Tuesday, March 19, 2024
No menu items!
spot_img
HomeGaya HidupTaklukkan Festival Internasional, Tim Angklung Satu-satunya Wakil Asia di World Folkfest AS

Taklukkan Festival Internasional, Tim Angklung Satu-satunya Wakil Asia di World Folkfest AS

San Fransisco, benang.id – Dalam upaya melestarikan dan mempromosikan angklung sebagai alat musik tradisional asli Indonesia, Tim Muhibah Angklung dari Bandung, Jawa Barat (Jabar), menggelar misi budaya di berbagai tempat bergengsi di Amerika Serikat (AS).

Setelah sukses menggemparkan warga AS dan masyarakat internasional di New York, Washington DC, Chicago, dan Magic Valley Folk Festival di Idaho, para pejuang budaya tersebut kembali tampil mempesona di World Folkfest di Kota Springville, Negara Bagian Utah, 25–30 Juli 2022, sebagai satu-satunya wakil dari Asia. 

World Folkfest adalah salah satu folklore festival terbesar di AS, bahkan di dunia. Hanya grup-grup folklore terbaik dari berbagai negara yang hadir di World Folkfest, dengan proses seleksi yang sangat ketat. Setiap tim harus menyertakan referensi dari minimal dua folklore festival berskala internasional dalam lima tahun terakhir. 

Tahun ini, dari 84 tim dari berbagai negara di dunia, hanya terpilih 10 tim terbaik yang diterima untuk mengikuti festival, termasuk Tim Muhibah Angklung. Sembilan tim lainnya berasal dari Romania, Mexico, Estonia, Polandia, Basque Country, Perancis, Hawaii dan tuan rumah AS. Sejak berdirinya di tahun 1986, festival ini telah menghadirkan ratusan grup pemusik dan penari dari 45 negara.

Tim Muhibah Angklung
Sebagai satu-satunya tim dari benua Asia, Tim Muhibah angklung mampu memberikan persembahan musik dan tarian yang unik dan mengagumkan. Foto: Tim Muhibah Angklung

Sebagai satu-satunya tim dari benua Asia, Tim Muhibah angklung mampu memberikan persembahan musik dan tarian yang unik dan mengagumkan. Para penonton yang diwawancara menyatakan sangat terkesan dan belum pernah mendengar musik angklung sebelumnya, termasuk Lynn Elliot, General Director World Folkfest. Ia mengaku sangat senang bahwa Tim Muhibah bisa hadir memperkaya keragaman festival.

We are delighted to have a group from Indonesia here. We are delighted to have a group that plays an instrument that is unknown to most people in Utah, it’s such a treat for us. It’s a blessing to us, it has such variety to the show, we have mostly European but we have you guys from Asia, and my daughter told me that you are her favorite, and she said it for several times,” ujar Lynn Elliot.

Dari 10 tim yang tampil, Tim Muhibah Angklung juga terpilih menjadi salah satu dari dua tim yang mewakili festival untuk menampilkan tariannya secara live di Televisi AS yang berlokasi di Salt Lake City, ibu kota negara bagian Utah. Nasya Batrisiyya dari SMAN 1 Bandung dan Luh Made Dewi Wiwaha dari SMAN 2 Bandung mewakili Tim Muhibah Angklung untuk menari di acara Good Things Utah, yang disiarkan oleh stasiun TV ABC4 Utah. 

Apresiasi tinggi juga disampaikan oleh Emily Wilkinson, International Director, World Folkfest. Ia pun belum pernah mendengar musik angklung sebelumnya. Menurutnya Tim Muhibah Angklung tampil luar biasa.

Tim Muhibah Angklung
Tim Muhibah Angklung juga terpilih menjadi salah satu dari dua tim yang mewakili festival untuk menampilkan tariannya secara live di Televisi AS yang berlokasi di Salt Lake City. Foto: Tim Muhibah Angklung

We appreciate the hard work that you’ve done to get to America, We’re so grateful you have the Visas that you are allowed the visas and bring this amazing children and even adult to America to show your Indonesian culture and the many different culture that are waiting your country it’s been a pleasure, it’s been so nice to have you, and our television station and to show not only Utah but its surrounded state in America, but your culture that your group and that your country is here to show the American people who you are and to teaches about your history, instrument, and culture, and the beauty behind your dance and the meaning behind you’re your dance,” tutur Emily Wilkinson.

I had never heard this instrument either and I’ve been out in the audience listening then there’s so many comments from our audiences’ members wondering how it works and their so amazed that each one makes a specific note. It’s such a treasure to be able to listen and to hear these different notes played together in unison and make these songs that not only do we not recognize, but now we recognize because of you,” tambah Emily.

Direktur Tim Hawaii, Joe Ahuna, sangat terkesan dengan penampilan dan attitude Tim Indonesia. Sama dengan yang lainnya, ia menyampaikan apresiasi dan kecintaannya kepada Indonesia.

Tim Muhibah Angklung
Tim Muhibah Angklung yang beranggotakan 36 orang menginap di rumah-rumah keluarga AS selama berlangsungnya festival. Foto: Tim Muhibah Angklung

I am impressed by the beautiful costumes, and also by how well-behaved they are, I think they represent Indonesia very well, they are very friendly, enthusiastic about the culture, they are good ambassador of Indonesia. I really appreciate the way they try to preserve their culture and also share with the world. I really love Indonesia,” ungkap Joe Ahuna.

