Yogyakarta, benang.id – Delapan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) berhasil mendapatkan hibah International Credit Transfer (ICT) 2022. International Credit Transfer merupakan program implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Melalui program International Credit Transfer, mahasiswa Indonesia didorong untuk mendapatkan peningkatan pengalaman, perluasan dan penguatan jejaring, serta pemahaman yang lebih baik mengenai sosial budaya bangsa asing melalui interaksi dengan mahasiswa dan masyarakat di luar negeri.
Hibah yang diterima selama ini lebih banyak untuk mendukung mahasiswa Program Sarjana (S1) yang sedang atau akan mengikuti outbond mobility program. Dukungan yang diberikan, selain proses administrasi, juga bantuan finansial yang dibutuhkan oleh mahasiswa yang meliputi subsidi Tuition Fee atau biaya registrasi untuk mahasiswa yang mengikuti Dual Degree, subsidi biaya pulsa/internet, subsidi akses jurnal, e-book, dan lain sebagainya serta tambahan asuransi.
Mahasiswa penerima hibah tentunya menyiapkan berbagai hal meliputi TOEFL test, CV, learning agreement serta kartu hasil studi. Sedangkan Universitas membantu dalam memberikan informasi terkait program, memberikan pertemuan dan sharing session untuk membantu persiapan mahasiswa, serta melakukan pendampingan dengan awardee dibantu oleh Fakultas dan Prodi masing-masing.
“Proses yang saya lakukan ketika mengikuti program ini diawali dari proses persiapan di mana ketika mendaftar program ini diperlukan beberapa syarat dokumen yang harus disiapkan, seperti sertifikat tes bahasa inggris atau TOEFL test, CV, learning agreement serta kartu hasil studi. Selanjutnya setelah memenuhi syarat-syarat dokumen yang diperlukan, saya melakukan diskusi dengan pihak prodi untuk membahas mata kuliah yang nantinya akan saya ambil dan konversikan di universitas yang saya tuju,” jelas Majesty Victoria Jalu dari Prodi Ilmu Komunikasi sebagai salah satu mahasiswa penerima hibah ICT 2022 ke Saint Louis University, Filipina.
Majesty mengungkapkan bahwa terdapat kekhawatiran dalam hal bahasa dan sistem pendidikan dikarenakan Filipina terdapat dua bahasa yang sering digunakan yaitu Bahasa Tagalog dan Bahasa Inggris. Kekhawatiran lainnya mengenai sistem pendidikan di Filipina berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia sehingga memerlukan waktu untuk beradaptasi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Steffanie Soebianto dari Prodi International Business Management Program yang menerima hibah International Credit Transfer 2022 ke Nanjing XiaoZhuang University di Tiongkok. Keterbatasan berbahasa Mandarin menjadi salah satu kekhawatiran Steffanie. Sehingga Steffanie mempersiapkan dirinya dengan mempelajari bahasa Mandarin secara mandiri dan mengikuti les.
Kekhawatiran dan kendala tentunya dihadapi oleh mahasiswa penerima hibah ICT, namun juga diimbangi dengan rasa yakin untuk bisa mendapatkan pengalaman dan manfaat dari program ini.
Seperti yang diungkapkan oleh Jeremy Brian Pratama dari Prodi International Industrial Engineering Program (IIEP) yang menerima hibah untuk transfer ke Bulacan State University (BulSU) Filipina. Jeremy yakin bahwa dengan mengikuti program ini akan mendapatkan pengalaman dan relasi dengan orang banyak.
“Ada beberapa alasan yang membuat saya yakin ingin mengikuti program ini. Pertama, karena saya ingin mendapat pengalaman belajar di luar negeri dan berinteraksi dengan orang luar yang mungkin memiliki perbedaan pola pikir dengan orang Indonesia. Kedua, karena biaya kebutuhan saat di Filipina ditanggung oleh program hibah dan kebetulan saya sudah memiliki sertifikat IELTS sebelumnya yang masih dalam jangka waktu berlakunya,” ungkap Jeremy.
Setelah mahasiswa menerima hibah ICT 2022, langkah selanjutnya adalah mengikuti program sesuai rencana, menyiapkan diri dalam hal bahasa dan berbagai hal lainnya menyiapkan bukti-bukti pelaksanaan program sesuai formulir yang telah disiapkan Tim ICT Universitas dan menjadi pembicara dalam sharing session yang akan diselenggarakan di semester berikutnya.
“Target saya selanjutnya setelah mendapatkan kesempatan ini tentunya saya akan memanfaatkan sebaik-baiknya ilmu dan pengalaman yang sudah saya dapatkan ketika saya belajar di Saint Louis University, Filipina. Selain itu, saya berharap agar saya semangat untuk terus belajar dan mencoba hal dan pengalaman baru tidak berhenti sampai di sini saja namun selanjutnya saya akan berusaha untuk terus mencari dan mencoba hal baru yang dapat mendukung diri saya untuk terus berkembang,” jelas Majesty.
Jeremy dan Steffanie juga mengungkapkan hal yang demikian. Langkah selanjutnya adalah berusaha untuk lebih giat belajar dan mendapatkan hasil yang terbaik dari setiap mata kuliah, mengakrabkan diri dan beradaptasi dengan lingkungan baru serta semakin terasahnya kemampuan dalam berbahasa asing.