Wednesday, March 12, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiUOB Indonesia: Perencanaan Keuangan Harus Lebih Cermat untuk Jaga Stabilitas dan Ketahanan...

UOB Indonesia: Perencanaan Keuangan Harus Lebih Cermat untuk Jaga Stabilitas dan Ketahanan Finansial Kelas Menengah

Jakarta, benang.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk yang tergolong kelas menengah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir, dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Artinya, ada sekitar 9,48 juta orang yang keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kategori yang lebih rendah. Di sisi lain, situasi inflasi diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, UOB Indonesia memandang pentingnya perencanaan keuangan yang lebih cermat untuk menjaga stabilitas dan ketahanan finansial kelas menengah.

Demikian salah satu poin penting yang terungkap dalam acara Media Literacy Circle bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ yang digelar UOB Indonesia di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Media Literacy Circle menghadirkan pembicara Chief Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja dan Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret. Hadir pula Cristina Teh Tan, Consumer Banking Director UOB Indonesia, dan Maya Rizano, Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia.

Cristina Teh Tan, Consumer Banking Director, UOB Indonesia memberikan sambutan di acara Media Literacy Circle UOB Indonesia bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana
Maya Rizano, Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia memberikan sambutan pembuka dalam acara Media Literacy Circle bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ yang diselenggarakan UOB Indonesia di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Dalam pemaparannya tentang “Reformasi Investasi untuk Indonesia yang Lebih Kuat”, Chief Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja mengungkapkan bahwa Indonesia sebenarnya dengan pertumbuhan yang bagus rata-rata pertumbuhan di atas 5%, inflasi di bawah 3%, termasuk negara maju. “Rapiah seharusnya tidak melemah, lalu kenapa rupiah jebol? penyebabnya adalah current account deficit (defisit transaki berjalan),” jelasnya.

Indonesia secara riil oke dari dampak Trump, volatilitas dan sebagainya. Namun secara nilai tukar, secara finansial karena pasar kita terlalu dangkal atau kurang dalam lebih banyak terkena imbas negatifnya. Padahal pertumbuhan kita solid, inflasi terjaga,” imbuhnya.

Chief Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja (berdiri) saat memaparkan presentasi disaksikan Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret (tengah) dalam acara Media Literacy Circle bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ yang diselenggarakan UOB Indonesia di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Menurut Enrico, yang perlu dijaga saat ini adalah confident. Ia mengungkapkan kelas menengah yang terus berkurang bahkan ada istilah makan tabungan karrena kondisi pasar tenaga kerja lebiih chalenging ada ketidakpastian.

Memang mereka harus mengetatkan ikat pinggang sehingga berdampak ke ekonomi. Tapi apakah moneter dan fiskal diam saja, tidak. Kita lihat juga ada sektor-sektor yang mampu men-generate multiplier yang tinggi. Ada lima sektor yaitu makanan dan minuman, dengan multiplier 4,8, kedua; transportasi dan logistik, kemudian business service pendukung usaha-usaha middle ataupun up, lalu infocom, lalu financial dan mining,” ucapnya.

Policy yang harus ditempuh pemerintah, lanjut Enrico, adalah mendongkrak investasi Indonesia. Sebab sejak 20 tahun ke belakang, kontribusi investasi riil Indonesia kecil. “Program pemerintah kita saat ini adalah mendongkrak investasi sehingga kita bisa bertumbuh jadi 6, 7, 8 dan mudah-mudahan bisa lebih,” katanya.

Literasi Keuangan Masyarakat dan Tantangan Digitalisasi

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret (berdiri) saat memaparkan presentasinya disaksikan Chief Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja (kiri) dalam acara Media Literacy Circle bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ yang diselenggarakan UOB Indonesia di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret mengungkapkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2024 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BPS menyebutkan, tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia berada di angka 65,43%, meningkat signifikan dibandingkan 2013 yang masih 21,84%.

Meski terlihat positif, lanjut Vera, literasi keuangan masyarakat masih perlu ditingkatkan sebab masih terdapat gap 9,59% dari tingkat inklusi keuangan saat ini yang mencapai 75,02%. Artinya, semakin banyak masyarakat yang memiliki akses ke layanan keuangan, namun tidak semuanya memiliki pemahaman yang cukup tentang mengelola keuangan dan investasi secara bijak.

Dalam menghadapi tren digitalisasi keuangan, UOB Indonesia menekankan pentingnya peningkatan literasi keuangan untuk menciptakan kelas menengah yang lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan di masa depan,” ujarnya.

UOB Indonesia sendiri, secara rutin melaksanakan kegiatan literasi keuangan, baik kepada rekan-rekan media, bersama komunitas, termasuk menjadi pembicara di berbagai kesempatan,” imbuhnya.

Melalui literasi yang memadai, UOB Indonesia berharap masyarakat akan lebih memahami dasar-dasar investasi dan mengelola risiko dengan baik, serta membantu kelas menengah Indonesia mempertahankan daya beli dan stabilitas keuangan, bahkan dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian.

UOB Indonesia membagikan rumus perencanaan keuangan yang dibagi ke dalam tiga hal. Pertama, alokasikan dana untuk menabung (SAVINGS) sebesar 10-20%. Selanjutnya adalah kebutuhan dasar (NEEDS) berkisar 70-85% serta keinginan (WANTS) sebesar 5-10%,” jelasnya.

Fitur Digital Wealth di UOB TMRW

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret (tengah) memberikan penjelasan disaksikan Chief Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja (kiri) dalam acara Media Literacy Circle UOB Indonesia bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Sementara itu, mengikuti perkembangan di era digital, UOB Indonesia meluncurkan Digital Wealth atau fitur pembelian dan pengelolaan produk reksadana secara digital di aplikasi UOB TMRW.

Melalui fitur terbaru ini, UOB menghadirkan kemudahan bagi nasabah dalam mengakses berbagai pilihan reksa dana yang sesuai dengan profil risiko mereka. Selain itu, nasabah bisa melakukan Beli/Top Up, Jual, dan Alihkan portofolio investasi cukup dari satu aplikasi.

Investasi juga menjadi lebih mudah dengan penjadwalan bulanan, serta mengecek riwayat transaksi atau portofolio investasinya secara digital untuk kenyamanan dan transparansi nasabah.

UOB Indonesia berharap hadirnya fitur terbaru Digital Wealth di aplikasi UOB TMRW dapat menjadi kontribusi lebih dalam meningkatkan stabilitas keuangan bagi masyarakat kelas menengah.

Pedoman Risk First Approach dari UOB

Foto bersama di sela acara Media Literacy Circle bertajuk “Investasi via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar“ yang digelar UOB Indonesia di Jakarta, Selasa (11/3/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

UOB Indonesia sebagai bank ternama di Asia percaya bahwa investasi sebagai salah satu aktivitas keuangan, harus memerlukan pengetahuan dan kemampuan menilai tingkat pengembalian dan risiko aset investasi.

Melalui pendekatan Risk-First, secara aktif UOB Indonesia memberikan pengenalan risiko yang baik untuk membantu masyarakat dalam mengelola keuangannya termasuk mengenalkan pada instrument-instrumen investasi yang aman.

Dalam pendekatan Risk-First, ada tiga pilar atau langkah dalam perencanaan keuangan. Langkah pertama adalah melindungi (protect) diri dan orang yang dicintai dari risiko kejadian hidup yang tidak terduga dengan menyediakan dana darurat dan perlindungan asuransi.

Kedua, membangun (build), portofolio awal dengan produk keuangan yang tidak mudah terpengaruh kendali pasar. Ketiga, langkah terakhir dalam perencanaan keuangan adalah meningkatkan (enhance) pertumbuhan portofolio investasi dengan menangkap peluang pasar. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments