Friday, April 26, 2024
No menu items!
spot_img
HomeInternasionalIni Cerita Padre Marco Kunjungi Situs Sejarah di Baghdad

Ini Cerita Padre Marco Kunjungi Situs Sejarah di Baghdad

Baghdad, benang.id – Di sela-sela menghadiri undangan konferensi internasional di Kota Baghdad, Irak, Pater Markus Solo Kewuta SVD dari Dikasteri Dialog Antaragama meski hanya sekilas menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Negara yang juga dikenal dengan sebutan Mesopotamia.

Padre Marco –demikian Pater Markus Solo akrab disapa—mengunjungi Baghdad, Irak mendampingi tugas Presiden Dikasteri Dialog Antaragama Tahta Suci Vatikan Kardinal Miguel Ayuso Angel Guixot MCCJ dalam rangka dialog seputar perdamaian dunia dan persaudaraan sejati.

Pater Markus Solo Kewuta SVD (kanan) dan Kardinal Miguel Ayuso (tengah). Foto: dok. Padre Marco

Padre Marco –satu-satunya pejabat asal Indonesia di Vatikan— bersama Kardinal Ayuso tiba di Baghdad, Irak  pada Rabu (8/3/2023) waktu setempat.

“Kami dalam mobil berempat menuju Najaf. Kardinal dan saya di belakang, di depan Sekretaris Nunciatur, Monsinyur Charles, dan Sopir orang Irak bernama Firas. Di depan kami satu mobil pengawal dengan 3 serdadu, di belakang satu  mobil pengawal lagi dengan 3 serdadu,” tutur Padre Marco dalam pesan WA kepada benang.id.

Situasi jalanan di kota Baghdad, menurut Padre Marco, mirip-mirip di Kairo. Ia pun lantas teringat Kairo dimana mobil-mobil banyak di jalanan dengan nomor kendaraan bahasa Arab. Begitu juga tulisan-tulisan di pertokoan dan ruko-ruko dalam bahas Arab. Satu hal yang unik, di mana-mana di dalam kota ada pohon palma dan kurma. Tampak di jalanan polisi mengatur lalu lintas dengan pluit.

Jembatan besar di kota Baghdad, di bawahnya mengalir Sungai Tigris. Foto: dok. Padre Marco

“Kami melewati jembatan besar di kota Baghdad, di bawahnya mengalir Sungai Tigris yang kita kenal dari Perjanjian Lama,” ujar Padre Marco.

Dari jembatan tersebut, Padre Marco dan rombongan bergerak ke Arah Najaf, yang juga jalan ke arah menuju Ur Kaldea, tempat lahir Bapa Abraham.

Tetapi, lanjut Padre Marco, siang itu tidak cukup waktu untuk berkunjung karena sore harinya harus menghadiri konferensi. Apalagi jarak tempuh kota-kota di Irak utamanya ke situs-situs penting pada umumnya jauh, karena negara besar.

Sungai Tigris difoto dari dalam mobil. Foto: dok. Padre Marco

Dari Baghdad ke makam Nabi Nahum saja, imbuh Padre Marco, sudah sekitar 250 kilometer (Km). Di negara ini, papar Padre Marco, ada tempat pembuangan Babilonia, ada Sungai Babilon, ada Kota Ninive, hingga makam-makam Nabi di Perjanjian Lama seperti Nabi Nahum, Nabi Daniel, Nabi Yehezkiel dan lainnya.

“Mungkin saya tidak bisa lihat semuanya karena waktu terlalu singkat. Tadi ada undangan kepada saya untuk datang kali berikut untuk bicara dalam sebuah konferensi sehingga saya akan ambil waktu lebih banyak untuk bisa mengunjungi tempat-tempat penting di atas,” ucap Padre Marco.

Lebih jauh Padre Marco memaparkan bahwa jalanan keluar kota Baghdad dipenuhi dengan  pemandangan padang pasir di kiri dan kanan dengan pohon-pohon palma dan kurma hijau. 

Jembatan besar di kota Baghdad, di bawahnya mengalir Sungai Tigris. Foto: dok. Padre Marco

Mengenai terlibatnya sejumlah serdadu bersenjata untuk mengawal rombongan Kardinal Ayuso, Padre Marco menjelaskan bahwa Irak merupakan negeri dengan sejarah besar dan panjang dengan banyak cerita jatuh bangun terutama perang-perang besar mulai tahun 2003 ketika Amerika Serikat (AS) menyerang negara ini dan menjatuhkan Presiden Saddam Hussein hingga jadi negara terluka, bersambung pada kebangkitan terroris berpakaian agama dengan nama ISIS dalam dekade terakhir.

“Secara organisasi katanya mereka ini masih eksis di wilayah utara negara ini. Tapi secara perorangan mungkin tersebar di mana-mana. Oleh karena itu kami harus terus dikawal,” kata Padre Marco.  

Saat melintasi sebuah jembatan dalam perjalanan ke Najaf, beber Padre Marco, mengalirlah Sungai Tigris di bawahnya.

“Sekitar 5 atau 6 kilometer dari jalan tol ini ada sungai Babilon. Di wilayah Babilon ini dulu kala jadi tempat pembuangan umat Israel di bawah kerajaan Yehuda oleh Raja Nebukadnezar tahun 568 Sebelum Masehi. Di sini, di negri Mesopotamia itu semua terjadi. Cerita menara Babel juga diperkirakan terjadi di wilayah negri ini,” ucap Padre Marco.

Kamis (0/3/2023) siang, Padre Marco menceritakan perjalanannya dengan kendaraan diplomatik kembali dari Najaf ke Baghdad. Seperti biasa rombongan dipandu dan dikawal oleh serdadu-serdadu Irak demi menjaga keamanan.

“Baru saja keluar dari Najaf kami langsung menyeberang jembatan, di bawahnya mengalir Sungai Eufrat yang biru,” ujarnya.

Katedral Santo Yosef di Baghdad, ibukota Irak. Foto: dok. Padre Marco

Kata Padre Marco, Sungai Eufrat lebih panjang dari Sungai Tigris, sekitar 2.780 kilometer. Eufrat muncul di wilayah negara Armenia dan mengalir melalui Turki, berjumpa dengan Sungai Tigris di wilayah Turki hingga ke Irak, hingga dua bengawan ini berujung di Teluk Persia.

“Sungai Eufrat kita baca dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, yakni Kejadian 2:14 dalam kaitan dengan janji Yahwe akan Tanah Terjanji kepada Bapa Abraham. Dikatakan juga bahwa Sungai Eufrat adalah satu dari 4 sungai yang mengalir di Taman Eden atau Taman Firdaus,” tutur Padre Marco.

Sejarah peradaban Timteng dan Gereja

Pater Markus Solo Kewuta SVD di tepi Sungai Tigris. Foto: tangkapan layar youtube

Dalam video youtubenya klik: https://www.youtube.com/watch?v=kUaQW1Ftsbc

Dari tepian Sungai Tigris, Padre Marco Negara Irak yang juga dikenal sebagai Negara Mesopotamia, yang berarti Negara yang terletak di antara dua sungai besar atau dua bengawan besar. Yakni Sungai Eufrat dan Sungai Tigris.

Dua sungai yang disinggung juga di dalam kitab suci perjanjian lama, jelas Padre Marco, menciptakan sejarah peradaban di Negara ini dan negera-negara tetangganya. Dengan hadirnya dua sungai besar ini maka penduduk Irak dan Negara-negara sekitarnya tidak lagi bermatapencaharian nomaden  atau berpindah-pindah tempat tetapi mereka menetap oleh karena air yang tersedia berlimpah ruah.

Pater Markus Solo Kewuta SVD di tepi Sungai Tigris. Foto: tangkapan layar youtube

Eufrat dengan panjang 2.700 Km dan Tigris 1.900 Km dalam kitab suci disinggung sebagai sungai yang mengalir  membelah Taman Eden atau Taman Firdaus. Oleh karena itu Taman Firdaus atau Taman Eden mestinya berada di wilayah Irak ini, cuma tidak diketahui di mana tempat sesungguhnya.

“Saya sempat berbincang-bincang dengan Uskup Agung di tempat ini, beliau mengatakan bahwa juga tidak tahu secara persis dimana sebenarnya letak Taman Firdaus atau Taman Eden,” jelasnya.

Pater Markus Solo Kewuta SVD di tepi Sungai Tigris. Foto: tangkapan layar youtube

Sungai Tigris, papar Padre Marco, juga memiliki nama yang sangat dikenal di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama terutama di dalam Kitab Kejadian, Kitab Nabi Daniel, Kitab Nabi Nahum, Kitab Wahyu, semuanya menyinggung nama Sungai Tigris. Dikatakan ada 7 ayat kitab suci yang menyinggung nama Sungai Tigris. Dari segi keagamaan kedua sungai ini juga memiliki peran yang sangat penting.

“Dua sungai ini salah satunya Sungai Tigris yang mengalir  membelah kota Bagdad menjadi saksi sejarah besar peradaban di Timjur Tengah atau di wilayah Irak tetapi juga wilayah kekristenan, sejarah Gereja Kristus di dunia,” pungkas Padre Marco. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments