Friday, April 19, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiKainstiper: Perkuat Kerja Sama Penuhi Pasokan Minyak Goreng Sawit Curah

Kainstiper: Perkuat Kerja Sama Penuhi Pasokan Minyak Goreng Sawit Curah

Yogyakarta, benang.id – Kenaikan harga minyak goreng yang memicu antrian emak-emak untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau, telah menjadi fenomena akhir-akhir ini. Pasalnya, lonjakan harga minyak goreng karena mahalnya harga bahan baku CPO. Lantaran sebagai komoditas dunia, lonjakan harga jual CPO di pasar intenasional, secara nyata berdampak langsung terhadap naiknya harga jual CPO hingga minyak goreng di Indonesia.

Kondisi di atas menggambarkan, keberadaan minyak sawit sebagai bisnis agrikultur memegang peranan penting bagi perekonomian global termasuk Indonesia. Menurut Bank Dunia (2008), perekonomian dapat bertumbuh melalui proses pembangunan ekonomi, yang merupakan salah satu redefinisi yang dilakukan secara terus menerus oleh sektor pertanian, manufaktur dan jasa.

Secara tradisional menurut Todaro dan Smith (2006), peranan pertanian termasuk perkebunan dalam pembangunan ekonomi, hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Sebab itu, pembangunan yang lancar dan berkesinambungan dapat dimulai dari pedesaan melalui sektor pertanian pada khususnya.

Atas peranan usaha pertanian itulah, maka kesejahteraan suatu wilayah dapat terwujud menjadi pembangunan berkesinambungan. Sektor pertanian yang merambah pula perkebunan kelapa sawit memiliki gambaran yang sama, akan adanya keberhasilan pembangunan ekonomi. Lantaran pembangunan perkebunan kelapa sawit, mampu mendorong pertumbuhan suatu daerah pelosok dan terpencil menjadi daerah yang berkembang dan maju.

Tersebar di 23 Provinsi di Indonesia, perkebunan kelapa sawit nasional, secara masif mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi suatu daerah pedesaan hingga menjadi perkotaan, bahkan kemajuan ekonomi dapat meningkatkan suatu daerah menjadi Kabupaten hingga Provinsi. Adanya keberhasilan pembangunan berbasis perkebunan kelapa sawit itulah, secara nyata, telah mampu mendongkrak pembangunan nasional.

Pembangunan yang berlanjut di kota-kota besar, bersumber pula dari pabrik pengolahan minyak sawit yang menghasilkan produk minyak goreng dan berbagai minyak makanan lainnya hingga produk turunan lainnya. Keberhasilan ini, merupakan dinamika proses lanjutan, dari pendekatan pasar, yang sangat dibutuhkan industri turunan minyak sawit.

Hasilnya, lebih dari 100 tahun dikembangkan secara komersil di Indonesia, maka perkebunan kelapa sawit berhasil dikembangkan dan bertumbuh menjadi industri penopang devisa negara dari sektor non migas. Keberhasilan ini, tak lepas dari keberadaan minyak goreng, yang pula jadi primadona minyak nabati dunia hingga saat ini.

Popularitas Tingkatkan Harga Jual Minyak Sawit

Astra Agro
Tandan buah segar (TBS) sawit. Foto ilustrasi: benang.id/Gora Kunjana

Kian populernya minyak sawit di pasar global minyak nabati, pula menyebabkan harga jual minyak sawit yang kian mahal. Seperti harga minyak goreng sawit yang sudah mencapai Rp. 25.000/liter. Di sisi lain, pergerakan harga jual minyak sawit, juga dialami minyak nabati lainnya, bahkan hampir semua produk konsumsi masyarakat, mengalami kenaikan harga jualnya.

Namun, mahalnya harga jual minyak goreng sawit menjadi cerita tersendiri. Lantaran tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, telah menyebabkan adanya antrian emak-emak hampir di setiap kota saat membeli minyak goreng curah.

Menurut Ketua Keluarga Alumni Instiper Yogyakarta (Kainstiper), Priyanto PS, keberadaan kenaikan harga jual minyak goreng sawit terjadi di seluruh dunia, kendati adanya kenaikan harga minyak nabati termasuk minyak sawit di pasar global, tidak dapat diterima oleh konsumen Indonesia, yang mayoritas digunakan emak-emak untuk memasak.

Lantaran sebagai bagian dari sembilan bahan pokok (sembako), minyak goreng sawit telah digunakan sebagian besar masyarakat Indonesia untuk mengolah bahan makanannya. Sebab itulah, keberadaan minyak goreng sawit menjadi penting bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Minyak goreng sawit memiliki popularitas tinggi di masyarakat Indonesia, hampir semua makanan diolah menggunakan minyak goreng sawit dan turunannya,”ungkap Priyanto PS, dalam keterangan tertulisnya.

Sejalan dengan pesatnya kebutuhan masyarakat Indonesia dan dinamika nasional yang terjadi, Kainstiper menyatakan dukungan akan keputusan Presiden Jokowi yang melarang ekspor CPO dan Minyak goreng serta produk turunannya, sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Selain itu, Kainstiper juga mendorong adanya perbaikan tata kelola bisnis minyak sawit berkelanjutan di masa depan.

“Instruksi Presiden Jokowi untuk memenuhi pasokan minyak goreng curah bagi seluruh rakyat Indonesia harus kita dukung sebagai bagian dari tanggung jawab bersama”, jelas Priyanto PS lebih lanjut.

”Kendati Presiden tidak menyebutkan batas waktunya, namun kecukupan pasokan minyak goreng curah harga Rp.14.000/liter bagi rakyat Indonesia, menjadi prioritas utama yang harus kita lakukan bersama,” imbuhnya.

Menurut dia, kerja sama para pelaku usaha minyak sawit nasional dari hulu hingga hilir dibutuhkan, supaya target pemenuhan pasokan minyak goreng curah bagi masyarakat luas bisa terpenuhi. Sebab itu, keterlibatan langsung para pelaku usaha dibutuhkan demi meningkatkan pasokan minyak goreng curah domestik, sehingga tidak terjadi lagi antrian panjang pembelian minyak goreng curah.

“Popularitas minyak sawit kian tinggi di dunia, jadi makin banyak konsumen global dari negara lain yang memilih menggunakan minyak sawit sebagai minyak makanan. Imbasnya, permintaan konsumen kian bertambah, sedangkan pasokan minyak sawit global, sebagian besar berasal dari Indonesia,”paparnya.

”Dibutuhkan edukasi konsumen minyak sawit di Indonesia, supaya kejadian antrian emak-emak tidak terjadi lagi di kemudian hari,” tambahnya.

Edukasi Konsumen Minyak Goreng Sawit

Kainstiper
Ketua Keluarga Alumni Instiper Yogyakarta (Kainstiper), Priyanto PS. Foto: IST

Pentingnya, edukasi kepada konsumen di Indonesia juga harus dilakukan. Pasalnya, menurut Priyanto PS, masyarakat Indonesia harus lebih mengenal minyak sawit melalui edukasi yang dilakukan secara berkesinambungan. Sebagai wadah pendidikan perguruan tinggi, Instiper masih memikul tugas besar dalam mengedukasi masyarakat Indonesia pada umumnya dan peserta didik pada khususnya.

Edukasi mengenai apa itu minyak sawit, adanya fluktuasi harga jual dan sebagainya, perlu dilakukan kepada masyarakat luas, supaya konsumen dapat mengerti, apabila harga jual minyak goreng sawit mengalami peningkatan harga jual kembali di masa mendatang. Pasalnya, minyak sawit sebagai komoditas global, dibutuhkan banyak negara sebagai minyak makanan.

Pemberdayaan institusi pendidikan seperti Instiper bersama para alumninya, dapat melakukan edukasi kepada masyarakat secara berkelanjutan.

“Institusi pendidikan harus terlibat langsung guna mengedukasi konsumen minyak goreng sawit, demi kemajuan usaha pertanian dan perkebunan di masa mendatang,”tandas Ketua Kainstiper.

Adanya kerja sama erat antara pelaku usaha minyak sawit dari hulu hingga hilir dan edukasi konsumen minyak goreng secara berkelanjutan, akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan pertanian di era 5.0. “Mari bekerjasama membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia,”ujar Priyanto PS.  

Kainstiper juga berharap, pemenuhan pasokan minyak goreng curah domestik dapat segera terpenuhi, sehingga adanya larangan sementara ekspor dapat dicabut pula oleh Presiden Jokowi. “Jika minyak goreng curah telah mampu dipasok cukup oleh industri minyak goreng, maka pemerintah juga harus membantu dunia usaha, dengan mencabut regulasi yang melarang ekspor CPO dan produk turunannya,”tegas Priyanto PS.

Ia menambahkan, pemberlakuan larangan ekspor CPO dan minyak goreng tidak boleh berlangsung lama, karena dapat menghancurkan industri sawit nasional dan perekonomian masyarakat di daerah yang hidupnya bergantung dari perkebunan kelapa sawit. Tertutupnya pasar ekspor CPO dan minyak goreng akan menghancurkan tanaman kelapa sawit akibat tidak dipanennya Tandan Buah Segar (TBS) lantaran terbatasnya storage tank untuk menampung CPO.

Butuh Keseriusan dan Gerak Cepat Pemerintah

Industri Sawit
Panen sawit. Foto ilustrasi: benang.id/Gora Kunjana

Lebih jauh Priyanto PS menerangkan adanya kondisi rentan di masyarakat, akan menimbulkan gejolak sosial yang luar biasa di daerah perkebunan kelapa sawit. Akibat kenaikan harga di pasar global tidak dapat dinikmati petani kelapa sawit, juga menyebabkan penurunan produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sehingga pembelian TBS dari hasil panen petani akan berkurang.

Ibarat bak buah simalakama, kebijakan pemerintah ini butuh keseriusan dan tindakan cepat dalam mengatasi berbagai persoalan yang akan timbul kemudian.

“Jangan sampai masyarakat Indonesia tidak dapat menikmati adanya kenaikan harga CPO dunia, hanya karena tidak mampu dikelola secara baik oleh Pemerintah Indonesia,”jelas Priyanto PS.

Sejalan dengan imbauan Presiden Jokowi terhadap kesadaran industri minyak sawit nasional, guna memenuhi pasokan minyak goreng curah, menurut Priyanto PS harus didukung penuh industri minyak sawit nasional, sebagai wujud kecintaannya terhadap bangsa dan negara serta kepekaan terhadap berbagai kesulitan masyarakat golongan ekonomi lemah.

“Kerja sama para pemangku kepentingan minyak sawit dan pemerintah harus terus dilakukan, guna melindungi seluruh rakyat Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,”pungkasnya.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments