Saturday, May 4, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalSiapapun Presidennya, Ancaman dan Tantangannya Sama

Siapapun Presidennya, Ancaman dan Tantangannya Sama

Bogor, benang.id – Indonesia berada dalam pengaruh besar perubahan global. Dapat dikatakan, Indonesia berada dalam masa transisi terutama pasca Covid-19, pergeseran geopolitik dunia, perubahan cuaca (climate change) dan pengaruh TIK (teknologi informatika dan komunikasi). Perubahan itu memengaruhi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama para remaja milenial yang merupakan suara mayoritas penentu kesuksesan Pemilu 2024.

Oleh karena itu, siapapun presidennya nanti akan menghadapi ancaman dan tantangan yang sama.  Oleh karena itu Pilpres 2024 harus dilihat sebagai cara bangsa Indonesia keluar dari berbagai persoalan yang sifatnya mendesak serta prioritas untuk ditangani.

Demikian ditegaskan oleh Taprof Bid. Ideologi Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro kepada 210 pendeta dari seluruh Indonesia yang hadir di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Kamis (19/10/2023). Mereka hadir dalam  acara Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (KONAS POUK) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

Dalam paparannya yang berjudul “Pemilu 2024 dan Tantangan Indonesia di Masa Depan”, Putut Prabantoro, yang mewakili Gubernur Lemhannas RI, didampingi oleh Pendeta Riska Virantika Dewirani.

Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro sebagai pembicara dan Pendeta Riska Virantika Dewirani sebagai moderator dalam Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Kamis (19/10/2023). Foto: Istimewa

Ketua Panitia Pendeta Noh Ruku  menjelaskan, KONAS POUK adalah wadah silaturahmi para pemimpin POUK seluruh Indonesia. Konsultasi nasional ini diadakan 2 tahun sekali. Konas 2023 merupakan prehalatan istimewa karena diadakan setelah masa pandemi sehingga animo peserta begitu tinggi dalam bentuk kehadiran dan interaksi selama konas. Dijelaskan juga, situasi politik menjelang pemilu memengaruhi animo peserta dalam mengikuti setiap topik secara khusus yang berhubungan dengan pesta demokrasi.

Dalam paparannya, Putut Prabantoro menguraikan bahwa kelompok generasi Milenial dan generasi Z akan mendominasi pemilu 2024 ini dan menjadi suara penentu. Generasi Milenial lahir antara 1981 -1996 dan Generasi Z lahir antara 1997-2000. Jumlah pemilih terdiri dari, 33,60% atau 66.822.389 (Generasi Milenial) dan 22,85% atau 46.800.161 (Generasi Z). Sisa jumlah pemilih terdiri.dari 57.486,462 pemilih atau 28,07% (Generasi X), 28.127.340 pemilih atau 13,73% (Generasi Baby Boomer) dan  3.570.850 pemilih atau 1,74% (Generasi Pre-Boomer).

“Generasi Milenial dan Generasi Z inilah yang nanti pada tahun 2045 akan memimpin Indonesia – saat Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaannya. Mereka harus dipersiapkan dan itu dimulai dari Pemilu 2024 ini. Tantangan dan Ancaman pada masa itu sangat berbeda dengan saat ini. Mumpung masih ada waktu 22 tahun dihitung dari tahun 2023, harus dimulai pembentukan karakter kedua generasi tersebut dengan tuntutan jaman,“ ujar Putut Prabantoro.

Ancaman & Tantangan

Sebanyak 210 PENDETA dari seluruh Indonesia yang hadir dalam Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) berfoto bersama pembicara AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI, di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Kamis (19/10/2023). Foto: Istimewa

Lebih jauh Putut Prabantoro menjelaskan, pada tahun 2045 Indonesia harus memiliki pemimpin yang berketahanan (the resilient generation). Dan pemimpin yang berketahanan hanya didapat dari generasi yang berketahanan juga – yang mampu bertahan dalam segala cuaca.

Namun demikian, pada kenyataannya, masih menurut Putut Prabantoro, dari berbagai kasus yang muncul, kedua generasi itu rapuh dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan hidup. Mereka membutuhkan perhatian khusus dari generasi sebelumnya. Disebutkan dengan contoh, muncul fenomena remaja sekarang dengan mudah mengakhiri hidupnya karena tidak mampu bertahan dalam kesulitan, tidak dipenuhi permintaan dan sebagainya.

Ketua Panitia Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) Noh Ruku memberikan cendera mata kepada pembicara AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI, di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Kamis (19/10/2023). Foto: Istimewa

Karena pengaruh media sosial dan dengan alasan mendapatkan follower ataupun subscriber, banyak remaja dari generasi Milenial dan generasi Z yang kemudian disadari atau tidak melanggar hukum, norma dan bahkan berperilaku yang tidak sesuai dengan Pancasila. Misalnya, seperti rental pacar, berbahasa kasar dan tidak santun, berbugil ria dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak yang akan muncul.

“Fenomena yang terjadi di tengah masyarakat ini menimbulkan keprihatinan. Bukan soal cara berpikir yang berbeda, tetapi masalah tantangan ketika mereka menjadi pemimpin negara sangat berbeda jauh baik dari segi bentuk ataupun kualitasnya. Indonesia membutuhkan generasi pemimpin yang berketahanan. Dan itu, hanya diwujudkan jika generasi Milineal dan Z juga memiliki karakter berketahanan, Dan itu hanya bisa jika pemerintah mendatang memulainya dari sekarang,” tegas Putut Prabantoro.

Taprof Bidang Ideologi Lemhannas ini mendorong para pemuka tersebut untuk melakukan riset tentang perilaku remaja di lingkungannya. Selain itu juga memberi perhatian khusus kepada kedua generasi ini terutama tentang Pembangunan karakter yang berketahanan. Para pemuka agama itu juga diminta ambil bagian dalam kehidupan politik baik praktis ataupun tidak praktis terutama dalam pengambilan keputusan atau kebijakan publik. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments