Yogyakarta, benang.id – Cucu Sri Sultan HB X, RM Gustilantika Marrel Suryokusumo menyayangkan pernyataan Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando yang menyebut Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mempraktikkan politik dinasti. Sebagai seorang akademisi Ade Armando, tandas Marrel, seharusnya berbicara dengan mengedepankan referensi yang valid.
“Saya menyayangkan pernyataan Ade Armado, sebagai akademisi seharusnya dia menyampaikan pendapat dengan mengedepankan referensi yang benar, berdasarkan data akademis yang valid, data sejarah yang valid, data sejarah itu penting karena sejarah yang membangun dan membentuk Indonesia berbangsa dan bernegara saat ini,” ujar Marrel.
Marrel menyatakan hal itu saat bincang-bincang di sebuah warung kopi Selasa (5/12/2023) lihat https://vt.tiktok.com/ZSNCud9Gn/ terkait kontroversi pernyataan Ade Armando menyangkut politik dinasti.
Marrel mengungkapkan bahwa kritikan salah Ade Armando tidak bakal terlontar jika ia mencari referensi data yang valid terkait sejarah DIY.
“Semua boleh mengritik, ini demokrasi, tapi akan lebih baik kalau kritik menggunakan basic atau pondasi yang benar, data yang valid, punya referensi sejarah yang betul. Kalau soal Jogja sistem seperti apa kan sudah tertuang di keistimewaan, keistimewaan sudah tertuang di dalam UU. Datanya ada,” jelas Marrel.
Seharusnya, lanjut Marrel, daripada melakukan kritik dan keliru, Ade Armando bisa melakukan dialog dengan para mahasiswa tersebut untuk mengetahui duduk permasalahannya.
Marrel yakin bahwa mahasiswa bisa diajak berdialog, mereka bukan model orang yang kaku. “Di Jogja kalau ada beda pendapat bisa duduk bareng dan bicara. Dia seharusnya bisa ngajak dialog dengan mahasiswa. Tanya apa yang jadi masalah, kenapa, dan sebagainya. Kan dia juga mewakili entity politik yang mengedepankan anak muda. Sekarang jaman melek teknologi, tentu gampang mengecek data. Temen UGM saya kira mau lah kalau diajak dialog, kultur orang Jogja itu kalau ‘diuwongke’, diajak dialog pasti bisa, kita ini orang beradab,” ujar Marrel.
Minta maaf
Seperti diketahui Politisi PSI Ade Armando menyampaikan kritik kepada para mahasiswa yang tergabung dalam BEM Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang menggelar aksi protes terkait politik dinasti. Ade menyebut BEM UI dan BEM UGM ironi lantaran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lah yang sebetulnya mempraktikkan politik dinasti.
“Terus terang saya meragukan keseriusan para mahasiswa memperjuangkan demokrasi, misalnya saja saya baca bahwa ada gerakan aliansi mahasiswa di Jogja melawan politik dinasti, di video pendeknya tampil Ketua BEM UI dan Ketua BEM UGM, mereka gunakan baju kaos bertuliskan republik rasa kerajaan,” kata Ade Armando dalam akun X-nya.
Ade Armando menilai aksi yang dilakukan BEM UI dan BEM UGM ironi. Menurut dia, yang jelas-jelas menunjukkan politik dinasti justru wilayah tempat mereka menggelar aksi yakni Yogyakarta.
“Ini ironi sekali karena mereka justru sedang berada di sebuah wilayah yang jelas-jelas menjalankan politik dinasti, dan mereka diam saja. Anak-anak BEM ini harus tahu dong kalau mau melawan politik dinasti, ya politik dinasti sesungguhnya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, gubernurnya tidak dipilih melalui pemilu, gubernurnya adalah Sultan Hamengku Buwono ke-X yang menjadi gubernur karena garis keturunan,” jelasnya.
Belakangan Ade Armando menyampaikan permohonan maaf karena pernyataannya terkait dinasti politik telah menyinggung banyak pihak di Yogyakarta dan menimbulkan kegaduhan. Permintaan maaf ini disampaikan Ade Armando lewat video yang diunggah di akun X-nya, @adearmando61, Senin (4/12/203).
“Saya ingin ajukan permohonan maaf sebesar-besarnya seandainya video saya terakhir tentang politik dinasti telah menimbulkan ketersinggungan dan kegaduhan terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata Ade Armando. (*)