Tim Muhibah Angklung yang beranggotakan 36 orang menginap di rumah-rumah keluarga AS selama berlangsungnya festival. Ini adalah pengalaman berharga yang tak terlupakan baik bagi anak-anak Indonesia maupun keluarga-keluarga Amerika. Bukan saja mereka belajar budaya baru, tapi juga hubungan persahabatan yang dijalin begitu dalam. Semua host family menangis melepas kepergian tim Indonesia.

Saat ini Tim Muhibah Angklung berada di San Fransisco dan disambut oleh Konsul Jenderal RI di San Fransisco Prasetyo Hadi, Rabu (3/8/2022) waktu setempat, atau Kamis (4/8/2022) waktu Indonesia, di Konsulat Jenderal RI (KJRI) setempat.

Prasetyo mengatakan pihaknya mendukung dan mengapresiasi misi budaya yang dilakukan Tim Muhibah Angklung. Sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan, setelah acara perjamuan khusus, dilakukan penyerahan plakat dan sertifikat penghargaan secara simbolis kepada Tim Muhibah Angklung.

Tim Muhibah Anglkung
Tim Muhibah Angklung dari Bandung, Jawa Barat (Jabar), menggelar misi budaya di berbagai tempat bergengsi di Amerika Serikat (AS). Foto: Tim Muhibah Angklung

“Saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih dengan adanya misi budaya yang dilakukan oleh Tim Muhibah Angklung asal Bandung, Jawa Barat, di Amerika Serikat ini, karena telah memberikan corak promosi budaya Indonesia yang semakin beraneka ragam di wilayah Amerika Serikat pada umumnya dan wilayah San Francisco pada khususnya, yaitu corak budaya angklung, yang mana perlu dilestarikan dan dipromosikan. Oleh karenanya dengan adanya Tim Muhibah Angklung ini sangat membantu tugas saya karena secara tidak langsung, masyarakat Amerika Serikat akan semakin memahami keanekaragaman budaya Indonesia,” ujarnya.

“Kegiatan misi budaya ini Tim Muhibah Angklung ini memberikan manfaat kepada angggotanya yaitu tidak hanya bermain angklung namun juga memberi pelajaran mengenai bagaimana survive di negara orang, mempelajari kehidupan orang-orang lokal dan memberikan pelajaran lainnya,” lanjut Prasetyo.

Sebelumnya, pada misi budaya di AS ini, selain di Utah, Tim Muhibah Angklung telah sukses tampil di berbagai tempat ternama, seperti Times Square New York, salah satu tempat ramai berkumpulnya turis internasional; The Smithsonian, salah satu kompleks museum terbesar dunia, di Washington DC; Field Museum, salah satu Natural History Museum terbesar dunia, di Chicago; dan Magic Valley Folk Festival di Idaho, salah satu festival bergengsi dunia. Perjalanan Tim Muhibah Angklung di Amerika ini tidak bisa dilakukan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Bantuan utama datang dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang mendukung berupa sponsor dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui CSR bank bjb.

Dukungan juga datang dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar RI Washington DC, Prof. Popy Rufaidah, yang mendukung sejak dini misi budaya Tim Muhibah ke AS karena memang sejak tiga tahun lalu Prof. Popy memiliki program Angklung Goes To School di AS. Beliau juga berhasil meyakinkan pihak Smithsonian untuk memfasilitasi penampilan tim Indonesia di sana.

“Untuk bisa tampil di Smithsonian antriannya cukup panjang. Biasanya perlu waktu 1-2 tahun untuk bisa tampil di sana. Setelah pandemi berakhir, baru dua negara yang diperbolehkan tampil, Korea dan Indonesia”, ujar Prof. Popy Rufaidah.

KBRI Washington DC juga berkoordinasi dengan fungsi Penerangan Sosial dan Kebudayaan (Pensosbud) di berbagai Konsulat Jendral RI di AS untuk membantu Tim Muhibah Angklung dalam memfasilitasi penampilan mereka di AS, sehingga Tim Muhibah Angklung bisa tampil di berbagai tempat bergengsi. Tidak ketinggalan, komunitas Indonesia di AS juga memiliki peran yang besar dalam mensukseskan misi budaya ini. Indo Idaho berhasil memfasilitasi penampilan Indonesia di Boise, ibu kota negara bagian Idaho dan Rumpun Wargi Pasundan memfasilitasi penampilan di Washington DC.

 “Kami berharap dengan misi budaya selama satu bulan di AS ini, angklung dapat lebih dikenal oleh masyarakat AS dan menjadi alat musik yang populer dan digandrungi oleh banyak orang. Kalau Korea punya K-Pop, maka Indonesia punya angklung. Bukan tidak mungkin 10 atau 20 tahun lagi, angklung menjadi salah satu alat musik yang paling populer di kalangan anak-anak muda AS,” ungkap Maulana M. Syuhada, Ketua Tim Muhibah Angklung, dalam siaran persnya.

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments