Friday, November 22, 2024
No menu items!
spot_img
HomeGaya HidupInjak Usia ke-42, EMS Terus Berkontribusi bagi Musik Indonesia

Injak Usia ke-42, EMS Terus Berkontribusi bagi Musik Indonesia

Foto-foto: benang.id/Gora

Jakarta, benang.id – Pada 20 Februari 2023 lalu, Elfa Music School (EMS) menginjak usianya yang ke-42. Sekolah musik yang didiriikan pada tahun 1981, oleh seorang komposer dan pencipta lagu Elfa Secioria Hasbullah, tak pelak merupakan salah satu sekolah yang berkomitmen tinggi melahirkan generasi muda berprestasi dan berdaya saing tinggi utamanya di bidang seni musik dan seni suara.

Mendiang Elfa Secioria sendiri telah banyak memberikan kontribusi besar di dunia permusikan Indonesia, dan EMS adalah satu satu legacy yang tak ternilai.

Meski Elfa wafat 8 Januari 2011, kontribusi EMS bagi musik Indonesia tidak putus.  Vera Sylviana Secioria, istri dari Elfa dan anak-anaknya melanjutkan visi misi sang maestro, saat membangun sekolah musik tersebut yakni selalu dapat melahirkan seniman yang bermutu dan berkualitas.

“Kami, saya dan 5 anak Bang Elfa melanjutkan apa yang sudah dilakukan dia ataupnn yang belum diselesaikan bang Elfa,” ujar Vera Syl, panggilan akrab Vera Sylviana dalam workshop seputar musik bersama Sofar Sounds Jakarta, Kamis (9/2/2023) di Eco Deck Hutan Kota.

Workshop ini merupakan salah satu progam serangkaian acara Art Jakarta Gardens yang digelar di Hutan Kota by Plataran, 7-12 Februari 2023.

Vera Syl tampil bersama Yuyu Koswara yang merupakan murid angkatan pertama EMS, mengupas musik etnis Sunda dan Jawa, dan mengajak pengunjung untuk merasakan bagaimana proses mendalami sebuah lagu tradisional.  

Vera Syl mengatakan bahwa sepeninggal Elfa dia dan anak-anaknya meneruskan profesi ayahnya sebagai musisi, arranger, composer, dan produser hingga guru musik di EMS.

EMS, sebut Vera Syl, kini memiliki kursus musik di Bekasi, juga di Bandung, dimana murid bisa belajar secara offline ataupun online.

“Siswa juga bisa belajar secara working class, tidak musti jadi murid regular. Misalnya mau bikin album atau mau ikut kompetisi, bisa dilakukan by request saja,” ujarnya.

Mendiang Elfa Secioria, lanjut Vera Syl, juga membuat paduan suara atau choir. “Saya dan Yuyu juga tergabung dalam Elfa’s Bossas,” katanya.

Sementara Yuyu Koswara dulu sering dipercaya untuk menyanyikan lagu-lagu etnik juga latin. Sudah menyanyi sejak kecil, Yuyu mulai ikut bintang radio sejak SMP, pernah masuk juga di Elfa’s Singers, Elfa’s Girls, Elfa’s Female, ABB Voice, terakhir bekerja di Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat.

Vera Syl dan Yuyu adalah dua di antara murid-murid Elfa yang meneruskan perjuangan Elfa di dunia musik. Banyak pekerjaan Elfa yang belum rampung dilanjutkan oleh Vera Sylviana dan Yuyu Koswara terkait musik Indonesia.

Selain musik pop dan jazz, Elfa juga mengajarkan murid-muridnya untuk mencintai musik negeri sendiri terutama dari suku-suku Indonesia. “Di tengah gempuran dan influence musik barat, dan sekarang K-Pop, kita terus berjuang bagaimana bisa melestarikan musik Indonesia sebagai identitas dan harga diri bangsa,” ujar Yuyu.

Lebih jauh, Yuyu memaparkan bahwa berdasarkan data BPS, Indonesia memiliki 300 etnis terdiri atas 1.340 suku bangsa. “Kalau kita semua mau mengolah secara kreatif gak kebayang dahsyatnya. Kita tidak dipandang sebelah mata bangsa lain. Kita mustinya bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tuturnya.

Dari 1.340 suku tersebut 40% di antaranya ada di Jawa, berikutnya suku Sunda. Bagaimana musik Indonesia musik daerah bisa berkolaborasi dengan musik barat atau internasional itu yang dilakukan Vera dan Yuyu bersama EMS.

Murid-murid di EMS selain diajarkan musik-musik popular juga ditanamkan atau diajarkan musik etnik Indonesia. Semenjak 1987, EMS membuat Album “From Indonesia with Love”.

Sore itu, Vera dan Yuyu menunjukkan contoh bagaimana EMS memperkenalkan musik etnik Sunda ke pengunjung workshop, melalui pemutaran VT (video tape) atau tayangan video musisi Sunda Iwan Wiradz, yang sudah lama berkolaborasi dengan mendiang Elfa dalam pertunjukan atau konser di dalam maupun luar negeri. Iwan juga terlibat dalam sejumlah album rekaman bersama dan menciptakan beberapa lagu, termasuk di Album From Indonesia with Love.

Iwan Wiradz yang memiliki dasar ilmu musik tradisional Sunda, karawitan, menceritakan karakter melodi musik Sunda dan  Jawa. Ia mencontohkan proses membuat kolaborasi musik etnik dan musik barat dengan memainkan alat tradisional kecapi dan kendang, dan alat perkusi musik barat bongo.

“Bagaimana kita menggabungkan musik barat dengan nada diatonis dan musik tradisional dengan nada pentatonik atau lima nada. Nada pentatoni itu ada minor ada yang mayor yaitu salendro  dan pelog,” papar Iwan.

Untuk membuat kolaborasi, jelas Iwan, tidak boleh ada upaya saling memaksakan. “Musik itu ada tiga unsur yaitu ritem, melodi, dan harmoni Nah, tiga unsur inilah yang kita manfaatkan agar bisa berkolaborasi. Selain itu kita bisa tambahkan unsur ornamen untuk memasukkan ciri khas etniknya,” ujarnya.

Meski hanya lewat VT, Iwan Wiradz sore itu sangat lugas dan jelas dalam menggambarkan proses kolaborasi musik barat dan etnik.

Selain VT dari Iwan Wiradz,  dalam kesempatan itu, Yuyu Koswara mengajak 2 pengunjung untuk mencoba menyanyikan lagu tradisional Sunda Hariring.

Sesi belajar menyanyi ini cukup seru dan menarik. Dua relawan cewek dan cowok itu meski tidak bisa bertutur Sunda, setelah diajari bait demi bait akhirnya dapat menyanyikan lagu Sunda hingga tuntas.

Oleh karena itu, Yuyu Koswara mengajak orang tua yang masih memiliki anak usia sekolah memberi pengertian agar tidak hanya suak musik barat atau pun K-Pop, namun juga harus mengenal syukur-syukur mencintai musik bangsa sendiri.

“Tugas orang tua terus mengimbau anak-anaknya untuk menyisihkan waktu juga mempelajari ke-etnikan Indonesia salah satunya dengan mendengarkan lagu daerah atau tradisional,” katanya.  

Petualangan Sherina

Untuk diketahui, Vera Sylviana ikut terlibat dalam pembuatan film Petualangan Sherina. Dia membuat soundtrack atau theme song film anak yang fenomenal itu. Film musikal Petualangan Sherina seluruh lirik lagu diciptakan oleh Mira Lesmana, sekaligus penulis cerita. Sedangkan pembuat musik adalah Elfa Secioria. “Saya juga backup vocal di seluruh lagu di film tersebut,” kenang Vera Syl.

“Saya juga membuat lirik lagu di album pertama dan kedua Sherina,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Vera Syl menceritakan bagaimana dirinya akhirnya menjadi penulis lirik. Menulis lirik bagi Vera Syl adalah hal yang tidak disengaja. Namun, jadi penulis lirik adalah jawaban atas doa Vera Syl.

“Saya merasa jadi istri Bang Elfa yang jenius, yang segalanya deh, terus apa yang bisa saya perbuat. Saya merasa juga harus mempunyai sesuatu sebagai istri Bang Elfa,” katanya.

Nah, di masa jayanya di tahun 90-an Elfa Secioria, ungkap Vera, adalah orang yang super sibuk. “Pulang selalu larut malam, entah recording iklan, recording film, dan segala macam. Sementara saya di rumah terus harus mengurus bayi, dengan anak pertama dan kedua juga masih banyak perhatian. Saya lalu ‘protes’ dengan menulis puisi ‘kupikir libur, ternyata lembur….dan seterusnya. Tulisan itu saya taruh di grand pianonya. Lalu datanglah bang Elfa saat kita semua sudah tidur. Saya tahu dia pulang tapi saya pura-pura tidur. Saya harapannya bang Elfa kasihan pada saya atau apalah eh ternyata pagi-pagi dia bilang ‘Eh Ver kamu bikin lirik ya untuk proyek ini,” ternyata dia melihat potensi saya di situ,” ujarnya.

Begitu diberi kepercayaan Elfa, Vera yang sebelumnya tidak sadar punya potensi itu jadi percaya dirinya tinggi, dan tidak mau mengecewakan bang Elfa. Sejak itulah Vera jadi andal membuat lirik lagu.

Berakhir sukses

Art Jakarta Gardens

Sementara itu, Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran yang dimulai 7 Februari 2023 berakhir dengan sukses pada Minggu, 12 Februari 2023. Sebagai pekan seni di udara terbuka yang digagas untuk menekankan karya dalam konteks luar ruangan, Art Jakarta Gardens mengalami kenaikan jumlah pengunjung 12% dibanding tahun lalu, yakni mencapai 10.885 orang selama enam hari, 7–12 Februari 2023. Ini menunjukkan dukungan kuat bagi kancah seni rupa terlepas dari kondisi cuaca yang berubah-ubah.

Tahun ini Art Jakarta Gardens ditandai dengan hasil penjualan yang lebih baik dan memuaskan bagi ke-22 galeri partisipan, terlepas dari resesi global yang telah banyak diprediksikan. Para kolektor dan pecinta seni tetap bergairah dan suportif, memperlihatkan apresiasi besar bagi para seniman berbakat di balik rangkaian karya-karya yang dipamerkan, termasuk karya digital berwujud NFT.

Pengunjung di hari pertama Art Jakarta gardens.

Secara khusus, Art Jakarta Gardens memperlihatkan peran dominan kolektor generasi baru dan pembeli pertama, yang berarti terjadi regenerasi dalam kelompok kolektor seni rupa Indonesia yang siap mendukung ekosistem. Bagi pihak-pihak baru yang berminat terlibat dengan seni rupa di masa mendatang, Art Jakarta Gardens juga telah menjadi kesempatan berharga untuk mengenal dan mempelajari seni rupa lebih jauh. Semua ini mendorong tim Art Jakarta untuk memproyeksikan prospek positif bagi edisi internasional Art Jakarta di JCC pada 25–27 Agustus 2023. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments