Bromo, benang.id – Tak usah risau jika kita belum berkesempatan melancong ke Gunung Fuji di Jepang, St Helens di AS, atau pun Pegunungan Alpen di Swiss. Indonesia pun tak kalah. Kita punya Rinjani yang merupakan gunung paling cantik dengan Danau Segara Anakan yang sangat indah. Namun, gunung yang terletak di Lombok, Nusa Tenggara Barat ini tak mudah dicapai untuk wisatawan pada umumnya, ia lebih pas untuk para pendaki gunung.
Nah, bagi kita wisatawan kebanyakan, Gunung Bromo bisa jadi pilihan. Sebagai objek wisata utama di Jawa Timur, Gunung Bromo yang terletak di empat wilayah kabupaten ini dapat dicapai melalui empat kota yaitu: Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Berada di ketinggian 2.329 m di atas permukaan laut, gunung berapi yang masih aktif ini menawarkan pemandangan yang spektakuler.
Dimulai dari pagi hari, pengunjung bisa menyaksikan sunrise atau indahnya proses matahari terbit secara perlahan dari puncak Gunung Bromo. Di sini, pengunjung juga bisa melihat pemandangan hamparan pasir yang luas, serta keindahan Gunung Batok, dan Gunung Semeru yang menjulang tinggi di sebelah timur.
Ada empat titik lokasi yang bisa digunakan wisatawan untuk berburu sunrise di Bromo. Yakni, Pananjakan, Mentigen, Bukit Kingkong, dan Love Hill atau Bukit Cinta.
Bagi pengunjung yang sudah berumur, Bukit Cinta yang berada di ketinggian 2.680 mdpl, bisa jadi merupakan titik yang paling cocok untuk menikmati keindahan matahari terbit. Pasalnya, lokasi ini mudah dicapai dengan effort yang tidak terlalu berat. Cukup berangkat pukul 03.00 pagi dari penginapan di sekitar area wisata Gunung Bromo, kemudian untuk mencapai titik pengamatan cukup 100 meter yang bisa ditempuh dengan jalan kaki atau 1-2 menit naik ojek.
Sugiarto, salah satu pengunjung yang ditemui, mengatakan bahwa Bukit Cinta pilihan yang terbaik untuk dia dan teman-temannya yang sudah memasuki usia pensiun. Menurut pria yang sudah berkali-kali berkunjung ke Bromo dari semua arah kedatangan ini, Penanjakan adalah titik berburu sunrise utama, tertua, paling menantang, dan terbanyak dikunjungi. Namun, untuk menuju tempat itu harus berangkat dari penginapan pukul 02.00 dinihari, selain itu tempat ini memiliki terpaan angin yang sangat kencang sehingga baju rangkap, sweater, syal, tutup kepala, dan jaket tebal, pun kadang tak cukup.
“Karena itulah saya ajak teman-teman lihat sunrise di Bukit Cinta. Kami berangkat pukul 03.00, kalau ke Penanjakan pasti jeep kami sudah tidak dapat parkir artinya harus jalan ratusan meter bahkan bisa satu kilo meter, berat bagi teman-teman,” beber Pak Gik, demikian ia akrab disapa yang kali ini mendampingi 10 temannya, pada trip 24-25 Juli 2023.
Dalam keadaan masih gelap gulita, pengunjung dapat mengamati semburat warna oranye dan jingga di langit. “Masyaallah… bagus banget,” kata Yati, salah satu pengunjung asal Jogja. “Terima kasih Tuhan, betapa indahnya karya-Mu,” sahut Liliek, pengunjung lainnya.
Decak kagum dan puja-puji kepada Tuhan yang terucap spontan dari para pengunjung memang mendominasi suasana Bukit Cinta menjelang sunrise. Bahkan Rudi, salah satu wisatawan asal Depok, yang sudah kali keempat ke Bromo tetap saja terpesona. “Luar biasa, luar biasa, gak bosan-bosan aku….,” katanya berulang-ulang.
Di Bukit Cinta, selain dapat merasakan eloknya matahari terbit, pengunjung juga bisa mengamati anggunnya Kaldera Tengger, dan melihat keindahan puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru.
Ajang “pameran” Jeep FJ40
Selepas dari Bukit Cinta dari dalam jeep, pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam di sekitar Gunung Bromo menuju Bukit Teletubbies atau Savannah. Di tempat ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan hijau perbukitan yang sangat indah, serta padang rumput dan lembah yang mempesona.
Dengan menggunakan jeep, pengunjung akan diajak melewati lautan pasir yang sangat luas. Salah satunya adalah Pasir Berbisik, sebuah hamparan pasir yang sangat luas membentang di area Bromo. Pasir Berbisik berada di sebelah timur kawah Bromo berada di ketinggian 2.000 meter dari permukaan laut. Pasir Berbisik biasanya merupakan bagian akhir trip setelah mengunjungi tiga objek wisata sebelumnya.
Penampakan ratusan jeep Toyota Land Cruiser FJ40 di kawasan wisata Gunung Bromo di lain sisi juga bisa menjadi hiburan tersendiri. Selain warnanya yang beraneka ragam jumlahnya yang mencapai ratusan unit membuat padang pasir Bromo bagaikan ajang pameran mobil—khusus jeep.
Soal jeep ini, Sudiyono—salah satu driver, mengatakan bahwa di saat weekend, atau libur panjang, jumlah jeep yang beroperasi bisa mencapai hampir 2.000. “Ini hari Selasa saja jeepnya mencapai 500-an, kalau musim liburan kemarin bisa 1.800-an pak,” ucap Sudiyono.
Menurut dia, keberadaan jeep yang melengkapi “pasukan” kuda di wisata Bromo ini ikut memberikan penghidupan kepada warga sekitar. Asal tau saja, kebanyakan jeep ini dimiliki oleh perseorangan bukan perusahaan besar yang mempekerjakan supir. “Ini mobil teman saya, dia punya 2 jadi saya disuruh pegang satu,” imbuh Sudiyono.
Di samping keindahan alamnya, Bromo juga memiliki keunikan budaya yang sangat kental. Di ujung lautan pasir tersebut, dekat dengan bukit terdapat sebuah kuil bernama Pura Luhur Poten yang menjadi tempat ibadah bagi masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger memiliki adat istiadat unik, salah satunya upacara Kasada. Upacara yang dilakukan setiap bulan purnama ke-14 dalam penanggalan Jawa ini, merupakan ungkapan syukur masyarakat Tengger kepada Sang Pencipta atas hasil panen mereka. (*)
Gora Kunjana dari Bromo