Friday, October 18, 2024
No menu items!
spot_img
HomeInternasionalWow! Suster Matrona Lulus S2 Summa Cum Laude

Wow! Suster Matrona Lulus S2 Summa Cum Laude

Roma, benang.id – Kabar membahagiakan datang dari Roma, Italia. Suster Maria Matrona Ola OCarm atau yang akrab disapa Suster Matrona lulus Sarjana Strata 2 (S2) dengan predikat Summa Cum Laude (sangat memuaskan) dari Pontificia Università Urbaniana atau Universitas Kepausan Urbaniana.

Sr Matrona di depan para penguji pada sidang thesis, Kamis (20/6/2024) lalu berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul:  Dimensi Formatif Pendidik/Pengajar Kristen (Katekis) dalam karisma Beata Maria Teresa Scrilli, Pendiri Suster Karmelit dalam Konteks Pengabdian dalam Keuskupan Atambua. Dalam bahasa Italianya: “la dimensione Formativa del  Catechista Educatore nel carisma della Beata Maria Teresa Scrilli, fondatrice delle suore Carmelitane a Servizio della Diocesi di Atambua”.

“Saya bahagia, lega, dan bersyukur akhirnya bisa menuntaskan kuliah saya,” tutur suster asal Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah 13 tahun tinggal di Italia, 2 tahun di antaranya di Chieti dan Tuscany, selebihnya di Roma. kepada benang.id, lewat percakapan WhatsApp. Selasa (25/6/2024).

Sr Maria Matrona Ola OCarm. Foto: Istimewa

Sr Matrona mengungkapkan bahwa masa-masa studi S2-nya beberapa tahun ini sungguh merupakan perjalanan yang sangat sulit untuk dijalani. Pasalnya, selain harus fokus dengan studi ia juga harus menangani “Maria Teresa Scrilli Guest House” di Baglioni 10, Roma, Italia.

Sekadar diketahui, rumah penginapan Maria Teresa Scrilli merupakan langganan bagi umat Katolik Indonesia jika berkunjung ke Vatikan. Termasuk Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) yang sudah beberapa kali tinggal di sana. Terakhir tanggal 15 hingga 21 April 2024 lalu, ketika PWKI menggalang kerja sama informasi dengan media di bawah Dikasteri Komunikasi Vatikan.

Sr Maria Matrona Ola OCarm bersama anggota PWKI: Lucius Gora Kunjana, Dominikus Lewuk, dan Willy Masaharu pada November 2022.

“Ada saat-saat tertentu dimana saya juga ingin menyerah karena tugas dan tanggung jawab yang begitu berat tapi semua akhirnya saya lalui. Perjuangan yang tidak mudah tapi Tangan Tuhan dan uluran Tuhan selalu menopang saya untuk berjalan maju dan menyelesaikan proses research dan akhirnya semua tuntas dengan nilai yang sangat memuaskan… Summa Cum Laude,” papar Sr Matrona.

Suster yang menyukai masakan rendang ini menambahkan bahwa untuk sementara waktu ia belum tahu langkahnya selepas wisuda S2. Kongregasilah yang akan menentukan apakah dirinya lanjut studi S3 atau mendapatkan tempat baru untuk berkarya.

Sr Maria Matrona Ola OCarm.

“Tapi secara pribadi, saya lebih memilih untuk mulai bermisi agar apa yang sudah saya peroleh dari universitas misionaris boleh saya terapkan dalam misi, dalam hal ini menjadi Formator/ pendiddik bagi mereka yang mau melayani Tuhan lewat sesama,”  tutupnya.

Pendiri Kongregasi Suster Bunda Maria Karmel

Maria Teresa Scrilli. Foto: dongcatminh.org

Dikutip dari Vatican.va/news, Maria Scrilli terlahir dalam keluarga berpengaruh pada 15 Mei 1825 di Montevarchi, Arezzo, Italia. Dia adalah putri kedua dari orang tua yang mendambakan seorang putra dan ahli waris. Kekecewaan ibunya dan kurangnya kasih sayang sangat mempengaruhi dirinya.

Di masa remaja, penyakit serius membuat Maria harus terbaring di tempat tidur selama hampir dua tahun. Dia pulih secara ajaib setelah memohon perantaraan Martir suci, Fiorenzo. Selama masa pemulihannya yang panjang, dia menyadari bahwa Tuhan memanggilnya untuk hidup bakti.

Maria Teresa Scrilli Guest House (kiri) dan Biara (kanan) di Baglioni 10, Roma, Italia.

Oleh karena itu dia memutuskan untuk masuk ke Biara Karmelit St Mary Magdalene de’ Pazzi di Florence, meskipun ditentang orang tuanya. Dia kembali ke rumah setelah dua bulan, namun ia tetap merasa bahwa Tuhan memanggilnya untuk melakukan sesuatu yang lebih.

Sembari berusaha memahami rencana Tuhan, Maria membuka sekolah kecil di rumahnya. Di sini dia mendidik gadis-gadis muda dengan memberikan pendidikan moral, sipil dan agama, menanamkan dalam diri mereka rasa takut yang suci akan Tuhan dan cinta akan kebajikan. Beberapa remaja putri lainnya yang sama bersemangatnya bergabung dengannya. Semangat pengorbanan mereka yang luar biasa menarik kekaguman dari Kepala Hakim dan Pengawas Sekolah, yang menugaskan mereka untuk memimpin Scuole Normali Leopoldine.

Pengalaman Karmelit berakar

Biara Maria Teresa Scrilli di Baglioni 10, Roma, Italia.

Lambat laun, Maria mulai memahami bahwa ia harus mendirikan sebuah lembaga keagamaan yang dikhususkan untuk pendidikan anak-anak sejak usia dini hingga remaja.

Pada 15 Oktober 1854, setelah mendapat persetujuan dari Uskupnya dan Adipati Leopold II dari Habsburg, Adipati Agung Tuscany, ia dan ketiga temannya mengenakan pakaian Karmelit, dan Maria mendirikan Institut yang sekarang dikenal sebagai Suster Bunda Maria dari Karmel. Untuk namanya dalam agama, dia memilih “Maria Teresa dari Yesus”.

Para suster begitu penuh kasih kepada Allah dan semangat kerasulan sehingga jumlah murid dan calon mereka meningkat pesat. Pada musim semi 1856, atas permintaan Kotamadya Foiano, Bunda Maria Teresa mengirimkan beberapa suster ke sana untuk mengelola sekolah perempuan; pekerjaan mereka sangat dihargai.

Salah satu room Maria Teresa Scrilli Guest House di Baglioni 10, Roma, Italia.

Sayangnya, para pemimpin politik Montevarchi, yang tidak menyukai kehadiran kaum Karmelit, menyita sekolah mereka pada 1859 melalui undang-undang penindasan parsial dan mewajibkan mereka untuk tidak mengenakan pakaian keagamaan.

Namun para suster tidak mau kalah, dan sang Pendiri membuka sebuah rumah dan sekolah swasta di Montevarchi. Karena kurangnya ruang di tempat baru dan untuk menghindari kesulitan lebih lanjut, beberapa Suster dan Bunda Maria Teresa tinggal di rumah keluarganya.

Pada 1862, setiap warga negara dicabut haknya untuk mencari nafkah – apalagi menjalankan sekolah swasta – dan para Religius harus menutup sekolahnya dan kembali ke keluarga masing-masing.

Dikira mati tapi masih hidup

Biara Maria Teresa Scrilli di Baglioni 10, Roma, Italia.

Bunda Maria Teresa pindah ke Florence pada 1878. Dengan restu Uskup Agung dia akhirnya dapat membangun kembali komunitasnya. Dia membuka sekolah berasrama untuk gadis-gadis miskin yang memperkaya masyarakat Florentine dengan banyak remaja putri yang memiliki prinsip-prinsip yang baik. Setelah begitu banyak kemalangan, nampaknya segala sesuatunya menjadi yang terbaik, namun masalah para suster belum berakhir.

Mungkin karena kehidupan mereka yang keras dan kondisi hidup yang tidak sehat, banyak Suster yang meninggal, termasuk sang Pendiri. Penderitaan dan kesulitan selama bertahun-tahun, yang ditanggung dengan sikap pasrah, telah merusak kesehatannya. Dia meninggal di dekat Florence pada 14 November 1889, pada usia 64 tahun.

Ruang makan Maria Teresa Scrilli Guest House di Baglioni 10, Roma, Italia.

Sekali lagi, sepertinya semuanya sudah berakhir. Institut ini hanya mempunyai dua suster, seorang novis dan seorang postulan.

Seorang mantan penghuni asrama, Clementina Mosca, tampaknya memiliki pekerjaan yang menjanjikan, namun dia telah memasuki Biara Dominika di Sodo. Namun, tak lama setelah kematian Bunda Scrilli, pada 1 Desember 1898, Clementina memutuskan untuk masuk ke Institut Karmelit yang kecil. Kemudian, ketika Pemimpin baru meninggal, ia menjadi pemimpin dan di bawah kepemimpinannya Institut secara bertahap mulai berkembang.

Salah satu room Maria Teresa Scrilli Guest House di Baglioni 10, Roma, Italia.

Pada tahun 1919 rumah-rumah baru dibuka, Konstitusi dirancang, dan Institut memiliki banyak panggilan dan memperoleh persetujuan keuskupan “ad eksperimenum”. Pada tanggal 27 Februari 1933, menerima Persetujuan Kepausan.

Selama Perang Dunia, para suster diminta untuk memperluas kerasulan mereka kepada mereka yang terluka. Pelayanan selanjutnya mencakup bantuan kepada para tahanan dan orang tua.

Bathroom Maria Teresa Scrilli Guest House di Baglioni 10, Roma, Italia.

Karisma Bunda Maria Teresa tetap hidup di Institutnya di negara-negara dimana ia hadir saat ini: Italia, Amerika Serikat, Kanada, Polandia, India, Brazil, Republik Ceko, dan Filipina, Indonesia, dan Israel.

Paus Yohanes Paulus II menyatakan Bunda Maria Teresa dari Yesus Yang Mulia pada 20 Desember 2003, dan Paus Benediktus XVI mengakui mukjizat yang diperlukan untuk Beatifikasinya pada 8 Oktober 2008. (*)

Foto-foto: benang.id/Gora Kunjana

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments