Friday, October 18, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiUOB Indonesia: PDB 2024 Tumbuh 5,2%, 2025 Tumbuh 5,3%

UOB Indonesia: PDB 2024 Tumbuh 5,2%, 2025 Tumbuh 5,3%

Membuka potensi perekonomian Indonesia melalui kebijakan fiskal tepat sasaran dan pendalaman finansial untuk pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan

Jakarta, benang.id  – UOB Indonesia memproyeksikan PDB Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2024 dan 5,3% pada tahun 2025, didorong oleh kebijakan fiskal strategis yang tepat sasaran dan pendalaman finansial di tengah meningkatnya tantangan global.

Dirut UOB Indonesia Hendra Gunawan memberikan sambutan di acara UOB Economic Outlook 2025: Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: UOB Indonesia

UOB Indonesia menyampaikan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada acara tahunan UOB Economic Outlook 2025 yang diadakan di Jakarta, Rabu (25/9/2024) dengan tema “Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia.”

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pidato pembukaan acara yang dihadiri oleh lebih dari 600 investor, pemimpin dunia usaha, dan pejabat pemerintah tersebut, menyampaikan sebagai negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN, Indonesia siap memanfaatkan keunggulan demografis dan stabilitas politik untuk mempercepat pertumbuhan yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan.

Mencapai pertumbuhan lebih tinggi melalui kebijakan fiskal yang strategis

Dirut UOB Indonesia Hendra Gunawan memberikan cinderamata kepada Ekonom Burhanuddin Abdullah di sela acara UOB Economic Outlook 2025: Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: UOB Indonesia

Pertumbuhan Indonesia yang konsisten sebesar 5% selama beberapa tahun terakhir menunjukkan potensi negara untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Enrico Tanuwidjaja, ASEAN Economist UOB mengatakan, UOB mengantisipasi pemerintahan baru akan menerapkan kebijakan fiskal yang memiliki dampak besar dan tepat sasaran, berfokus pada infrastruktur, industri hilir, dan sektor teknologi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

“Sementara itu, permintaan dalam negeri, belanja modal, dan ekspor yang kuat diperkirakan akan terus mendukung perekonomian hingga akhir tahun 2024 dan seterusnya,” tuturnya.

UOB Economic Outlook 2025: Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Menurut dia, perekonomian Indonesia tumbuh baik didukung oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang setengah dari PDB Negara. Namun, Indonesia masih memiliki peluang pertumbuhan yang belum dimanfaatkan melalui investasi bernilai tambah dan kebijakan fiskal strategis yang mendorong produktivitas dan ekspansi ekonomi. Inisiatif pemerintah, seperti hilirisasi mineral dan pertambangan serta proses penambahan nilai, promosi pariwisata, dan relokasi ibu kota ke Nusantara, mendukung optimisme tersebut.

Di sisi eksternal, lanjut dia, aliran investasi asing langsung (FDI) yang stabil dan surplus perdagangan kuat sejak tahun 2020 akan semakin mendorong pertumbuhan dan memperluas basis ekonomi.

“Ke depan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 7-8% atau lebih serta mewujudkan visi Indonesia berpenghasilan tinggi pada tahun 2045 memerlukan komitmen yang kuat terhadap kebijakan fiskal, pasar finansial yang mendalam, dan reformasi struktural. Kami percaya bahwa sejumlah langkah ini akan membuka potensi ekonomi Indonesia yang besar untuk menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat dan tujuan utama investasi global,” tandas  Enrico.

Dampak pemangkasan suku bunga The Fed

(ki-ka): Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan, Global Market Director UOB Indonesia Sonny Samuel, dan ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja berdiskusi usai UOB Economic Outlook 2025: Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Pekan lalu, Kamis (19/9/2024), Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), memangkas suku bunga acuan 50 basis poin atau 0,5% menjadi 4,75-5%, lebih besar dari ekspektasi pasar 25 bps. Langkah The Fed kemudian diikuti oleh Bank Indonesia (BI) yang juga menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate 0,25% dari 6,25% menjadi 6%.

Menanggapi hal tersebut, Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan bahwa hal tersebut memberikan dampak positif terhadap sektor wholesale banking Indonesia. Di sisi lain, pemerintahan Indonesia sudah ada kepastian.

“Indonesia secara political is very stable, ini faktor yang sangat penting. Interest rate yang turun 50 basis poin yang sampai akhir tahun ada nada-nada turun, dan tahun depan diproyeksi akan turun lagi ini akan memberikan interest rate yang lebih rendah daripada setahun ini,” katanya, dalam konferensi pers usai UOB Economic Outlook 2025.

Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia Maya Rizano, Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan, Global Market Director UOB Indonesia Sonny Samuel, dan ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja foto bersama usai berdiskusi setelah UOB Economic Outlook 2025: Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Interest rate yang lebih rendah, jelas Harapman, akan mendorong pengusaha untuk berbisinis. Dengan stabilitas politik dan suku bunga rendah ini juga membuat Indonesia menjadi destinasi bagi investor. “Kalau kita bisa mengoptimalkan kelebihan Indonesia ini, juga SDM yang berlimpah, didukung policy yang mendorong hilirisasi berkaitan dengan new energy, juga ketahanan pangan, semuanya paham bahwa Indonesia adalah negara yang subur. Jadi kalau pemerintah  kalau pemerintah melakukan policy yang tepat dan mendorong investor untuk investasi di sektor Indonesia bisa memberikan insentif saya rasa ekonomi akan tumbuh lebih pesat,” katanya.

Global Market Director UOB Indonesia Sonny Samuel dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa penurunan The Fed sebesar 50 basis poin sudah ditunggu lama, dan berdampak positif terhadap emerging markets termasuk Indonesia. “Financial asset di Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia bernilai jadi murah kelihatannya, jadi mereka banyak membeli saham di Indonesia, membeli obligasi pemerintah di Indonesia. Dan, itu juga membuat kurs rupiah menguat sekarang di bawah 15.100 atau 15.080 siang ini. Jadi dampaknya sangat positif apalagi suku bunga diproyeksikan akan terus menurun sampai tahun depan, dan mungkin sampai tahun 2026. Itu sangat-sangat positif buat Indonesia dan kekuatan keuangan Indonesia,” ujarnya.

ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja memperkirakan The Fed akan terus melakukan pemangkasan suku bunga acuannta. The Fed, menurut pandangan UOB, akan memangkas 2 kali 25 basis poin lagi sampai akhir tahun ini. “Jadi tahun ini akan turun jadi 4,5%, tahun depan turun kumulatif 100 basis poin  dari 4,5% jadi 3,5%, lalu the final cut di awal 2026 jadi 3,25%,” katanya.

ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja dalam jumpa pers usai UOB Economic Outlook 2025: Ushering a New Dawn for A Remarkable Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Namun, Enrico mengingatkan bahwa Indonesia tidak sedang berada di masa resesi. Indonesia mengalami  3 kali resesi yakni sebelum pandemi Covid-19, 2008, dan 2001. “Kali ini penurunan akan sedikit interesting. Bisa jadi dia turun paus, berhenti sejenak, lalu turun lagi. Tapi kalau ekonominya strong, dia akan cut dan harus naik lagi,” katanya.

Enrico menambahkan bahwa yang harus dipantau adalah tanggal 5 November, saat presiden Amerika terpilih.  Fakta sudah terlihat globalisasi stagnan per tahun 2017. “Nah, risiko itu ada karena semua Negara banyak melihat pada kepentingannya sendiri. Indonesia kan pangsa pasarnya besar, jadi BI sudah mulai menurunkan suku bunga itu artinya sudah curi start untuk menstimulisasi moneter kita ekonomi kita, ketika transition comes dan sektor  ekonomi mau bergeliat, BI sudah berikan di depan,” papar Enrico.

Menurut pandangan UOB, pemangkasan BI Rate yang sudah dilakukan bulan ini masih  akan berlanjut. “Mungkin satu kali lagi di kuartal 4, bisa jadi lebih. Tetapi per tahun 2025 akhir forecast kita ada di kisaran 4,75%. dan longterm equilibrium-nya ada di kisaran 4-4,25%, dengan catatan target inflasi Indonesia sudah diturunkan dari 2-4% menjadi 1,5-3,5%,” katanya.   (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments