Thursday, April 25, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiLuhut dan John Kerry Dorong Aksi Iklim untuk Sebarluaskan Implementasi Energi Terbarukan

Luhut dan John Kerry Dorong Aksi Iklim untuk Sebarluaskan Implementasi Energi Terbarukan

Denpasar, benang.id  – Dengan target iklim global di bawah Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB yang kurang dari satu dekade lagi, dunia memasuki periode di mana sebuah aksi nyata harus dilakukan.

Cuaca panas yang ekstrem, kejadian banjir, turunnya kualitas udara, dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah beberapa bukti bahwa perubahan iklim itu nyata. Untuk itu, tindakan cepat tanggap untuk menciptakan transformasi sangat penting, termasuk transisi energi.

Pembahasan komitmen dan inovasi Indonesia dalam aksi iklim tersebut dibahas Kamis (1/9/2022) di Tri Hita Karana Climate Road to G20 High Level Dialogue bertajuk “Making History for Climate Action: Unlocking Finance for the Energy Transition and Oceans”, bersama dengan Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry dan Menko Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan.

Acara ini digagas oleh B20, Kadin, United in Diversity Foundation, SDSN, ICC, dan Global Blended Finance Taskforce.

Dialog tersebut juga dihadiri oleh para pemimpin kunci, antara lain Shinta Kamdani – Ketua B20 Indonesia 2022 dan Komite Pengarah THK, Arsjad Rasjid – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, serta pembicara dan tamu terhormat lainnya.

Tantowi Yahya, Pemimpin Eksekutif Forum THK menekankan fakta tersebut dalam pidato pembukaannya.

“Ada konsensus ilmiah yang luar biasa bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca terjadi karena aktivitas manusia. Jika kita tidak mengatasi perubahan iklim, hal-hal yang sangat buruk akan terjadi,” tuturnya.

Menurut Sekretaris John Kerry, pasar transisi energi adalah pasar terbesar yang pernah terjadi di dunia.

“Ini bukan sesuatu yang perlu kita takuti, melainkan perlu kita sambut. Hal ini juga merupakan kesempatan terbaik yang pernah kita miliki sejak era revolusi industri untuk berinvestasi dan berinovasi. Saya sangat senang berada di Bali dan bekerja bersama Indonesia untuk mempercepat transisi energi bersih, baik di sini maupun di seluruh dunia,” tutur John Kerry.

Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam hal konsumsi energi karena didorong oleh pembangunan ekonomi yang kuat, urbanisasi yang meningkat, dan pertumbuhan penduduk yang stabil.  

“Tugas kami adalah menyusun jalur transisi menuju sistem energi yang bisa melindungi kekayaan alam Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui udara yang lebih bersih dan kesehatan yang lebih baik. Peluang untuk melakukan perubahan transformasi dalam bauran energi Indonesia tersebut terdapat pada pada sumber energi terbarukan yang belum dimanfaatkan,” kata Luhut Binsar Pandjaitan.

“Target kami adalah memiliki energi baru dan terbarukan sebesar 21 gigawatt pada 2030. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan peta jalan untuk membangun industri tersebut,” tambah Luhut.

Indonesia sedang menempuh satu jalur yaitu untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan sesuai dengan target pemerintah, dan jalur kedua untuk mengembangkan rencana nasional yang. Akan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara di tahun-tahun mendatang.

Indonesia akan membutuhkan teknologi dan investasi untuk energi terbarukan dan akan menyederhankan regulasi terkait lingkungan agar bisa mewujudkan cita-cita energi terbarukan tersebut. Indonesia juga telah mengembangkan pendekatan blended finance untuk bahan bakar fosil yang akan ditiadakan.

“Kami mencari cara untuk ‘melembagakan’ proses transfer teknologi dan pembiayaan agar kedua hal tersebut dapat berlanjut dari waktu ke waktu,” sambung Luhut.

Terkait blended finance, Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemitraan nasional dan global untuk menginisiasi solusi blended finance. Kemitraan ini akan berinvestasi dengan berdasarkan nilai dari Tri Hita Karana yang digagas oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo.

“Saya merasa terhormat untuk melanjutkan upaya kami dalam menutup kesenjangan pembiayaan iklim. Saat ini, rata-rata investasi untuk energi bersih adalah US$ 9 miliar per tahun dan diperkirakan akan terus tumbuh menjadi US$ 16 miiar, seiring meningkatnya permintaan terhadap energi. BCG memperkirakan investasi sebesar US$ 2,1 triliun diperlukan untuk mencapai target 1,5 derajat Celcius. Artinya, kita memerlukan setidaknya US$ 2 triliun untuk menutupi kesenjangan pembiayaan tersebut.” kata Shinta Kamdani, Ketua B20 Indonesia 2022 dan Steering Committee THK.

Di skala yang lebih besar, Kadin sebagai penyelenggara B20 di Indonesia telah meluncurkan Kadin Net Zero Hub sebagai kerangka fasilitasi jejaring yang antara lain bisa memetakan dan menghubungkan perusahaan di Indonesia dnegan mitra yang tepat, termasuk investor dan pihak keuangan – agar dapat melakukan transformasi menuju net zero.

“Kadin juga telah meluncurkan program legasi B20, yaitu Global Blended Finance Alliance. Progam ini dirancang sebagai platform berjejaring dan mencocokkan pemilil proyek dengan pihak keuangan yang potensial, sekaligus memberdayakan mereka dengan pengetahuan seputar keuangan agar layak mendapatkan pendanaan,” tutur Arsjad Rasjid.

Hingga saat ini, B20 telah menjalin kerja sama dengan pihak swasta dengan satgasnya dan telah membuat rekomendasi kebijakan dan program green legacy.

Indonesia mengambil kepemimpinan untuk mempercepat transisi ke sistem energi terbarukan dan untuk memastikan lautan dan tata guna lahannya beralih ke sumber makanan, keanekaragaman hayati, pekerjaan, dan ketahanan fisik yang regeneratif.

“Ini adalah dekade untuk bertindak. Saya berharap kepemimpinan kita di G20 dapat membantu mewujudkan hal ini baik bagi Indonesia maupun dunia,” tutup Luhut.  (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments