Nusa Dua, benang.id – Industri sawit ibarat the Goose with the Golden Eggs atau “angsa yang bertelur emas” bagi Indonesia. Oleh karena itu, adalah penting bagi Indonesia untuk menjaga dengan baik, merawat dengan baik agar “angsa” atau industri sawit itu terus bertelur emas dan mensejahterakan bangsa Indonesia.
Hal tersebut dikemukakan Wakil Menteri Pertanian RI (Wamentan) Sudaryono dalam pidato pembukaan Konferensi Kelapa Sawit Indonesia ke-20 dan Outlook Harga 2025 (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/11/2024).
“Kita ingin bagaimana goose atau angsa ini bisa kita jaga dengan baik, kita rawat dengan baik, kita tuntaskan permasalahan. Pemerintah menjadi solusi bagi persoalan (industri sawit) sehingga ‘angsa’ ini bisa menelurkan lebih banyak telur emas yang sangat bermanfaatk bagi bangsa ini,” tutur Wamentan Sudaryono.
Pada Konferensi Kelapa Sawit Indonesia ke-20 dan Outlook Harga 2025 (IPOC) yang bertema Memanfaatkan Peluang di Tengah Ketidakpastian Global dan berlangsung hingga 8 November 2024 ini, Wamentan menjelaskan bahwa tujuan pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto adalah menciptakan sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia bertambah sejahtera.
Kesejahteraan bangsa, lanjut dia, salah satunya ditopang dari sektor pertanian dan juga industri. Untuk mencapai itu, tiga pilar yakni pemerintah, pelaku usaha, dan rakyat atau petani harus untung. “Kalau rakyat atau petani untung pengusaha juga harus untung, kalau tidak untuk maka bisnis tidak sustainable. Rakyat untung, pengusaha untung maka pemerintah atau negara pun juga untuk,” katanya.
Pemerintah, dalam hal ini kementerian pertanian, ujar Wamentan, memiliki tugas bagaimana bisa menjadi mitra yang baik, menjadi problem solver yang baik bagi permasalahan di industri sawit nasional. “Industri sawit dalam hal ini Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) adalah the golden goose,” tandasnya.
Lebih jauh Wamentan mengungkapkan dua hal penting. Pertama, terkait rencana besar Pemerintah Presiden Prabowo Subianto mencanangkan bagaimana Indonesia menggunakan sustainable energy.
“Program B35, B40, akan kita tingkatkan terus menuju ke B50, sebagai oppotunity yang baik bagi kita semua tapi mengandung implikasi yang harus kita tanggung sama-sama, kita diskusikan dan kita bersama-sama rumuskan kebijakan yang akan kita lakukan,” ujarnya.
“Artinya semakin besar porsi ‘B’-nya tadi akan mengurangi peredaran non energi, sehingga kita wajib hukumnya meningkatkan produktiivitas,” imbuhnya.
Wamentan meminta Gapki menjadi motor ke depan bagi petani sawit yang menurutnya masih banyak salah menggunakan bibit tidak berkualitas. “Banyak petani yang beli di online di market place karena harga murah dan sebagainya setelah ditunggu, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun ternyata buahnya tidak sesuai harapan,” ucapnya.
Pemerintah, tukas Wamentan, mengajak pengurus Gapki aktif terjun langsung membina petani-petani sawit. Sudaryono pun meminta jajarannya agar petani-petani sawit mendapatkan manfaat yang besar dari pemerintah, dan dari Gapki. (*/GK)