Jakarta, benang.id – Di sepanjang tahun 2025, umat Katolik sangat antusias untuk melakukan ziarah ke Pintu Suci atau Holy Door dalam bahasa Inggris, dan Porta Sancta dalam bahasa Italia. Pasalnya, tahun ini adalah Tahun Yubileum yang merupakan tahun suci rahmat dan ziarah khusus dalam Gereja Katolik.
Perayaan ini diadakan setiap 25 tahun sekali. Namun Paus dapat mengadakan tahun Yubileum luar biasa, seperti pada Tahun Iman 2013 dan Tahun Kerahiman 2016. Tahun Yubileum 2025 bertemakan Peziarah Pengharapan dan ditandai dengan pembukaan secara resmi Pintu Suci di Vatikan oleh Paus Fransiskus, pada malam Natal, Selasa, 24 Desember 2024. Tahun Yubileum akan berakhir pada Selasa, 6 Januari 2026.
Umat Katolik di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia memiliki kesempatan untuk memperoleh rahmat indulgensi atau penghapusan hukuman sementara atas dosa-dosa yang sudah diampuni melalui Sakramen Tobat.



Secara umum, ada lima syarat untuk memperoleh rahmat indulgensi bagi umat Katolik yakni; pertama, Melakukan ziarah ke Porta Sancta. Kedua, Menerima Sakramen Tobat atau Pengampunan Dosa selama Tahun Yubileum 2025. Ketiga, Tekun mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu dan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.
Keempat, Mendoakan intensi Bapa Paus Fransiskus dipenuhi dengan doa Bapa Kami, Salam Maria, dan doa lain yang sesuai dengan kesalehan dan devosi atau ungkapan kasihnya.
Dan kelima, Melakukan perbuatan amal dan belas kasih dengan mengunjungi saudara/saudari yang membutuhkan atau sedang dalam kesulitan (orang sakit, tahanan, lansia, yang kesepian, yang difabel).



Secara khusus untuk syarat pertama bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), ziarah ke Porta Sancta harus dilakukan minimal di 9 gereja di 9 dekanat yang ada di KAJ baik secara pribadi, bersama keluarga, atau pun komunitas/lingkungan.
Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan bahwa Tahun Yubileum 2025 mengambil tema Peziarah Pengharapan karena, “Pengharapan itu sudah ada dalam diri kita, sedang kita hayati, dan masih kita usahakan kepenuhannya.” Oleh karena itu, Kardinal Suharyo mengajak umat Katolik untuk mengusahakan kepenuhan pengharapan itu agar kita memperoleh rahmat indulgensi.



Dengan harapan dapat menerima rahmat indulgensi itulah, umat Katolik di wilayah KAJ sangat bersemangat untuk menjalani ziarah ke Porta Sancta. Bagi peziarah perorangan, atau keluarga bisa melakukan ziarah pada hari biasa, atau pun weekend. Namun bagi kelompok besar, seperti umat lingkungan, wilayah, hingga paroki, yang harus menggunakan konvoi kendaraan atau pun bus, kebanyakan memanfaatkan momen liburan untuk berziarah Porta Sancta. Demikian pula umat Lingkungan Lucius, Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Paroki Tangerang.
Setelah libur bersama Idulfitri April, libur Perayaan Waisak Mei, untuk kali ketiga Umat Lingkungan Lucius kembali berziarah Porta Sancta di momen libur Iduladha, Jumat (6/6/2025). Dengan menggunakan empat mobil, rombongan beranggotakan 20 orang ini mulai bergerak dari Perumahan Taman Royal 3, Tangerang sekira pukul 07.30, menuju Gereja Santo Mathias Rasul Paroki Kosambi Baru, diikuti Gereja Maria Kusuma Karmel (MKK) Paroki Meruya, Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) Paroki Tomang (ketiganya di Dekanat Jakarta Barat 2).
Saat rombongan tiba di Porta Sancta ke-4 di Gereja Kristus Salvator Paroki Slipi (Dekanat Jakarta Barat 1), hujan turun sangat lebat. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Umat Lingkungan Lucius untuk tetap menjalani prosesi ibadat; berdoa di depan Porta Sancta, berdoa setelah melewati Porta Sancta, mendoakan intensi Paus Fransiskus, dan terakhir berdoa kepada Bunda Yesus di Gua Maria.


Karena setelah ibadat selesai hujan masih saja mengguyur, Wakil Ketua Lingkungan Lucius sekaligus Ketua Rombongan, Ladislaus Amatus memutuskan untuk rehat makan siang. “Biasanya kami makan siang setelah ziarah ke 5 atau 6, tapi karena situasi tidak memungkinkan makan siang dimajukan jadi kami tidak kehilangan waktu hanya menunggu hujan mereda,” jelasnya.
“Kami percaya semuanya sudah diatur oleh Yang di Atas. Dua ziarah sebelumnya kami selalu makan di resto terdekat gereja, kemarin ibu-ibu mengusulkan untuk bawa nasi boks, ternyata ini maksudnya,” imbuh Ladis Amatus seraya tersenyum.
Paroki terkecil di KAJ


Setelah makan siang selesai tepat saat itu pula hujan berhenti, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah Gereja Maria Bunda Perantara Paroki Cideng (Dekanat Jakarta Barat 1).
Boleh jadi ini maksud KAJ mewajibkan peziarah minimal mengunjungi 9 gereja di 9 dekanat di wilayahnya, syukur-syukur bisa mengunjungi seluruh gereja yang total jumlahnya mencapai 69. Dengan demikian umat bisa mengenal berbagai gereja di wilayah KAJ dengan segala kisah dan dinamika umatnya.
Tanpa bermaksud mengesampingkan gereja-gereja lainnya, Gereja Maria Bunda Perantara Paroki Cideng ini sangat menarik untuk dicermati. Karena dia adalah gereja terkecil di wilayah KAJ, baik luas tanah maupun umat yang dilayani. Seperti dikutip dari laman parokicideng.or.id, sudah memulai buku baptis pada tahun 1975, stasi ini diresmikan sebagai paroki dengan wilayahnya sangat terbatas baru pada tahun 1977.


Sesudah Perang Dunia II, Pater C De Boer MSC dan seorang pendeta ditugaskan menolong ibu-ibu di bekas Kamp Konsentrasi Cideng, yang suaminya gugur atau dibunuh tentara Jepang. Umat Stasi Cideng semula dilayani oleh imam-imam Fransiskan (1946-1950), lalu oleh pater-pater MSC dari Paroki Kemakmuran, sampai 1963.
Pastoran dan rumah ibadat sederhana dibangun di atas tanah yang sangat sempit hanya 600 m2. Karena areal yang tidak memungkinkan pastoran dibangun di lantai 2 pada tahun 1974. Paroki Cideng melayani umat sebanyak 5.000 orang, bisa dibayangkan jika seluruh umat datang dalam waktu bersamaan seperti saat Pesta Natal atau Paskah.


Pastor pertama yang bertugas melayani di Paroki Cideng adalah Romo Ign Soesilosoewarna MSC yang kemudian disusul oleh pater-pater dari kongregasi yang sama hingga sekarang. Berbeda dengan paroki-paroki lainnya di KAJ, paroki terkecil ini belum mempunyai biara maupun sekolah Katolik.
Selepas Paroki Cideng, Rombongan Lingkungan Lucius melanjutkan ziarah keempat Porta Sancta lainnya secara berturut-turut satu di Dekanat Jakarta Barat 1, dan tiga lainnya di Jakarta Barat 2. Yakni, Gereja Santo Petrus dan Paulus Paroki Mangga Besar, Gereja Philipus Rasul Paroki Kapuk, Gereja Santo Andreas Paroki Kedoya, dan terakhir di Gereja Santa Maria Imaculata Paroki Kalideres.
Antusiasme umat



Tepat pukul 18.00, rangkaian ziarah Porta Sancta ke 9 gereja berakhir sudah. Ketua Lingkungan Lucius, Aloysius Soba Koten mengungkapkan bahwa ziarah episode ke-3 ini memang dirancang waktunya relatif lebih singkat agar dapat kembali ke rumah tidak terlalu malam.
“Mengingat secara target 9 gereja di 9 dekanat sudah kami lalui, bahkan dua kali, kami memutuskan untuk berziarah tetap ke 9 gereja namun cukup di dua dekanat yang saling berdekatan, jadi waktu tidak habis di jalan,” jelas Aloys.
“Demikian pula untuk ziarah episode selanjutnya, kami mengunjungi 9 gereja cukup di dua dekanat yang saling berdekatan saja,” imbuhnya.



Ketua Lingkungan Lucius, Aloys dan Ketua Rombongan Ziarah Ladis Amatus mengungkapkan rasa syukurnya akan antusiasme umat untuk terlibat dalam ziarah Porta Sancta yang cukup baik. Terbukti jumlah peserta program yang bersifat spontan, sukarela, terbuka, dan tanpa pembentukan panitia khusus ini terus meningkat. Dari 8 orang, 17, dan terakhir 20, dan diharapkan terus bertambah di kesempatan berikutnya.
“Semoga kami dapat ikut lagi di ziarah episode ke empat nanti,” ujar Dedi Jocom, yang bersama keluarga baru bergabung di ziarah episode tiga ini. (*)