Yogyakarta, benang.id – Untuk menelisik kembali kehidupan masyarakat di bantaran sungai di wilayah perkotaan dengan segala permasalahannya, mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menyambangi Kampung Juminahan, Tegal Panggung, Danurejan, Yogyakarta, Sabtu (2/7/2022) lalu.
Kegiatan tersebut merupakan praktik lapangan mata kuliah Studi Urban dan Regional dan mata kuliah Community Development, sebuah kegiatan kerja sama dalam program MBKM yang sebelumnya diselenggarakan bersama masyarakat sekitaran Sungai Bengawan Solo bersama dengan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS), ISI Surakarta, dan UAJY.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menelisik kembali kehidupan masyarakat di bantaran sungai di wilayah perkotaan dengan fokus yang digali mencakup keseluruhan hidup masyarakat, termasuk kerentanan serta upaya masyarakat dalam mengatasi kerentanan kehidupan di bantaran sungai.
Rangkaian kerja sama MBKM terdiri dari beberapa sesi kelas dengan materi Walking Methode (metode observasi lapangan), Visual Methode (metode dokumentasi observasi secara visual) dan materi kehidupan masyarakat di bantaran sungai.
Kegiatan dibuka dengan ucapan selamat datang oleh Ketua RW 14 Kampung Juminahan, Sulistyo dan Heribertus Hendro Waluyo selaku warga bantaran sungai serta relawan BPBD dilanjutkan dengan sambutan Y Kunharibowo MA, selaku Ketua Program Studi Sosiologi UAJY.
“Kedatangan kami di sini untuk kula nuwun dengan harapan bisa melihat bagaimana masyarakat hidup di sekitaran Sungai Code dan diterima kehadiran kami”, jelas Kunharibowo, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta. Selasa (12/7/2022).
Heribertus juga menjelaskan mengenai kondisi Kampung Juminahan yang sudah terdapat beberapa komunitas yang membantu kehidupan masyarakat seperti Kampung Tanggap Bencana (KTB) yang berperan dalam membantu ketika ada kebakaran, banjir ataupun tanah longsor. Dengan adanya KTB, bencana alam dapat ditangani dan juga mendapatkan uluran tangan dari pemerintah.
“Di Kampung Juminahan khususnya di RW 14, di sebelah selatan ada TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir). Kemudian di tengah kampung ada pemakaman dan balai kampung sekarang merupakan rumah juru kunci pada jaman dulu. Makam tersebut merupakan makam umum dan makam Kyai serta Nyai Juminah yang masih kerabat dengan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat”, jelas Heribertus.
Setelah sambutan dan penjelasan mengenai sejarah Kampung Juminahan, seluruh peserta diajak untuk menyusuri Sungai Code dan berdialog bersama masyarakat sekitar untuk menggali informasi dan realitas kehidupan di sekitar bantaran sungai.