Wednesday, May 1, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiGapki: Ekspor Minyak Sawit bakal Turun Jika B40 Diberlakukan

Gapki: Ekspor Minyak Sawit bakal Turun Jika B40 Diberlakukan

Bandung, benang.id – Menyusul sukses pengembangan bahan bakar ramah lingkungan berbasiskan minyak sawit melalui program biodiesel B35 yang diberlakukan 1 Agustu 2023, pemerintah berencana meluncurkan program lanjutan B40. Jika program ini diterapkan diperkirakan hilirisasi sawit bakal terhambat dan ekspor menurun.

Penerapan B40, kata Ketua Kompartemen Media Relation Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Fenny Sofyan, bakal mendorong naiknya permintaan. Dampak lanjutannya, tandas Fenny, ekspor minyak sawit akan mengalami penurunan tahun ini diborong untuk memproduksi B40.

“Tahun ini, ekspor diprediksi turun 13.95% seiring masifnya pengembangan biodiesel dari B35 menjadi B40,” kata dia, saat Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit bertema “Perkembangan dan Kontribusi Industri Hilir Sawit Bagi Perekonomian Indonesia” yang digelar Majalah Sawit Indonesia di Bandung, 31 Januari-2 Februari 2024.

Ketua Kompartemen Media Relation Gapki, Fenny Sofyan, saat Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit bertema “Perkembangan dan Kontribusi Industri Hilir Sawit Bagi Perekonomian Indonesia” yang digelar Majalah Sawit Indonesia di Bandung, 31 Januari-2 Februari 2024. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Tahun ini, kata dia, permintaan biodiesel diperkirakan mencapai 9,08% atau setara 27,4 juta ton untuk konsumsi dalam negeri.

Fenny memaparkan, laju ekspor minyak sawit mengalami penurunan sejak 2019. Kala itu, volume ekspor mencapai 37,4 juta ton. Kemudian anjlok menjadi 34 juta ton pada 2020.

Setahun kemudian turun tipis menjadi 33,6 juta ton, namun sempat naik tipis di 2022 menjadi 33,9 juta ton. “Gapki memprediksi ekspor sepanjang 2023 hanya mencapai 32,9 juta ton,” kata Fenny.

Ia menguraikan, dilihat dari produksi minyak sawit selama 4 tahun terakhir, Indonesia mengalami stagnasi produksi dari tahun 2019 sampai 2022. Sementara secara konsumsi terus naik, apalagi dengan adanya mandatori biodiesel, sehingga naik secara konsumsi.

“Ekspor terus turun, di 2023 ini unik, ada sebagian yang menyebutkan ekspor turun itu bukan karena produksi yang stagnan,” tutur Vice President Of Communications PT Astra Agro Lestari Tbk itu.

Ketua Kompartemen Media Relation Gapki, Fenny Sofyan, saat Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit bertema “Perkembangan dan Kontribusi Industri Hilir Sawit Bagi Perekonomian Indonesia” yang digelar Majalah Sawit Indonesia di Bandung, 31 Januari-2 Februari 2024. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Adapun penyebab turunnya ekspor minyak sawit di 2023, kata Fenny, merupakan imbas dari langkah Rusia yang meneken Black Sea Grain Initiative pada 2022.

Perjanjian tersebut membuka jalur perdagangan, sehingga biji-bijian dan sunflower oil dapat diekspor dengan harga murah. Akibatnya, China dan India kebanjiran stok pada 2023.

“Makanya kemudian itu di Oil World, Pakistan juga konsisten (menilai) penurunan ekspor (minyak sawit) dari Indonesia lebih karena mereka (China dan India) punya stok yang cukup tinggi, tetapi kalau lihat di sini ya memang produksinya juga stagnan,” tandasnya.

Lebih lanjut, Fenny juga mengungkapkan bahwa produksi Crude Palm Oil (CPO) atau Crude Palm Kernel Oil (CPKO) Indonesia, tidak bergerak selama 4 tahun. Sementara penerapan biodiesel terus memicu peningkatan konsumsi domestik untuk pangan, biodiesel, dan oleochemical.

“Dengan adanya El Nino pada 2023, sedikit banyak memengaruhi penurunan produksi pada 2024. Meski tidak signifikan,”  tutup Fenny Sofyan. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments