Jakarta, benang.id – Generasi muda yang penuh semangat berinovasi, adaptif, dan juga cekatan hendak berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia dalam aspek ekonomi, politik, dan lingkungan menuju masa pemulihan pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan agenda pemerintah yang tengah mempersiapkan rencana pertumbuhan ekonomi hijau untuk turut menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan keinklusifan sosial serta faktor lingkungan.
Sebagai bagian dari ajang forum G20, Youth 20 Summit (Y20) Indonesia akan dilaksanakan pada Juli 2022 untuk mendorong agenda-agenda yang menjadi perhatian pemuda sebagai kebijakan global.
Guna mendukung pergerakan generasi muda ini, DBS Asian Insights Conference 2022 mengadakan sesi keempat bertajuk “The Youth Who Makes a Difference” dengan diskusi panel bersama Co-Chair Y20 Indonesia Budy Sugandi, CEO H!Cups Kathleen Gondoutomo, Founder Pijakbumi Rowland Asfales, dan Founder & CEO Waste4Change M Bijaksana Junerosano.
Co-Chairman dari Youth 20 (Y20) Indonesia Budy Sugandi mengatakan bahwa di tengah berbagai acara bertaraf internasional yang dilaksanakan di Indonesia, salah satunya G20, Youth 20 (Y20) Summit Indonesia merupakan bagian dari Presidensi G20 yang akan mendiskusikan empat area prioritas, yakni Ketenagakerjaan Pemuda, Transformasi Digital, Planet yang Berkelanjutan dan Layak Huni, serta Keberagaman dan Inklusi. Para generasi muda saat ini berkesempatan untuk bisa terlibat langsung dalam membuat keputusan bersama, bahu-membahu dalam membuat perubahan nyata secara signifikan di mana keputusan dan hasil yang ada akan diikutsertakan dalam G20.
“Di situasi seperti saat ini, kita memiliki begitu banyak tantangan, seperti talenta digital. Dalam sebuah survei yang dilakukan Worldbank & Mckinsey, Indonesia membutuhkan 600 ribu talenta digital tiap tahunnya, dan pada tahun 2030 akan menyentuh angka sembilan juta,” ungkap Budy Sugandy.
Menurut Budy, Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi juga menyatakan bahwa terdapat learning lost selama dua tahun terakhir ini yang mengakibatkan hampir 76 ribu anak di Indonesia putus sekolah.
“Sebagai generasi muda, sudah seyogyanya kita merumuskan berbagai ide, inovasi, dan inisiasi untuk mengatasi masalah ini. Maka dari itu, melalui Y20 Indonesia yang bertemakan ‘Recover Together, Recover Stronger’, kita mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai permasalahan yang ada, serta mempromosikan hal-hal baik dan nilai luhur yang menjadi identitas negara kita dalam menyingkapi keberagaman dan inklusivitas, seperti nilai gotong royong dan Bhinneka Tunggal Ika di kancah dunia,” ucap Budy Sugandy.
Pada kesempatan yang sama, CEO H!Cups Kathleen Gondoutomo sebagai brand minuman kekinian membagikan peranan H!Cups yang tengah merangkul para perempuan di seluruh Indonesia terutama di kota kecil agar mereka bisa mengembangkan dan memajukan potensi yang dimiliki. Meskipun perbandingan penduduk perempuan dan laki-laki di Indonesia hampir sama,
Kathleen Gondoutomo melihat bahwa hak-hak mendasar wanita masih dibatasi oleh masyarakat, termasuk tidak diberikannya bekal yang mumpuni dalam pembentukan kemampuan dan potensi diri. Terlepas dari peranan wanita semakin besar, kesetaraan gender masih menjadi tugas bersama yang dapat dimaksimalkan.
“H!Cups berdiri untuk membantu menanggulangi isu pemberdayaan perempuan di area terbelakang dengan meningkatkan keterampilan sumber daya manusia (SDM) perempuan di Indonesia. Saat ini, 85-90% karyawan kami adalah perempuan. Fokus H!Cups dalam mendukung pemberdayaan perempuan berangkat dari keresahan kami saat bertemu dengan berbagai perempuan yang tidak mendapatkan hak dasarnya dan tidak dipersiapkan atau dibekali kemampuan yang mumpuni. Kami percaya pemberdayaan perempuan mendorong perempuan untuk mencapai potensi maksimalnya, sehingga mereka bisa membantu bukan hanya kehidupan keluarga mereka dan pribadi, tapi juga dapat memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” tutup Kathleen Gondoutomo.
Founder Pijakbumi, Rowland Asfales menjelaskan bahwa regulasi terkait produk ramah lingkungan saat ini sedang diproses, yang mana pada praktiknya di lapangan, banyak pelaku bisnis yang hanya berfokus membangun citra perusahaannya sebagai brand yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak nyata, atau biasa disebut sebagai greenwashing.
Pijakbumi sendiri menggunakan material daur ulang untuk memproduksi produk sepatu rendah karbon. Melalui sertifikasi, uji lab, dan pembuktian, Pijakbumi telah mendapat kepercayaan bukan hanya di Indonesia, tetapi di berbagai negara lainnya, seperti Jepang dan Swiss.
“Mengusung tema For Better Earth dalam kampanye sosial kami, Pijakbumi ingin menyampaikan bahwa kita bisa menjaga lingkungan lebih baik dengan mengurangi penggunaan produk energi serta menggunakan produk daur ulang yang penggunaan energinya lebih rendah,” ujarnya.
Pijakbumi, lanjut dia, juga selalu mengedepankan produk ramah lingkungan dan berkualitas tinggi. Walau masih harus disempurnakan, pihaknya berkomitmen menciptakan inovasi sepatu dengan pengembangan bisnis yang berorientasi keberlanjutan dan dapat memberikan dampak ekonomi.
“Dengan menerapkan prinsip ‘People, Planet, Profit’, kami berusaha menciptakan perusahaan dengan profitabilitas positif serta bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Rowland Asfales.
Menurut Founder & CEO Waste4Change, M Bijaksana Junerosano, menjaga kelestarian merupakan tanggung jawab bersama yang harus dimulai sesegera mungkin mengingat kecepatan kerusakan lingkungan lebih tinggi ketimbang dengan solusi yang diterapkan di Indonesia.
“Berdasarkan atas data United Nations (UN), saat ini kita berada pada satu dekade yang sangat krusial untuk restorasi lingkungan. Jika ini terlewat, maka kerusakan lingkungan sudah terlalu jauh bahkan tidak bisa dipulihkan lagi,’ tuturnya.
Menyikapi hal tersebut, M Bijaksana Junerosano mengatakan bahwa salah satu hal mendasar yang perlu dilakukan adalah dengan mengelola sampah secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Waste4Change, tandas dia, sedari mulanya berdiri untuk melaksanakan satu misi, yakni untuk mengatasi isu sampah yang semakin kompleks dan secara visual semakin terlihat sehingga penting untuk diselesaikan.
“Untuk itu, pemuda-pemudi di Indonesia pun perlu berkontribusi dalam mendorong pengelolaan sampah yang lebih baik, seperti memisahkan sampah berdasarkan jenisnya sebagai titik awal mempertanggungjawabkan sampah masing-masing. Potensi anak muda Indonesia yang punya intelektualitas juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong pengolahan limbah yang baik dan bertanggung jawab, membuat mekanisme yang mendorong ekonomi sirkular, menyuarakan tentang isu lingkungan. Pada akhirnya, perubahan kecil yang dibuat dapat menghasilkan dampak yang struktural dan besar,” tambah M. Bijaksana Junerosano.
“Saat ini, generasi muda seperti kita merupakan mayoritas, yaitu mencapai 53% dari total penduduk Indonesia. Dengan begitu banyaknya jumlah SDM yang tersedia tersebut, kita tentu bisa berkontribusi dan memberikan dampak secara nyata. Mengubah peran kita dari kaum rebahan jadi kaum perubahan yang bermanfaat bagi banyak orang,” tutup Budy Sugandi.
Asian Insights Conference merupakan konferensi tahunan Bank DBS Indonesia yang menyatukan berbagai pemimpin dengan pemikiran global untuk membahas peluang dan tantangan perubahan di Indonesia, terutama dalam masa pemulihan dan fase new normal di tengah pandemi Covid-19. Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan terkait aksi yang dilakukan para pemuda Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan masyarakat yang juga pada akhirnya berkontribusi terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Konferensi ini diharapkan dapat menggerakkan para pelaku bisnis, investor, dan masyarakat luas agar dapat mengambil keputusan strategis terkait arah bisnis di masa depan.