Friday, November 22, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalIkrar Nusa Bhakti: Netralitas Aparat Negara Harus Betul Dijaga

Ikrar Nusa Bhakti: Netralitas Aparat Negara Harus Betul Dijaga

Jakarta, benang.id – Pengamat Politik Prof Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, dirinya ingin mengutip kalimat yang pernah dilontarkan Jokowi dan Prabowo Subianto, Sri Mulyani.

“Prabowo mengatakan, Ojo kesusu, Ojo grusa grusu, waktu ditanya soal cawapres. Pernyataan ini bisa disandingkan dengan pernyataan Saldi isra yang mempertanyakan, kenapa harus diputuskan buru-buru perkara batas usia capres dan cawapres. Sebetulnya kan bisa saja diputus pada tahun depan. Ditambah lagi dengan pernyataan Sri Mulyani yang mengatakan, ojo gumunan dan ojo kagetan. Berkaca dari pernyataan 3 tokoh tadi maka berarti kita harus siap dengan kejutan politik yang terjadi jelang pemilu 2024,” kata Ikrar Nusa Bhakti saat berbicara dalam Acara Diskusi Media bertema MK dan Netralitas Aparat Negara 2024 yang digelar Media Center TPN Ganjar-Mahfud, di Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/10/2023).

Ikrar menceritakan, dirinya adalah orang yang hidup di zaman orde lama (orla), orde baru (orba), orde reformasi. Sehingga dirinya ingat betul karena mengalami pemilu zaman orba dan orde reformasi.

“Zaman orba hasil pemilu sudah ditentukan. Buat partai A, B, C itu dapat suara berapa. Semua sudah diatur,” kata dia.

Ikrar mengungkapkan, dulu PDI pernah meraih suara tinggi mendekatin perolehan suara Golkar. Lalu masuk Megawati ke dalam pengurusan PDI. Akibatnya angka perolehan suara PDI diubah jadi lebih kecil.

“Permainan angka angka perolehan hasil pemilu itu sudah pernah terjadi di zaman Orba,” kata dia.

Namun, kata Ikrar, pada era reformasi hampir tidak terjadi lagi penipuan suara hasil pemilu. Hal ini karena pelaksanaan pemilu karena dikawal ketat kelompok civil society yang menjaga agar pemilu benar-berlangsung jujur dan adil.

Menurut Ikrar, kondisi saat ini dengan teknologi yang lebih canggih maka sebetulnya mudah mengawal reformasi.

Saat ini di KPU masih menggunakan metode penghitungan secara manual. Hal inilah yang menyebabkan hasil pemilu culal lama.

Tapi, kata Ikrar, dengan mengawal proses penghitungan pemilu sudah bisa menghitung langsung perolehan suara sejak di Tempat Pemungutan Suara (Suara).

“Kalaupun ada perbedaan mungkin itu terjadi karena soal penulisan. Misal angka 8 dengan 0, atau 1 atau 7,” ucap dia.

Ikrar mengingatkan, masyarakat harus aware apabila Presiden Jolowi bilang akan bersikap sama semua peserta pemilu, itu belum tentu karena dalam kontestasi Pillpres kalo ini ada anaknya.

“Tak heran, Kami masyarakat Madani begitu keras mengritik Jokowi. Kami bukan dari oposan. Tapi kami justru dari adalah pendukung Jokowi sejak pemilu DKI hingga pilpres 2014 dan 2019,” kata mantan Duta Besar (Dubes) RI di Tunisia.

Ikrar menjelaskan, dirinya mempunyai suatu dugaan atau asumsi bahwa Jokowi. Karena itu bukan orang biasa. Dia memang bukan orang parpol tapi posisi Jokowi sebagak presiden berada di atas semua parpol dan lembaga lembaga negara.

Ikrar menceritakan sejak dahulu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) adalah institusi yg memiliki teritori dari pusat, gubenur, dan bupati.

Kemudiam ada korps pegawai Kemendagri, lalu ada korpri, ada juga lembaga yang punya teritorial sampai ke bawah yaitu kepolisian melalui Bhabinkamtibmas.

“Bayangkan Kalau Kemudian TNI mengerahkan personelnya hingga ke daerah hingga Bhabinsa,” sambungnya.

Maka, kata dia, Kalo presiden bilang ke satu pasangan bantu Paslon itu maka bisa jadi berabe.

“Selain TNI Polri, juga perlu dijaga dan dicermati lembaga seperti BSSN maka bisa aja lembaga ini ditake down. Saya berharap polri, TNI, BIN, Kemendagri, bssn itu benar bener netral,” kata di.

Panglima TNI AU kemungkinan diam tidak main teritorial tapi kalo panglima TNI dari TNI AD maka bisa dipakai karena punya teritorial. Itu dipakai di zaman orba.

Mudah-mudahan aparat lebih menempatkan dirinya jadi aparatur negara ketimbang aparat kekuasaan. Karena mereka dibayar digaji pakai uang rakyat. Mereka bukan digaji pakai uang oleh presiden.

“Harap lebih pro ke rakyat ketimbang pro kekuasaan atau keluarga kekuasaan,” tutupnya. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments