuah organisasi global yang menguak penderitaan dan menyelamatkan hewan melalui berbagai kampanye agar manusia memperlakukan hewan dengan hormat, empati, dan pengertian.

Apa, sih, fur free movement itu?

Fur free movement adalah gerakan yang mendukung produksi busana tanpa penggunaan bulu hewan. Untuk berpartisipasi dalam gerakan ini, berbagai fashion brands menetapkan fur free policy atau kebijakan untuk lepas dari penggunaan bulu hewan dalam proses produksinya untuk menentang kekerasan dan kekejaman terhadap hewan.

Humane Society International sebagai organisasi pembelaan hak hewan menyatakan setidaknya 100 juta hewan mati untuk dijadikan sebagai pakaian dan aksesori. Pernahkah memikirkan bagaimana cara fashion brand memperoleh bulu dan kulit hewan yang akan digunakan untuk produknya? Apakah hanya menggunakan hewan yang sudah mati?

Nyatanya, hewan-hewan yang digunakan untuk produksi tas, pakaian, hingga sepatu itu berasal dari peternakan yang dikelola dengan tujuan untuk mengambil kulit dan bulunya tanpa mempertimbangkan hidup si hewan, lho! NowThis News memberikan gambaran yang jelas melalui videonya yang berjudul “Film Shows Reality of Animals Farmed for Fashion.” Melalui video tersebut, NowThis News menunjukkan banyak alpaca (kambing peru) ditarik secara paksa, disiksa dengan tongkat panas yang membakar kulit mereka, dan dicukur hidup-hidup.

Selain alpaca, ada juga mink (cerpelai). Setidaknya 6,9 juta bulu mink terjual di Kopenhagen Fur Sale Denmark pada 2015. Penggunaan bulu rubah juga cukup tinggi dalam dunia busana. Berdasarkan data Respect For Animals, penggunaannya mencapai 3,7 juta ekor.

Mungkin kamu bertanya-tanya, sebenarnya mengapa, sih, fashion brand ternama cenderung menggunakan bulu dan kulit asli untuk produknya? Sejarahnya, manusia purba selalu menggunakan kulit hewan untuk menghangatkan diri pada musim dingin. Kulit hewan dianggap memberikan kehangatan yang tinggi daripada material lainnya. Terlebih, pada masa modern, busana yang menggunakan bulu dan kulit asli hewan dianggap sebagai simbol kekayaan untuk kaum menengah ke atas sehingga sejumlah brands masih menggunakannya untuk memperoleh keuntungan besar. Akhirnya, hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kepunahan spesies tertentu.

Oleh karena itu, fur free movement menjadi langkah yang positif untuk keselamatan hewan. Perlahan, sejumlah brands beralih ke faux fur atau serat sintetis yang menyerupai bulu asli untuk mengurangi kekerasan terhadap hewan. Namun, perlu diketahui bahwa fur free policy, sesuai namanya, hanya menghentikan penggunaan bulu, tidak termasuk kulit hewan (seperti reptil atau sapi). Kebijakan dalam dunia fashion ini masih harus dikembangkan agar dapat merangkul seluruh spesies.

Meski ratusan fashion brands tercatat berpartisipasi dalam fur free movement atau menetapkan free fur policy, penelitian dari FOUR PAWS menunjukkan hanya 35% brand yang mempertimbangkan kesejahteraan hewan sampai tingkat tertentu, 25% brand yang memiliki kebijakan resmi terkait kesejahteraan hewan, 21% brand yang menjamin kesejahteraan hewan dengan mengecek dan mengecualikan material yang berasal dari hewan, serta 9% brand yang memenuhi kriteria dan prinsip kesejahteraan hewan yang ditetapkan FOUR PAWS.

Artinya, terdapat 65% fashion brand yang belum memperhatikan kesejahteraan hewan dan menetap pada kebiasaan lama, menggunakan bulu dan kulit hewan untuk produksinya. Hal ini dapat terjadi bila demand atau permintaan terhadap produk tersebut masih tinggi. Konsumen juga perlu membuka mata dan menghentikan penggunaan produk dengan bulu atau kulit hewan asli sehingga memberi dampak positif terhadap lingkungan sekitar.

Sebagai konsumen, kamu dapat memilih produk yang terbukti menggunakan faux fur dan leather atau memiliki label vegan karena produk berlabel vegan menggunakan bahan sintetis yang tidak diperoleh dari hewan sedikit pun.

Penasaran apakah brand favoritmu termasuk dalam fur free fashion? Kamu bisa cek link berikut ini! https://www.humanesociety.org/fur-free-fashion 

Sources:

Respectforanimals.org, fourpaws.org, hsi.org

NowThis News. 2021, 9 Mei. Film Shows Reality of Animals Farmed for Fashion [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=7T9bQmq8Cek&t=

Ramadhan, B., & Widiati, D. (n.d). Eksplorasi serat ramie dengan efek animal fur pada produk fashion. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain, (1), 1-2.

https://media.neliti.com/media/publications/241421-none-fcbde477.pdf

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments