Sunday, May 5, 2024
No menu items!
spot_img
HomeGaya HidupRumah Juang Kris Biantoro Harus Kreatif dan Menarik, Ini Alasannya

Rumah Juang Kris Biantoro Harus Kreatif dan Menarik, Ini Alasannya

Foto-foto: benang.id/Gora Kunjana

Cibubur, benang.id –  Selain menghadirkan informasi secara utuh, lengkap, terjaga baik, dengan nomor registrasi sehingga mudah diakses masyarakat, museum juga harus mampu menampilkan koleksi dan narasi dengan cara yang kreatif dan menarik.

Demikian dikemukakan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid dalam sambutannya lewat zoom pada acara peresmian Rumah Juang Kris Biantoro, di Cibubur, Kamis (23/11/2023). Dia berbicara secara live di hadapan para anak-anak dan keluarga seniman, antara lain Arto Kris Biantoro sebagai tuan rumah, bersama Maria Nguyen Kim Dung –istri Kris Biantoro, Marini, istri Gatot Sunyoto dan putrinya, Eto anak S Bagio, Sari Yok Koeswoyo. Tampak pula Taprof Bid. Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro, Ketua Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali, pengusaha Patricia Susanto.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudreistek Hilmar Farid memberikan tanggapan terkait peresmian Rumah Juang Kris Biantoro secara daring.

“Ini mungkin kuncinya karena arsip di Rumah Juang ini saya kira luar biasa mengingat perjalanan pak Kris Biantoro yang sangat panjang di dalam dunia kesenian. Banyak sekali elemen yang ada di dalam koleksinya bisa bercerita, dan ceritanya tentu sangat menarik,” tutur Hilmar Farid.

Dirjen Kebudayaan ini mengingatkan bahwa  Indonesia saat ini masih berhadapan dengan timbunan informasi yang luar biasa besar tetapi belum ada cara yang sistimatis untuk menanganinya.  

Pemaparan terkait alasan Rumah Juang Kris Biantoro penting

Menurut dia, seringkali ketika berhadapan dengan timbunan informasi yang begitu besar itu, orang akan kewalahan. Karena membuat perpustakaan yang mempunyai katalog yang bisa diakses publik dan seterusnya itu pekerjaan yang luar biasa besar.

“Saya tahu karena dulu saya waktu kuliah bekerja di perpustakaan betapa sulitnya membuat pendataan seperti itu. Dan itu seingkali membuat orang give up, ini terlalu banyak, terlalu besar gak mungkin saya kerjakan sepanjang hidup. Sehingga kandas lagi upaya untuk melakukan pendokumentasian dengan baik,” jelasnya.

Taprof Lemhannas RI bid. Ideologi AM Putut Prabantoro (pegang mic) memberikan pernyataan

Ia pun mengusulkan, di samping melakukan pendataan yang sifatnya terus menerus sebagai pekerjaan jangka panjang sifatnya, juga mulai bisa memikirkan proyek yang membuat arsip di Rumah Juang menjadi lebih accessible dalam bentuk biografi, dalam bentuk documentary dalam bentuk cerita yang menarik untuk diangkat,” katanya.

Oleh karena itu, Dirjen Hilmar mengapresiasi sudah adanya ide-ide bayangan untuk pembuatan macam-macam film tentang tokoh para seniman Indonesia yang memang belum banyak.

Arto Biantoro melayani wawancara televisi

Ia juga melihat belum banyaknya biografi dari para seniman Indonesia yang utuh dan lengkap. Berbeda dengan di luar negeri yang hampir semua sutradara, pemain film, musisi, pelukis, pematung itu punya biografi baik kecil maupun besar. Di Indonesia masih sangat terbatas.

“Saya cukup yakin pengalaman hidup Ibu Marini tentu sangat menarik untuk diceritakan, sepakterjang beliau di dunia musik, film, dan sebagainya. Seperti halnya Pak Kris sendiri saya kira kisahnya juga sangat menarik sampai ketemu dengan ibu. Yah begitulah segala dimensi sangat dinamis dan menarik untuk dikisahkan,” tutup Dirjen Kebudyaan Hilmar Farid, seraya menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen dan siap mendukung upaya ini.

Haul 10 Tahun Kris Biantoro  

Arto Biantoro melayani wawancara media

Lahir pada 17 Maret 1938, Kris Biantoro merupakan seniman dan pejuang yang penuh dengan semangat nasionalisme. Kris Biantoro merupakan figur yang aktif di TVRI, menjadi penyanyi, MC, pemain film, bintang iklan, dan bahkan penulis skrip dan produser hingga disebut sebagai seniman serba bisa. Setelah Kris Biantoro ada Gatot Sunyoto, dan Dorce. Setelah itu belum ada lagi seniman serba bisa.

Ide pendirian Rumah Juang Kris Biantoro datang dari anak kedua mendiang Kris Biantoro, Arto Biantoro. Ia menjelaskan bahwa tujuan dari Rumah Juang ini tidak hanya mengenalkan tokoh-tokoh legenda Indonesia, tetapi juga menghubungkan ekosistem yang lebih luas.

Sejumlah artefak di Rumah Juang Kris Biantoro

“Sejak bapak gak ada sudah ada niatan untuk menceritakan legacy yang bapak punya. Karena kesibukan, momentum, waktu yang ada belum pas, pada haul ke sepuluh ini kita merasa ini saatnya,” papar Arto saat ditemui sebelum acara peresmian.

Menurut dia, esensinya bukan pada Kris Biantoro saja tapi momentum Indonesia untuk mengambil peran dalam kancah global, peran Indonesia untuk membangun narasi lokalnya kembali dengan mendorong lebih banyak anak muda melihat berbagai masalah di sekitar kita terkait kebangsaan.

Sepeda motor BMW dan sepeda kayuh saksi perjuangan mendiang Kris Biantoro

“Ini momentum kita untuk menghidupkan kembali roh dari sosok-sosok yang menghiassi kebangsaan Indonesia, dan dimulai dari membangun Rumah Juang Kris Biantoro. Yang dibutuhkan kemudian bagaimana kita bisa menjahit berbagai narasi kebangsaan. Maka ini bukan sekadar membangun museum tapi sebuah gerakan yang didorong oleh momentum dan waktu yang tepat,” jelasnya.

Lebih jauh Arto menjelaskan bahwa Rumah Juang Krisbiantoro merupakan pilot project cara mengapresiasi sosok-sosok yang bisa menjadi bagian sejarah modern Indonesia dari berbagai bidang.

Mobil kebanggaan keluarga

“Karena bapak seniman ya network-nya seniman tapi seniman ini hanya pintu masuk. Kita ingin menggali sosok-sosok lain yang bukan saja nasionalis tapi juga punya karakter yang justru bisa menjadi karakter generasi berikutnya. Kalau gak ya K-Pop semua. Gak jadi masalah dengan K-Pop nya selama tidak meninggalkan akar budaya kita sendiri. Karena dulu bisa jadi bapak juga terinspirasi Beatles, Pat Boone dan sebagainya. Nah, akar ini tugas siapa ya tugas generasi kami. Ada generasi baby boomers yang miliki sejarah dan ada generasi Z dan Y yang sedang mencari sejarah lalu ada generasi X yang bertanggung jawab menghubungkan. Nah, anak-anak seniman yang akan berkumpul ini adalah generasi X yang punya narasi kuat dari generasi sebelumnya,” ucapnya.

Koleksi dasi Kris Biantoro

Menurut Arto, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana ia dan timnya menciptakan ekosistem karena memang belum ada modelnya.

“Konsorsium dari berbagai kepentingan digabung menjadi satu untuk menghubungkan kepentingan keluarga, kepentingan pemerintah, kepentingan sponsor atau dunia bisnis. Bagaimana menjahitnya itulah tantangan kami. Modeling ini yang perlu kita belajar dan susun sama-sama. Ada gambaran mungkin nanti dibuat yayasan, tapi tidak bisa 100% yayasan karena ada kepentingan komersiil, intelektual, properti, dan sebagainya,” imbuhnya.

Koleksi buku Rumah Juang Kris Biantoro

Semakin dalam, Arto menguraikan bahwa Rumah Juang menggunakan pendekatan lebih kreatif, lebih modern tidak seperti museum kebanyakan. Rumah Juang Kris Biantoro hanya contoh, tidak berarti orang harus datang.

“Kita bisa bekerja sama dengan mall, kita bawa instalasi dan pop-up museum ini ke tempat yang lebih terbuka lalu kita punya cerita/dan membangun narasi mendekat ke target market. Masuk ke kampus-kampus, bikin exhibition dan engagement, bikin konten yang berhubungan dengan tokoh-tokoh itu. Lebih jemput bola daripada masyarakat datang ke sini,” terangnya.

Eto S Bagio bersama lukisan karya ayahandanya komedian S Bagio

Narasi-narasi lain di samping Rumah Juang, tandas Arto, juga bisa diangkat. Terakhir Arto mengatakan bahwa saat ini ia bersama tim tengah menggarap satu kawasan di Sokaraja, Banyumas. “Jalan ini dulunya adalah street art gallery terpanjang di dunia. Nah kami sedang menghidupkan kembali kawasan itu, termasuk bioskop untuk film-film pendek, film jaman Belanda,” bebernya.

Kisah cinta

Di amben inilaih Kris Biantoro menghembuskan nafas terakhirnya

Sebelum diskusi, Arto juga sempat memberikan tur keliling isi Rumah Juang Kris Biantoro dan menjelaskan kisah di baliknya. Seperti soal amben saat Kris Biantoro meninggal dan ditemukan oleh mbak Sum yang sudah bekerja di keluarga Kris Biantoro selama 40 tahun.

Ada juga sepeda, sepeda motor BMW, dan mobil jeep “kebanggan keluarga”. Juga dipajang  berbagai penghargaan yang pernah diterima Kris Biantoro di antaranya Kalpataru, penghargaan musik tahun 2000, serta  buku tulisan Kris Biantoro terakhir yang berjudul “Indonesia Harus Kembali kepada Rohnya?.

Arto Biantoro memberikan penjelasan terkait informasi yang terpasang di dinding

Pada salah satu ruangan juga terdisplay berbagai artefak Kris Biantoro seperti gelas kesayangan yang tidak boleh dipegang oleh siapapun sampai ia meninggal. Tampak pula golok yang dipakai dalam sebuah film, sejumlah surat cinta, dan berbagai tanda jasa.

Sementara itu di salah satu tembok tertambat foto kenangan terkait keluarga. Arto  menjelaskan bahwa Kris Biantoro punya dua anak. Pertama Antok, yang kedua Arto. Antok berpulang 8 tahun lalu dalam usia 45 tahun.

Buku karya terakhir Kris Biantoro

“Kakak saya sangat sehat, higienis tidak merokok, rajin olahraga tapi terkulai dalam 3 menit terkena serangan jantung dan meninggal. Dia meninggal 20 bulan setelah bapak meninggal. Setelah bapak ada ibumertua saya juga meninggal. Jadi dalam 20 bulan itu kami kehilangan 3 orang yang kami cintai,” katanya.

Satu hal yang menarik ketika sampai pada lukisan besar Ibu Kim. Arto lantas bercerita soal kisah cinta sang ayah saat bekerja sebagai staf KBRI Australia dengan mamanya wanita asli Vietnam yang terjadi di Sydney.  

Berbagai koleksi Rumah Juang Kris Biantoro

“Waktu itu teman bapak seorang bule jatuh cinta dengan mahasiswa Vietnam anak orang kaya dan lawyer tapi karena malu dia minta bapak menemani untuk menemui cewek yang ditaksirnya itu di sebuah acara prompnight. Bertemulah mereka bertiga. Apa yang terjadi ibu bukannya jatuh cinta dengan si bule tapi pada bapak. Maka terciptalah cinta segitiga. Om Paul, bule ini akhirnya merelakan cewek Vietnam itu dengan bapak. Dan mereka menikah. Lucunya perjalanan kisah cinta mereka berada dalam masa pergerakan komunis. Jadi orangtua ibu bilang kamu jangan kawin dengan orang Indonesia karena mereka komunis, sebaliknya orangtua bapak juga bilang kamu jangan nikah dengan orang Vietnam karena mereka komunis. Jadi kedua belah pihak keluarga menolak hubungan cinta keduanya. Karena itu bapak-ibu kawin lari, menikah tidak dengan restu orangtua. Tahun 1969 kakak saya lahir dan dibawalah ke Vietnam hingga kemudian mendapat restu,” papar Arto.

Arto mengungkapkan kisah cinta ayahnya dengan ibunya yang berasal dari Vietnam, Maria Nguyen Kim Dung

“Ibu sekarang berusia 84 tahun dan tinggal di belakang Rumah Juang ini. Masih menyetir mobil, masih berenang, masih main saham, masih belanja online,” sebut Arto mengenai sang ibu. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments