Monday, April 29, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiPenerbangan Langsung dan QR Code akan Tingkatkan Kunjungan Wisatawan Malaysia ke Yogyakarta

Penerbangan Langsung dan QR Code akan Tingkatkan Kunjungan Wisatawan Malaysia ke Yogyakarta

Yogyakarta, benang.id – Penerbangan langsung dari Yogyakarta ke Malaysia dan sebaliknya serta diberlakukan QR Cross Border antara Indonesia dengan Malaysia berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan dari Malaysia ke Yogyakarta.

Demikian dikemukakan Budiharto Setyawan, Kepala Kantor Perwakikan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KPwBI DIY), dalam diskusi bertopik “Mendorong Kunjungan Wisatawan Malaysia ke Yogyakarta”, Senin (12/6/2023).

Diskusi terbatas ini digelar KPwBI DIY bekerjasama dengan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta.  

Narasumber pemicu diskusi Jonathan Ersten Herawan, mewakili Tim Peneliti Mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FBE UAJY) dan dibahas oleh Tim GIPI DIY yang dipimpin langsung oleh Bobby Ardyanto SA (Ketua GIPI DIY). Bertindak selaku moderator Y. Sri Susilo (Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta/Dosen FBE UAJY).

Diskusi terbatas dihadiri 20 peserta yang mewakili KPwBI DIY, GIPI DIY dan ISEI Cabang Yogyakarta.

“Bank Indonesia  (BI) telah menerapkan QR (Quick Response) Code dengan beberapa negara di ASEAN,” jelas Budiharto Setyawan, dalam pengantar diskusi.

Menurut Budiharto, setelah Thailand pada tahun 2022, mulai bulan Mei 2023 masyarakat Indonesia yang melancong ke Malaysia dapat memindai QR Cross Border atau DuitNow QR Code di toko yang berpartisipasi dalam skema QR.

Begitu pula wisatawan Malaysia yang  berkunjung ke Indonesia, termasuk Yogyakarta, dapat melakukan pembayaran di merchant QRIS (QR Code Indonesian Standard) .

Kerja sama yang dilakukan antara BI dengan Bank Negara Malaysia (BNM), memungkinkan masyarakat di kedua wilayah untuk melakukan pembayaran ritel dengan menggunakan QR Code pembayaran nasional di Indonesia yaitu QRIS maupun QR Code Pembayaran Malaysia, yaitu DuitNow, baik pada merchant offline dan online.

“Saat ini penerbangan langsung (direct flight) Kuala Lumpur-Yogyakarta International Airport  (YIA) sebanyak 5x penerbangan dalam sehari,” ungkap Budiharta. 

Di samping itu, juga terdapat penerbangan transit melalui Bandara Soekarta-Hatta yang jumlahnya mencapai 10x penerbangan sehari.

Menurut Budiharta, dengan adanya penerbangan langsung dan diberlakukan QR Cross Border antara Indonesia dengan Malaysia maka potensi dan peluang kunjungan wisatawan dari Malaysia ke Yogyakarta seharusnya bisa ditingkatkan.

Berdasarkan QR Cross Border dan penerbangan langsung tersebut, Kepala KPwBI DIY memberikan “tantangan” kepada Jonathan dan Tim untuk menyusun paper singkat yang dapat menjelaskan strategi dan upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan Malaysia ke Yogyakarta atau DIY dan sekitarnya. Penulisan paper tersebut dibimbing oleh Y. Sri Susilo dan Budiharto Setyawan.

Jonathan EW & Tim Peneliti Mahasiswa FBE UAJY

“Daya tarik pariwisata DIY dapat ditingkatkan melalui berbagai paket program yang menarik bagi wisatawan dari Malaysia,” jelas Jonatan.

Menurut Jonatan, paket wisata yang dibuat harus mengakomodasi selera atau cita rasa serta daya beli wisatawan Malaysia. Berdasarkan dari beberapa hasil riset, wisatawan Malaysia tertarik pada bangunan cagar budaya (heritage) dan relatif sensitif terhadap perubahan harga. Selanjutnya destinasi wisata di Yogyakarta harus didukung dengan infrastruktur yang dapat menggunakan QR Cross Border dalam transaksi ritel.

“Jika perlu diberikan insentif bagi wisatawan Malaysia yang bertransaksi menggunakan QR Cross Border,” usul Jonatan dalam paparan materi diskusi.

“Paket wisata memang harus disusun berdasarkan selera, preferensi dan daya beli (calon) wisatawan,” ujar Bobby Ardyanto dalam sesi pembahasan mewakili anggota GIPI DIY.

Bobby menjelaskan wisatawan Malaysia kurang suka makanan yang manis, seperti Bakpia dan Gudeg dan mereka lebih menyukai makanan yang masih panas sebelum disantap. Di samping itu, mereka cenderung lebih memilih hotel bintang 3-4. Menurut Bobby, wisatawan Malaysia juga mengeluh terhadap tiket masuk di Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang mereka anggap mahal.

“Intinya pelaku industri wisata harus mengetahui, memahami dan melayani keinginan wisatawan yang berkunjung DIY,” tegas Bobby.

Budiharta Setyawan pun mengapresiasi Jonatan dan tim yang telah menjawab tantangan dalam paper yang cukup baik. “Dengan segala kelebihan dan kekurangan saya memberikan apresiasi,” ujarnya. Y Sri Susilo menambahkan bahwa paper akan segera direvisi berdasarkan masukan peserta diskusi, baik dari GIPI DIY dan KPwBI DIY.  (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments