Jakarta, benang.id – Platform fintech peer-to-peer (P2P) lending saat ini telah menjadi alternatif sumber pendanaan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang belum memiliki akses untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan konvensional. Dengan proses digitalisasi, pinjaman online merupakan solusi pendanaan yang mudah dan cepat bagi mereka yang masuk dalam kategori unbanked dan underserved.
Hal tersebut diakui oleh Karen Komala, Pemilik Kedai Mie Arunika PIK 2, dia menceritakan usaha yang baru dirintisnya selama setahun belakangan, banyak terbantu oleh pendanaan dari pinjaman online. Karen saat ini merupakan nasabah dari platform KlikKami yang telah diberi kepercayaan untuk mendapatkan pendanaan dengan limit hingga Rp 16 juta berkat kredit skor yang bagus. Kini usahanya yang bergerak di bidang kuliner tersebut bahkan berhasil meningkatkan omzet lebih dari 50%.
“KlikKami menjadi platform pinjaman online yang saya percaya. Sebelumnya saya sudah mencoba berbagai platform hingga akhirnya saya pilih KlikKami karena pelayannya bagus dengan bunga yang kompetitif. Pendanaan yang diberikan oleh KlikKami saat pertama kali Rp 6 juta, secara bertahap limitnya naik dan tenornya bisa lebih panjang. Karena pembayarannya lancar, sekarang saya sudah bisa mengajukan sampai Rp 16 juta,” ujar Karen saat ditemui wartawan di lokasi kedainya, Jakarta, Senin (20/11/2023).
Karen menyebut, dirinya juga pernah hampir terjerat oleh pinjaman online (pinjol) ilegal, karena tergiur oleh penawaran yang diberikan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan mendukung penuh upaya pemberantasan platform pinjol ilegal karena sangat merugikan masyarakat, terutama bagi mereka yang bertujuan menggunakan pinjaman online sebagai modal untuk kegiatan usaha.
“Alasan pakai pinjaman online sebenarnya karena sangat membantu kami yang tidak bisa mendapatkan kredit dari bank. Sedangkan pakai pinjaman online mudah cairnya. 30-60 menit sudah cair. Semoga KlikKami juga dapat memberikan opsi tenor yang lebih panjang agar biaya cicilan perbulan menjadi lebih ringan,” sebut Karen.
Cynthia Winata, Manager Operation KlikKami mengatakan bahwa saat ini profil penyaluran pendanaan KlikKami masih didominasi oleh sektor multiguna. Namun pihaknya terus mendorong agar pendanaan kedepannya bisa lebih banyak menyasar sektor produktif. KlikKami sendiri sudah memiliki rencana untuk memberikan program pendanaan dan produk yang lebih menguntungkan dari sisi tenor maupun limit pendanaan.
“Jadi untuk maksimal tenor saat ini mencapai 120 hari, dan limit pinjaman Rp 16 juta. Kami berencana untuk meningkatkan lagi limitnya hingga Rp 30 juta dengan tenor yang lebih panjang. Semuanya sedang diproses upgrade termasuk bonus dan semacamnya. Aplikasi juga sedang dikembangkan. Jadi kami ingin betul-betul membantu nasabah kami yang sedang bergerak di bidang UMKM,” kata Cynthia.
Cerita lainnya berasal dari Adik Firdaus, Pemilik Barbershop Gedong 1 yang menerima manfaat pendanaan dari platform pinjaman online Kredito hingga mencapai Rp 124 juta. Adik mengisahkan jatuh bangun dalam merintis usaha barbershop yang sudah dijalankan selama 16 tahun sejak 2007. Terlebih ketika pandemi Covid-19, usahanya harus kehilangan pelanggan dan hampir ditutup karena adanya pembatasan sosial demi mencegah penyebaran virus.
“Ketika pandemi usaha sempat kolaps. Ada sedikit pembiayaan yang saya dapatkan dari sumber yang lain tetapi hanya bisa untuk menutup biaya sewa dan operasional. Tahun 2022 barulah saya mengenal Kredito. Sedikit-sedikit bisa membantu untuk membeli peralatan seperti mesin cukur, gunting dan lainnya. Jadi alokasinya lebih kepada fasilitas untuk menunjang kinerja usaha. Karena kalau sampai mesinnya rusak, maka akan berdampak pada bisnis yang makin menurun,” ungkap Adik.
Adik menjelaskan, pendanaan yang didapatkan dari Kredito membantu usahanya, terutama untuk meng-cover berbagai kebutuhan di tengah ketatnya persaingan bisnis barbershop, seperti misalnya saat memberikan promo-promo menarik sebagai salah satu strategi untuk mempertahankan dan memikat lebih banyak pelanggan. Dengan pendanaan dari Kredito, pendapatan harian naik di atas 40% menjadi Rp 1 – 2 juta dari yang dari yang sebelumnya hanya sekitar Rp 600 – 700 ribu.
Daniel Soelistyo, Direktur Kredito mengatakan Kredito telah menyalurkan pendanaan sebesar kurang lebih Rp 170 miliar kepada UMKM. Saat ini pihaknya juga terus melakukan riset serta pengembangan produk dan model bisnis untuk memfasilitasi kebutuhan finansial UMKM dengan menawarkan kemudahan akses melalui teknologi dan meningkatkan peluang pendanaan dengan program kredit yang sesuai dengan kebutuhan UMKM di Indonesia.
“Kredito berupaya meningkatkan inklusi keuangan di kalangan UMKM melalui penyediaan produk-produk pendanaan, salah satunya melalui kerja sama dengan e-commerce guna memperluas jangkauan akses pendanaan berbasis teknologi bagi UMKM. Selain itu, Kredito juga senantiasa melakukan berbagai program Literasi Keuangan untuk mendukung pemahaman UMKM dan masyarakat luas tentang manfaat pendanaan digital oleh Fintech,” pungkas Daniel.
Seperti diketahui, industri Fintech P2P Lending yang diwadahi Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) tengah gencar menyalurkan pendanaan kepada masyarakat unbanked dan underserved. Hal ini sesuai dengan target yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam roadmap fintech lending, penyaluran pendanaan ke sektor produktif dan UMKM sebesar 30% – 40% periode 2023 – 2024.
Data OJK mencatat, sampai September, Outstanding pembiayaan yang disalurkan fintech P2P lending tumbuh 14,28% yoy menjadi Rp 55,70 triliun. Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kualitas risiko pembiayaan yang terjaga dengan Tingkat Wanprestasi (TWP 90) 2,82%.
Dari jumlah tersebut, porsi yang disalurkan kepada UMKM mencapai 36,57%. Penyaluran pembiayaan fintech P2P lending kepada UMKM tersebut menunjukkan besarnya potensi kebutuhan pembiayaan dari UMKM nasional. (*)