Friday, March 29, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiUnsa: Pendidikan di Perguruan Tinggi Harus Asah Keahlian Mahasiswa di Bidang Wirausaha

Unsa: Pendidikan di Perguruan Tinggi Harus Asah Keahlian Mahasiswa di Bidang Wirausaha

Surakarta, benang.id – Berwirausaha merupakan pilihan profesionalisme masa depan bagi para mahasiswa setelah mereka lulus studi nantinya. Peluang berwirausaha bagi generasi muda di Indonesia sangat terbuka. Indonesia merupakan negara besar, baik dari sisi sumber daya ekonomi maupun pasarnya.   

Pendidikan di perguruan tinggi menjadi media dan wadah penggerak dan pengasah keahlian para mahasiswa mereka untuk bertumbuh menjadi calon wirausaha.  Sistem belajar dan mengajar yang  mendorong minat dan keahlian mahasiswa untuk berorientasi menjadi seorang wirausaha secara dinamis perlu diciptakan dan keberlanjutan.

Sebagai upaya untuk berkontribusi  menumbuhkan jiwa kewirausahaan melalui peran pendidikan tinggi, Universitas Surakarta (Unsa) menggelar Webinar Internasional bertema: Transformasi Pendidikan Tinggi dengan Pola Pikir Kewirausahaan dan Metode Pembelajaran.

Webinar internasional yang dilaksanakan 17 Februari lalu ini juga dalam rangka Dies Natalis Universitas Surakarta ke -23. Hadir sebagai pembicara pada Panel Discussion & Summary adalah Astrid Widayani MBA. (Chair of Surakarta Higher Education Foundation, Indonesia) & Dr R Agus Trihatmoko (Vice Rector for Finance and Human Resources, The University of Surakarta, Indonesia).

Mindset terhadap jiwa kewirausahaan  perlu dan penting agar terus dibangun melalui pendekatan strategis tata kelola dan manajemen di setiap perguruan tinggi,” papar Astrid Widayani dalam keterangan pembukanya.

Webinar Unsa
Hadir sebagai pembicara pada Panel Discussion & Summary adalah Astrid Widayani MBA. (Chair of Surakarta Higher Education Foundation, Indonesia) & Dr R Agus Trihatmoko (Vice Rector for Finance and Human Resources, The University of Surakarta, Indonesia). Foto: Istimewa/Unsa

Dia juga memberikan apresiasi dan terima kasih kepada panitia dan para narasumber, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Surakarta.

Di samping itu, Astrid sebagai seorang akademisi dan sekaligus Praktisi Eduprenuership hadir dalam Webinar tersebut berperan untuk memberikan rumusan simpulan yang mengarahkan pada konsepsi dan praktikal dari telaah setiap paparan para narasumber.

Astrid memaparkan bahwa para mahasiswa sebagai generasi muda yang ingin meraih  kesuksesan di bidang kewirausahaan sangat bergantung dari niat yang dilengkapi dengan ilmu yang diperoleh, maka dapat menjadi bekal masa depan dalam memasuki dunia usaha.

Kewirausahaan yang dimaksud juga mencakup sebagai diri wirausaha, serta jika bekerja di dunia industri. “Ilmu itu pusatnya di perguruan tinggi, meskipun tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karena itu, dunia pendidikan mesti menjalin kerjasama dengan industri”, katanya.

Keberhasilannya, menurut dia, tergantung dari proses belajar mengajar termasuk kurikulum yang dibangun di setiap perguruan tinggi. Sebelum kepada proses tersebut, maka penekanannya pada mindset kewirausahaan para dosen dan semua pemangku kepentingan di dalamnya perlu diperkuat terlebih dahulu. 

Pengalaman praktik dan teoretis yang disajikan oleh para narasumber Webinar juga memotivasi dan menginspirasi untuk membangun kewirausahaan kepada para mahasiswa di setiap perguruan tinggi di Indonesia.

“Apalagi, tujuan tersebut telah didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seperti disampaikan melalui paparan komprehensif oleh  Prof Teuku Faisal Fathani PhD sebagai Keynote Speaker dalam Webinar”, tutur Astrid.

Webinar Unsa
Astrid Widayani MBA. Foto: Istimewa/Unsa

Dijelaskan Astrid lebih lanjut, kebijakan Kemendikbud sudah sangat jelas dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Proses belajar dan mengajar harus diatur sedemikian rupa bersama-sama dengan praktiknya di dunia industri, serta kuliah lintas program studi di internal dan eksternal perguruan tinggi dalam negeri atau luar negeri.

Dari sana pendidikan kewirausahaan akan menjadi lebih dapat dipahami oleh para mahasiswa, karena mereka mengalami berpraktik atau magang selama kuliah sesuai desain kurikulumnya. Demikian juga lintas ilmu diperoleh sebagai input skill, jika menempuh lintas program studi.

Menurut Astrid, MBKM masih menjadi pekerjaan rumah bagi setiap perguruan tinggi, dan peran pemerintah masih diperlukan dukungannya dalam mengimplementasikan. Namun demikian, dalam konteks praktik hal itu sudah dapat dirintis dan dikembangkan di internal perguruan tinggi melalui pusat inovasi dan kewirausahaan. Departemental atau kelembagaan tersebut sekaligus menjadi tempat berpraktik wirausaha oleh para mahasiswa, dan juga menjadi bagian pemberdayaan ekonomi di lingkungan perguruan tinggi.  

Kemajuan baru di era digital sekarang menjadi keniscayaan pemanfaatnya bagi semua perguruan tinggi dalam proses belajar mengajar, dan itu jelas terkait pula dengan kewirausahaan.

“Digitalisasi di dunia perguruan tinggi tersebut telah saya perkenalkan yang menjelaskan tentang Integrated Smart Online Learning (ISOL) dan Graduate Skills Assessment (GSA)”, ucap Astrid.

Saat ini, sambung dia, terlihat ada tren positif bahwa generasi muda setelah lulus dari perguruan tinggi memilih merintis usaha grafiknya terus meningkat. Persaingan kompetensi berwirusaha tentu akan linier dengan minat berwirausaha kalangan muda tersebut.

Astrid memberikan dorongan, “Para mahasiswa perlu mendapat pengetahuan akademik dan pengalaman praktiknya sebelum nanti terjun sebagai wirausaha, termasuk jika memilih bekerja di dunia industri. Hard skill dan soft skill  harus mulai diperoleh pada saat meniti studi di bangku kuliah mereka”.  

Adapun Agus Trihatmoko, Ekonom Universitas Surakarta mengungkapkan sebuah kesadaran diri oleh para mahasiswa untuk meminati bidang kewirausahaan memang harus diawali oleh mindset para dosen mereka.

“Arahnya yaitu membentuk mindset kewirausahaan di perguruan tinggi tercipta secara kolektif  dengan sistem terintegrasi, dari sisi manajemen institusi dengan penyelenggaraan pembelajaran/ perkuliahan,” papar Agus dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (16/4/2022). 

Webinar Unsa
Dr R Agus Trihatmoko. Foto: Istimewa/Unsa

Hal tersebut, tandas Agus, relevan dengan arah pembangunan perekonomian Indonesia menuju kesejahteraan nasional ke depan. Dalam konteks ini, maka pendekatan teoritis dan konsepsinya harus terus digali dan dikembangkan oleh insan perguruan tinggi dengan penelitian-penelitian terkini.

Agus dalam Webinar hadir sebagai perumus simpulan bersama Astrid Widayani telah memberikan perspektif peluang-peluang penelitian tata kelola perguruan tinggi yang berorientasi pada kewirausahaan. 

Menurut Agus, dari pemahaman terhadap paparan semua para narasumber diidentifikasi beberapa  teori mendasar sebagai acuan penelitian. Pertama, dalam bingkai manajemen strategik dan tata kelola perguruan tinggi, dengan pendekatan teori institusional. Kedua, kerangka kerjanya dengan pendekatan perilaku berwirausaha (entrepreneurial behavior) dan perilaku organisasional ‘para dosen’ dalam membangun dan menerapkan proses belajar mengajar (learning and teaching behavior).

Basik dari teoretis yang dimaksudkan kemudian diperdalam untuk membangun mindset kewirausahaan dengan perluasan teori-teori baru, yaitu institutional culture, intention & motivation, habit of student, ability, dan lainnya.   

Tinjauan teori dan konsep-konsep tersebut juga memberikan peluang untuk diperluas dengan manajemen bisnis dan program MBKM, termasuk digitalisasi ekonomi. Misalnya mencakup konsep-konsep yang relevan yaitu strategic management, institusional governance, corporate governance. 

Tentunya, hal itu kembali pada tujuan awalnya yaitu membangun mindset kewirausahaan di lingkungan perguruan tinggi. Capaian yang diharapkan adalah peningkatan keahlian (up skill) sebagai pengembangan keahlian umum (general skill), bagi para mahasiswa.  

Agus menambahkan catatan bahwa penelitian itu sangat penting sesuai konteks negara dan masyarakatnya, dengan tetap mengkaitkan faktual perkembangan perekonomian global. Peluang penelitian tersebut dapat ditempuh dengan metode kuantitatif atau kualitatif menurut permasalahan dan teori-teori yang ingin dipecahkan atau ingin ditemukan solusi konsepsinya.

“Webinar Internasional Universtas Surakarta kemarin, banyak memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, baik secara praktikal maupun akademik, termasuk menginspirasi para peneliti. Kami berdua merasa mendapat kesempatan istimewa dapat turut serta berdiskusi di antara para narasumber hebat dari berbagai negara. Semoga memberikan manfaat bagi kemajuan kewirausahaan di Indonesia”, pungkas Agus Trihatmoko.    

Webinar Unsa
Dr R Agus Trihatmoko (kiri) bersama Astrid Widayani MBA (kanan). Foto: Istimewa/Unsa

Untuk diketahui webinar internasional tersebut menghadirkan Keynote Speaker Prof Teuku Faisal Fathani PhD (Acting Director of Technology, Research, and Community Service, Ministry of Education, Culture, Research and Technology Republic of Indonesia), pembicara: Prof Dr Dominique Bourqui (Director of DBA Program, Business School Lausanne, Switzerland), Prof Dr Issy Yuliasri (TEFLIN Coordinator for Central Java Region, Semarang State University, Indonesia), Dr Jonathan Rante Carreon (Vice President for International Relations, Huachiew Chalermprakiet University, Thailand), Dr Avinash Pawar (Savitribai Phule Pune University, India), Dr Nhelbourne K Mohamad PhD (Mindanao State University, Philippines).

Webinar ini secara lengkap dapat disaksikan kembali lewat https://www.youtube.com/watch?v=kBh56JNt9Xs

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments