Saturday, May 4, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalArti Mimpi Menurut Sang Barista

Arti Mimpi Menurut Sang Barista

Malang, benang.id – Minggu malam, 22 Oktober 2023, Rm Damianus Fadjar Tedjo Soekarno Pr menerima serombongan tamu. Tanpa berbasa basi,  Romo Paroki dari Paroki Jln. Bunga Lely, Malang ini memersilakan para tamunya untuk duduk di tempat yang sudah disediakan. Mereka adalah Agustinus Tedja Bawana dari Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT) yang didampingi Iwan Dermawan, AM Putut Prabantoro dan Gora Kunjana dari Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), Robertus Winarto dari Jakarta, Agustinus Kus Meri dari Lampung, dan Akhmad Shodiq Hasni dari Surabaya.

Rm Damianus Fadjar Tedjo Soekarno Pr. Foto: AM Putut Prabantoro

Masyarakat Jawa Timur, terutama masyarakat Lumajang dan Banyuwangi, mengenal Rm Fadjar dengan sebutan “Gus “ karena begitu kental persahabatannya dengan para kiai NU. Namun di luar komunitas itu, ia juga dikenal dengan sebutan romo “gendeng“ karena kiprahnya yang luar biasa di masyarakat.

(ki-ka searah jarum jam): Rm Damianus Fadjar Tedjo Soekarno Pr, Agustinus Tedja Bawana– Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), AM Putut Prabantoro –PWKI, Robertus Winarto dari Jakarta, Agustinus Kus Meri dari Lampung, Akhmad Shodiq Hasni dari Surabaya, dan Gora Kunjana –PWKI. Foto: Iwan Dermawan/JKJT

Ia merupakan tokoh pemersatu masyarakat Jawa Timur terutama untuk wilayah Keuskupan Malang. Tanpa memandang agama dan suku, sepanjang 24 tahun imamatnya,  “kegendengannya“ menjadi warna khas pelayanannya yang tidak kenal waktu. Termasuk juga, selama 17 tahun menjadi pelayan di Banyuwangi. Tidak heran juga, kalau Rm Fadjar Soekarno ini fasih berbahasa Madura.

(ki-ka): Agustinus Tedja Bawana– Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), AM Putut Prabantoro –PWKI, Robertus Winarto dari Jakarta, Agustinus Kus Meri dari Lampung, Akhmad Shodiq Hasni dari Surabaya, Gora Kunjana –PWKI, dan Rm Damianus Fadjar Tedjo Soekarno Pr. Foto: Iwan Dermawan/JKJT

“Kegendengan” lainnya adalah menjadi barista bagi para tamunya. Dan itu ditunjukkan pada para tamu yang hadir pada Minggu malam tersebut. Sekalipun bukan berprofesi sebagai pelayan bar yang merupakan arti sesungguhnya dari kata “Barista”, Rm Fadjar membuatkan kopi espresso bagi para tamunya dengan penuh keahlian dan kelihaiannya.  Dan, kopi itu tersaji  dan diseruput para tamu. Gurih, pahit yang kental dan terasa nikmat. 

Kopi espresso rajikan Romo Fadjar. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Robertus Winarto menjelaskan bahwa mereka baru saja mengunjungi makam Rm Paulus Hendrikus Janssen CM di Bhakti Luhur, Malang. Ini merupakan kunjungan terakhir dalam perjalanannya. Sehari sebelumnya mereka juga berziarah ke Gua Maria Puhsarang atau Pohsarang, ke Panti Asuhan Anak-anak Berkebutuhan Khusus “Bhakti Luhur” Puhsarang yang diasuh oleh para suster ALMA.

(ki-ka): Gora Kunjana, Sr Anastasia Puspita Sari PK, AM Putut Prabantoro, Sr Yacintha PK, Robertus Winarto, dan Agustinus Kus Meri di Susteran Puteri Kasih, Pohsarang. Kediri. Foto: Akhmad Shodiq Hasni

Selan itu, rombongan juga ke Biara Sr Puteri Kasih Puhsarang dan juga ke Panti Asuhan Don Bosco di Surabaya yang dikelola oleh Sr Puteri Kasih.

