Zhengshou, benang.id – United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) berkomitmen untuk menciptakan masa depan di mana kota-kota anggota dan mitra ramah lingkungan, digital, dan berteknologi tinggi.
Demikian dikemukakan Dr Bernadia Irawati Tjandradewi, Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, dalam pidato penutup The Second Session of The 2024 UCLG ASPAC Executive Bureau and The 2024 Council Meetings, sekaligus perayaan HUT ke-20 UCLG ASPAC, Rabu sore (23/10/2024), di Ruyi Grand Ballroom Hotel Jiajin, Zhengzhou. Henan, China.
UCLG ASPAC merupakan perhimpunan kota dan pemerintah daerah (pemda) level internasional di wilayah Asia Pasifik. Organisasi ini menjadi simpul atau jejaring komunikasi lebih dari 10.000 pemda di wilayah Asia Pasifik. Organisasi ini mewakili 3,76 miliar penduduk atau lebih dari setengah populasi dunia. Hadir dalam acara ini dua pembicara dari Indonesia yakni AM Putut Prabantoro Tenaga Ahli Profesional (Taprof) Bidang Ideologi Lemhannas RI, dan Ichwan Peryana dari PT Finansial Integrasi Teknologi.
Acara yang mengangkat tema ‘Kolaborasi Regional Berbasis Inovasi: Membangun Masa Depan Perkotaan yang Ramah Lingkungan, Digital, dan Berteknologi Tinggi’ dan berlangsung pada 21-25 Oktober 2024 ini dihadiri lebih dari 200 peserta, termasuk pemimpin kota, pakar, dan mitra UCLG ASPAC. Dan untuk pertama kalinya, beberapa presentasi dilakukan dengan menggunakan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI).
“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tuan rumah Walikota He Xiong dan Pemerintah Kota Zhengzhou, atas keramahtamahan mereka yang luar biasa. Acara ini sukses berkat dukungan Anda semua. Bersama-sama, kami merayakan dua dekade pencapaian dan kolaborasi melalui UCLG ASPAC, yang menandai tonggak sejarah yang memperkuat misi kami dalam pembangunan perkotaan berkelanjutan,” tutur Dr Bernadia.
Ia mengungkapkan bahwa tema ‘Kolaborasi Regional Berbasis Inovasi: Membangun Masa Depan Perkotaan yang Ramah Lingkungan, Digital, dan Berteknologi Tinggi’ telah memberikan kerangka kerja yang kuat untuk diskusi sepanjang acara. Potensi transformatif dari teknologi ramah lingkungan dan inovasi digital telah menjadi topik pembicaraan utama.
“Saat kami melihat ke depan, kami menyadari bagaimana teknologi ini tidak hanya dapat mendorong pembangunan perkotaan yang cerdas dan berkelanjutan, namun juga menciptakan kota yang lebih inklusif di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal,” jelasnya.
Kata Dr Bernadia, selama beberapa hari terakhir, seluruh peserta telah berbagi praktik terbaik tentang bagaimana kota dapat memanfaatkan inovasi digital untuk mengatasi tantangan perkotaan. Peserta telah menjajaki peluang untuk mendorong kolaborasi antar pemerintah, akademisi, dan sektor swasta. Topik-topik seperti teknologi ramah lingkungan, digitalisasi, dan proyek perkotaan berteknologi tinggi telah menyoroti pentingnya mengintegrasikan inovasi ke dalam proses perencanaan kota.
“Dialog yang kami mulai di sini, di Zhengzhou menetapkan landasan bagi kemitraan yang lebih dalam dan tindakan yang bermakna di masa depan,” ucapnya.
Visi UCLG ASPAC untuk Masa Depan
Dr Bernadia menegaskan bahwa ke depan, UCLG ASPAC akan terus menjadi platform untuk berbagi pengetahuan dan kolaborasi, mendorong kota-kota untuk memimpin inovasi berkelanjutan.
“Kota-kota kita mempunyai kekuatan untuk membentuk masa depan, dan penting bagi kita untuk membina kemitraan yang kuat dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi tantangan perkotaan di masa depan. Bersama-sama, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, lebih hijau, dan lebih tangguh bagi komunitas kita,” tandasnya.
Menutup pidatonya, Dr Bernadia mengucapkan terima kasih kepada semua peserta, pemimpin kota, mitra, dan para pakar atas kontribusi yang sangat berharga. Ia menilai, keterlibatan aktif seluruh peserta adalah kunci kesuksesan acara ini.
“Seiring dengan kemajuan kami, UCLG ASPAC tetap berkomitmen untuk mendukung kota-kota anggota dan mitra kami dalam mencapai tujuan yang telah kita diskusikan. Saya mengundang Anda semua untuk melanjutkan perjalanan ini bersama kami, dan berkomitmen untuk menciptakan masa depan di mana kota-kota kita ramah lingkungan, digital, dan berteknologi tinggi. Mari kita bekerja sama untuk mewujudkan visi ini. Terima kasih,” pungkasnya.
Dimulai Sejak 1913
Terhubung ke lebih dari 10.000 kota dan pemda, UCLG ASPAC mewakili sekitar 3,76 miliar orang – lebih dari separuh populasi dunia, bersama dengan negara-negara yang ekonominya berkembang pesat seperti China, India, dan Indonesia.
Dalam kesempatan lain, Dr Bernadia menyebutkan ada tiga Negara yang belakangan aktif di UCLG ASPAC yakni China, Korea Selatan, dan Indonesia. Sebagai organisasi internasional UCLG ASPAC terhubung dengan 240 ribu pemda dan pemkot sedunia di 144 negara.
Ia mengingatkan bahwa kerja sama antar daerah sudah dimulai sejak seratus tahun yang lalu tepatnya pada 1913 sebelum PD I terjadi. Mereka membentuk yang namanya IULA (International Union of Local Authorities) di Belanda.
“Jadi kerja sama antar daerah itu dimulai Eropa. IULA ASPAC baru dibikin 1980-an waktu itu Gubernurnya (DKI) Pak Wijogo menghadiri meeting di Sydney dan kemudian menetapkan Jakarta sebagai kantor sekretariatnya,” kata perempuan yang pernah tinggal di Jepang selama 25 tahun ini.
Selanjutnya, dibentuk juga sekitar 1980-an United Towns Organization (UTO), dan World Association of the Major Metropolises (METROPOLIS) atau organisasi kota dengan penduduk lebih dari 1 juta. “Tiga organisasi itu merger pada 1 Januari 2004, jadi sudah tidak ada lagi IULA, UTO, dan METROPOLIS menjadi UCLG dan UCLG ASPAC juga berdiri dengan sekretariat di Jakarta. Jadi peran Indonesia sangat besar di sini,” katanya.
Lebih jauh, Dr Bernadia mengungkapkan manfaat UCLG ASPAC bagi Indonesia, dalam hal ini pemerintah daerah dan kota. “Kita bisa belajar, saling bertukar pikiran, pengalaman, dan juga menginspirasi satu sama lain. Misalnya, Surabaya yang dulu kota agak polusi, dan panas, akhirnya bisa tertransformasi dengan baik. Busway di Jakarta itu juga belajar dari kota di Negara lain. Selain itu kita saat ini juga tengah memfasilitasi kerja sama antar daerah Jeju dan Bontang untuk isu solid grease. Jadi banyak sekali manfaatnya. Kita juga bantu Kemendagri untuk mereformassi soal SPM (standar pelayanan minimal) kota dan menstandarkan SPM,” katanya.
Selain itu, untuk isu SDGs lanjut Bernadia, UCLG ASPAC juga memiliki peran besar. Sebelum SDGs dicanangkan UCLG atau pemerintah daerah sudah diajak berdiskusi sehingga keluarlah peraturan SDGs dengan azas partisipatoris, inklusif, dan no one life behind.
“Itu salah satunya karena berdialog dengan pemerintan daerah. Untuk Indonesia sendiri ya besar sekali khususnya di ASEAN mungkin bisa jadi player lebih besar,” katanya.
Saat ini Indonesia, lanjut Bernadia, tertarik pada Negara-negara di Kepulauan Pasifik seperti Vanuatu. “Kita juga pernah kerja sama dengan Kemenlu untuk Indonesia dan Pacific Dialogue tapi kita lebih ke pemerintah daerah. Kita memang tidak pernah pakai isu-isu nasional misalnya security tapi lebih berdasarkan pada wewenang pemerintah daerah. Seperti peningkatan kapasitas, speak di international arena, membuat Indonesia tampak di peta dunia, berdialog dengan Negara-negara lain di tingkat daerah. Itu manfaat UCLG ASPAC bagi Indonesia,” katanya.
Transformasi Digital untuk Masa Depan
Ichwan Peryana, Co-Founder & Director Pinjam Modal, merupakan salah satu pembicara Indonesia yang berkesempatan berdialog dengan peserta dari negara-negara lain. Ia membagikan pemikirannya dalam sesi diskusi bertema Urban Digital Innovation, Rabu siang (23/10/2024).
Dalam paparannya, Ichwan mengatakan bahwa perkembangan pesat kota-kota di Asia-Pasifik menimhulkan konsekuensi adanya tekanan sangat besar pada sisi infrastruktur dan sumber daya di berbagai sektor. Alhasil transformasi digital kiini menjadi kebutuhan. Seiring dengan pertumbuhannya, kota harus berevolusi menjadi smart ecosystems yang dapat memenuhi tuntutan masa depan.
“Technologies seperti IoT, AI, dan big data analytics memungkinkan cities untuk menjadi lebih adaptif. Dari smart traffic systems hingga real-time energy monitoring, tools ini membuat cities lebih efisien sambil mengurangi dampak lingkungan,” ujar Ichwan Peryana, yang mengangkat tema “Exploration and Development Opportunities of Digital Transformation in Asia Pacific Cities”.
Ichwan –yang pada sesi pagi juga berbicara dalam Panel Diskusi di Forum Utama bertema “Asia Pasific Design for The Future”– kali ini mengeksplorasi bagaimana digital technologies dapat membentuk masa depan cities di kawasan Asia-Pasifik.
Ia menegaskan dengan berbagi pengetahuan dan berkolaborasi di berbagai sektor, anggota UCLG ASPAC dapat membuka jalan baru untuk sustainable urban development atau pembangungan kota berkelanjutan. Ia menyatakan sangat antusias untuk berbagi wawasan dari pengalaman dalam technology leadership saat bekerja sama menuju pembangunan smarter, more resilient cities.
“Digital transformation menawarkan kunci untuk mengatasi masalah kompleks perkotaan seperti congestion, pollution, dan keterbatasan resources secara lebih efisien, sustainable, dan scalable,” imbuh Ichwan yang dalam presentasinya memanfaatkan AI.
Selain itu, lanjut Ichwan, financial technology (Fintech) juga memainkan peran penting dalam transformasi digital rantai pasokan, terutama dalam financing. Melalui digital platforms, businesses sekarang dapat mengakses supply chain financing lebih cepat dan lebih efisien, memungkinkan mereka untuk mempertahankan operational resilience dan mengelola cash flow dengan mudah.
Peralihan digital ini, urai Ichwan, mengurangi ketergantungan pada traditional financial systems, memungkinkan proses yang lebih efisien yang penting untuk pertumbuhan, terutama bagi usaha kecil dan menengah. Dengan membuat financing lebih mudah diakses, fintech berkontribusi pada rantai pasokan yang lebih kuat dan terhubung yang mendukung urban economies.
“Digital transformation juga meningkatkan kehidupan citizens dengan menciptakan smarter, more inclusive urban spaces. Ini meningkatkan healthcare, menyederhanakan public services, dan membuat cities lebih aman dan layak huni, sekaligus tangguh dan siap menghadapi masa depan,” ujarnya.
Tren dan Teknologi yang Membentuk Trasformasi Digital Perkotaan
Ichwan kemudian memaparkan satu persatu teknologi utama yang mendorong transformasi digital yakni Smart Infrastructure, Artificial Intelligence, Big Data, dan Sustainable Solutions.
Smart Infrastructure: Smart infrastructure, yang didukung oleh IoT dan 5G, memungkinkan cities mengelola resources seperti water, electricity, dan transportation systems secara real-time. Dengan integrasi teknologi ini, kata Ichwan, cities menjadi lebih responsif dan efisien dalam menangani tantangan perkotaan. Sebagai contoh, dari smart traffic lights yang mengurangi congestion hingga energy-eficient buildings yang beradaptasi dengan pola penggunaan, sebuah perubahan mendasar dalam cara cities dirancang dan dioperasikan.
“Inovasi-inovasi ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan tetapi juga menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih tangguh dan adaptif,” ucap Ichwan.
Artificial Intelligence: Artificial intelligence dan big data menjadi tools yang sangat diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan kota. Dengan memanfaatkan teknologi ini, cities dapat memprediksi pola lalu lintas, menganalisis konsumsi energi, dan mengoptimalkan public services. Misalnya, AI-driven traffic management systems dapat menyesuaikan aliran lalu lintas berdasarkan data real-time, mengurangi congestion dan emissions.
Predictive policing, yang didukung oleh data analytics, dapat meningkatkan keamanan publik dengan mengantisipasi area rawan kejahatan, memungkinkan penegak hukum untuk mengalokasikan resources secara lebih efektif.
Big Data dan Sustainable Solutions: Sustainability sekarang menjadi inti dari urban innovation, dan teknologi yang kita gunakan memainkan peran penting dalam mengurangi dampak lingkungan. Smart grids, yang dikombinasikan dengan renewable energy systems, memungkinkan cities memanfaatkan sumber daya seperti angin, matahari, dan sumber energi lainnya untuk mendukung infrastruktur mereka.
Solutions ini membantu cities mengurangi carbon footprints sambil mempromosikan eco-friendly practices. Cities yang mengadopsi renewable energy sources dan smart grid technologies dapat bergerak menuju pencapaian tujuan sustainability dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat.
Public-Private Partnership
Untuk mempercepat digital transformation perkotaan ini, Ichwan menekankan pentingnya bagi governments untuk bekerja sama erat dengan private businesses, tech innovators, dan international partners. Public-private partnerships (PPP) sangat penting untuk mencapai peningkatan infrastruktur berskala besar dan integrasi teknologi. Dengan mendorong kemitraan ini, governments dapat memanfaatkan keahlian, pendanaan, dan innovation sektor swasta.
Sebaliknya, private businesses dapat membantu meningkatkan solusi teknologi yang bermanfaat bagi seluruh populasi perkotaan, mulai dari public services yang ditingkatkan hingga sustainable energy management. Sinergi antara sektor publik dan swasta sangat penting dalam mendorong gelombang evolusi smart cities berikutnya di seluruh kawasan Asia- Pasifik.
Terakhir, sebagai simbol dari masa depan perkotaan yang berkelanjutan, proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) Indonesia menurut Ichwan dapat membuka pintu untuk kolaborasi, baik lokal maupun internasional, di bidang seperti urban planning, digital infrastructure, dan sustainability. Proyek ini memberikan peluang luar biasa untuk innovation, public-private partnerships, dan kerja sama lintas batas.
“Demi masa depan perkotaan yang sedang kita bentuk bersama dan demi generasi yang akan mewarisi kota-kota ini, saya dengan rendah hati mendorong setiap dari kita di sini, baik dari pemerintah daerah, kalangan usaha, dan akademisi untuk merangkul keberanian dalam visi kita dan komitmen dalam tindakan kita. Bersama-sama, kita dapat mendorong kawasan Asia-Pasifik menuju masa depan yang cerdas, berkelanjutan, dan diberdayakan secara digital,” tutup Ichwan. (*)
Gora Kunjana dari Zhengzhou, China