“Perjalanan ziarah ini merupakan perjalanan mimpi. Karena perjalanan ini digerakkan oleh mimpi yang saya terima. Ada banyak tanda, nama, tempat yang terungkap dalam mimpi itu, dan menjadi kenyataan setelah kami memutuskan untuk mencari maknanya. Perjalanan ini dimungkinkan karena Mas Putut membantu menerjemahkan mimpi tersebut. Dan ternyata memang ada,“ cerita Robertus Winarto kepada Rm Damianus Fadjar.

(ki-ka searah jarum jam): AM Putut Prabantoro, Sr Victorin PK, Sr Elisabeth PK, Robertus Winarto, Agustinus Kus Meri, dan Gora Kunjana di Panti Asuhan Don Bosco, Surabaya. Foto: Akhmad Shodiq Hasni

Menurut Winarto, yang konsultan pajak di Jakarta ini, mimpinya berakhir pada keinginan seseorang yang menghendaki perjalanan hidup Rm Paulus Hendrikus Janssen CM ditulis. Seseorang itu mengaku bernama Hendrikus, nama yang sama dengan Rm Paulus Hendrikus Janssen CM. Namun tidak diketahui siapa Henrikus tersebut, yang dalam mimpi Winarto, bertemu dalam perjalanan dengan menggunakan kereta api. Perjalanan kereta api itu ke arah timur.

Panti Asuhan Don Bosco, Surabaya. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Menanggapi hal itu,  dengan serius Rm Damianus Fadjar mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan Allah berbicara melalui mimpi. Dan, di dalam kitab suci, mimpi memang dijadikan Allah untuk berkomunikasi dengan orang pilihannya.

Mimpi dapat menjadi sarana komunikasi, masih menurut Rm Fadjar, ketika seseorang telah peka spiritualnya. Mimpi itu menurut falsafah Jawa terkait dengan waktu, yakni titi yoni, gondo yoni dan puspo tajem.

Rm Damianus Fadjar Tedjo Soekarno Pr. Foto: AM Putut Prabantoro

Titi Yoni adalah mimpi pada jam-jam ini dapat dipahami tidak memiliki arti yang sangat khusus, kecuali menunjuk pada pengaruh pengalaman hidup sebelum tidur. Biasanya isi mimpi hanya berkaitan dengan peristiwa hidup yang terjadi pada siang hari atau sebelumnya atau sisa masalah ketika kita masih terjaga.

Gondo Yoni menunjukkan pada kualitas kejiwaan manusia dalam mengarungi kehidupan, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam dirinya agar dapat diketahui, diterima, dan kemudian diolah.

Robertus Winarto (berkacamata) dan Gora Kunjana (PWKI) bersama anak-anak Panti Asuhan Bhakti Luhur Pohsarang. Foto: AM Putut Prabantoro

Sedangkan Puspo Tajem itu biasanya yang mempunyai makna. diyakini mengungkapkan adanya keterlibatan Allah, dan si pemimpi ditantang untuk dapat mengenal suara, ajakan dan pesan kehadiranNya.

Robertus Winarto bersama Sr Lusia, pengasuh Panti Asihan Bhakti Luhur Pohsarang, Kediri, dan salah satu anak asuhnya Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Hanya yang bermimpi yang memahami secara kuat gambaran mimpi tersebut. Dan kuatnya mimpi itu dapat menjadi arah dan dasar keputusan bagi seseorang untuk mengambil keputusan yang bermanfaat bagi hidupnya dan sesamanya. Banyak cerita dari Kitab Suci yang menjelaskan si pemimpi bertindak berdasarkan arah mimpi yang diterimanya. Bersyukurlah, jika mimpi itu terkuak tabirnya, “ ujar Rm Fadjar sambal menawarkan kembali kopi espresso buatannya.

ALMA, Puteri Kasih, dan Vincentius 

Robertus Winarto (berkacamata) bersama anak-anak Panti Asuhan Bhakti Luhur Pohsarang. Foto: AM Putut Prabantoro

Panti Asuhan Bhakti Luhur dikelola oleh para Suster ALMA. Panti Asuhan didirikan oleh Rm Paulus Hendrikus Janssen CM. Secara khas, Bhakti Luhur  memberi perhatian khusus kepada para penyandang cacat, berkebutuhan khusus, yang miskin, terlantar dan dipinggirkan. Secara resmi Yayasan Bhakti Luhur berdiri pada tanggal 5 Agustus 1959 di  Madiun. Pada tahun 1975 Pusat Bhakti Luhur dipindahkan ke Malang.

Panti Asuhan Bhakti Luhur Pusat di Malang. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Rm Janssen kemudian mencari relawan di Madiun yang tergerak hatinya untuk mewujudkan visi dan misi Rm Janssen. Pada 27 September 1960, setahun setelah Bhakti Luhur didirikan, mereka mencoba berkumpul menjadi satu perkumpulan kecil. Perhimpunan orang awam yang bekerja sendiri sesuai profesinya, dan sanggup melayani yang miskin dan terlantar baik jasmani dan rohani tanpa imbalan. Perkumpulan ini diberi nama ALMA.

(ki-ka depan): AM Putut Prabantoro, Robertus Winarto, dan Gora Kunjana, (belakang): Agustinus Tedja Bawana berdoa di depan makam Rm Paulus Hendrikus Janssen CM di Bhakti Luhur, Malang. Foto: Iwan Dermawan/JKJT

ALMA adalah singkatan Asosiasi Lembaga Misionaris Awam. Institut Sekulir Vincentian yang juga didirikan oleh Pastor Paulus Hendrikus Janssen CM  di Madiun pada tanggal 17 Mei 1964. Di kota ini pada tahun 1962-1963 Rm. Janssen menemukan banyak putra-putri yang kelihatannya masih muda (sekitar 16-17 tahun) tetapi mempunyai semangat kasih. Mereka mengikuti program pembentukan di sekolah yang unik itu, lalu mempratikkannya dalam kebersamaan dengan anak-anak cacat Bhakti Luhur. Secara resmi, Asosiasi ini diakui sebagai Institut Sekulir di bawah yurisdiksi Uskup Malang pada tahun 1967.

Patung Rm Paulus Hendrikus Janssen CM di Bhakti Luhur, Malang. Foto: benang.id/Gora Kunjana

St Vincentius A Paulo (24 April 1581 – 27 September 1660) adalah santo pelindung ALMA. Ia dikenal sebagai seorang kudus (santo) dan tokoh pembaru Gereja Katolik Prancis. St Vincentius adalah pendiri Congregatio Missionis (CM) atau Kongregasi Misi pada 1625 di Prancis. CM juga disebut sebagai Vincentians atau Lazarists. 

(ki-ka): Akhmad Shodiq Hasni, Agustinus Kus Meri, Robertus Winarto, AM Putut Prabantoro, Sr Valentin, Agustinus Tedja Bawana, dan Gora Kunjana di depan makam Rm Paulus Hendrikus Janssen CM di Bhakti Luhur, Malang. Foto: Iwan Dermawan/JKJT

Bersama St Luisa de Marillac, St Vincentius mendirikan Kongregasi Suster Puteri Kasih pada Tahun 1633. Oleh Paus Leo XIII, Paus pencetus Ajaran Sosial Gereja, Vincentius dideklarasikan sebagai santo pelindung (patron saint) karya amal cinta kasih Gereja Katolik (bersama Santa Luisa de Marillac pada waktu Paus Yohanes XXIII dalam suratnya Omnibus Mater). Kelak, salah satu suster Puteri Kasih yakni Sr Catherine Laboure diangkat menjadi Santa karena peristiwa penampakan Maria kepadanya pada 1830. St Cahterine Laboure terkenal dalam kaitannya dengan Medali Wasiat. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments