Monday, April 29, 2024
No menu items!
spot_img
HomeInternasionalIni Khotbah Paus Fransiskus pada Misa Requiem Paus Emiritus Benediktus XVI

Ini Khotbah Paus Fransiskus pada Misa Requiem Paus Emiritus Benediktus XVI

Roma, benang.id – Paus Fransiskus saat memimpin Misa Requiem Paus Emiritus Benediktus XVI juga menyampaikan langsung homili atau khotbahnya di hadapan 80 ribuan umat yang memadati Lapangan Basilika St Petrus, Vatikan, Kamis (5/1/2023).

Agar umat dapat mengikuti homili yang disampaikan Paus Fransiskus, Romo Markus Solo Kewuta SVD (Padre Marco) secara khusus mengalihbahasakan khotbah Paus Fransiskus yang disampaikan dalam bahasa Itaia ke dalam bahasa Indonesia, seperti berikut ini.

Khotbah Paus Fransiskus merujuk kepada bacaan injil pada hari ini (5/1/2023).

Yang diambil dari Injil Lukas pasal 23 ayat 39-46 tentang kematian Yesus di Golgota.

“Ya Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Ini adalah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Nafas terakhirnya seolah-olah merangkum seluruh hidup-Nya. Penyerahan diri tanpa henti ke tangan Bapa-Nya. Tangan-Nya adalah pengampunan dan kasih sayang, penyembuhan dan belas kasihan, pengurapan dan berkat yang juga menuntun-Nya untuk mempercayakan diri-Nya ke tangan saudara-saudari-Nya. Tuhan, dengan keterbukaan kepada setiap pribadi  dan kisah mereka yang Dia temui di sepanjang jalan  

Membiarkan diri-Nya dibentuk oleh kehendak Bapa. Dia memikul semua konsekuensi dan kesulitan oleh karena injil bahkan sampai melihat tangan-Nya tertusuk, demi cinta.

Lihatlah tangan-Ku, kata-Nya kepada Thomas. Injil Yohanes pasal 20 ayat 27. Dan juga kepada masing-masing kita Lihatlah tangan-Ku tangan-tangan tertusuk yang terus menerus menjangkau kita, mengundang kita untuk mengenali kasih  Allah bagi kita dan mempercayai-Nya.

Peti jenazah Paus Benediktus XVI yang sederhana. Foto: tangkapan layar Youtube

Bapa ke dalam tangan-Mu Aku menyerahkan roh-Ku. Inilah ajakan dan program hidup yang diam-diam Dia ilhamkan dalam diri kita. Seperti seorang pembuat tembikar (bandingkan Yesaya 29 ayat 16) Ia ingin membentuk hati setiap gembala hingga selaras seperti hati Yesus Kristus. Selaras dengan pengabdian penuh syukur, dalam pelayanan kepada Tuhan dan umat-Nya, sebuah pelayanan yang lahir dari ucapan syukur atas anugerah dari kemurahan hati. Kamu milik-Ku, kamu milik mereka. Tuhan berbisik: kamu berada di bawah perlindungan tangan-Ku. Engkau berada di bawah perlindungan hatik-Ku. Tetaplah di tangan-Ku dan berikan kepada-Ku tanganmu.

Di sini kita melihat kerendahan hati dan kerendahan Tuhan yang siap untuk mempercayakan diri-Nya ke tangan murid-murid-Nya yang lemah. Sehingga mereka dapat memberi makan kepada umat-Nya dan berkata bersama-Nya: Ambillah dan makanlah, ambillah dan minumlah, karena ini adalah tubuh-Ku yang diserahkan bagi-Mu.

Jenazah Paus Emiritus Benediktus XVI diangkat menuju Katakombe. Foto: tangkapan layar youtube

Sinkatabasis total dari Tuhan. Sinkatabasis adalah sebuah kata bahasa Yunani  yang berarti berlangkah ke bawah bersama-sama. Selaras dengan devosi yang penuh doa, devosi yang diam-diam dibentuk dan disempurnakan di tengah tantangan dan perlawanan yang dihadapi setiap gembala dalam mempercayai ketaatan pada perintah Tuhan untuk memberi makan kepada kawanannya. Seperti guru, seorang gembala memikul beban perantaraan dan tekanan dalam mengurapi umatnya, terutama dalam situasi dimana kebaikan harus berjuang untuk menang dan martabat saudara –saudari terancam. Di dalam permohonan ini, Tuhan diam-diam menganugerahkan roh kelemahlembutan yang siap untuk memahami, menerima, berharap dan mengambil risiko terlepas dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi.

Paus Emiritus Benediktus XVI
Paus Emiritus Benediktus XVI. Foto: tangkapan layar youtube Padre Marco

Itu adalah sumber kesuburan yang tak terlihat dan sulit dipahami, yang lahir dari pengenalannya terhadap Dia yang telah dia andalkan. Kepercayaan itu sendiri lahir dari doa dan adorasi. Mampu membedakan apa yang diharapkan  dari seorang gembala dan membentuk hati dan keputusannya sesuai dengan waktu yang baik dari Tuhan. Memberi makan berarti mencintai. Dan mencintai juga berarti menjadi siap menderita. Mengasihi berarti memberi kepada  domba apa yang benar-benar baik memelihara kebenaran Allah, firman Allah, memelihara kehadiran-Nya.

Selaras pula dalam devosi yang ditopang oleh penghiburan roh yang selalu mendahului gembala dalam misinya. Dalam usahanya yang penuh semangat untuk mengkomunikasikan keindahan dan kegembiraan injil. Dalam kesaksian yang berbuah dari semua orang, seperti Maria dalam banyak hal berdiri di kaki salib. Dalam ketenangan yang menyakitkan namun tabah, tidak menyerang atau memaksa, dalam pengharapan yang kuat namun tetap sabar, bahwa Tuhan akan setia pada janji-Nya, janji yang Dia buat kepada nenek moyang kita dan kepada keturunan mereka selamanya. Berpegang teguh pada kata-kata terakhir Tuhan dan kesaksian sepanjang hidup-Nya, kita juga sebagai komunitas gerejawi ingin mengikuti jejaknya dan menyerahkan saudara kita ke tangan Bapa.

Paus Fransiskus saat homili pada Misa Requiem Paus Emiritus Benediktus XVI. Foto: tangkapan layar youtube

Semoga tangan-tangan yang penuh belas kasih itu menemukan pelitanya menyala dengan minyak injil yang ia sebarkan dan bersaksi sepanjang hidupnya.

Pada akhir regula pastoralnya, Santo Gregorius Agung mendesak sahabatnya untuk memberikan pendampingan rohani kepadanya. Di tengah badai kehidupan saya, hiburlah saya dengan pengharapan. Saya mohon apungkanlah saya di atas air dengan papan doa-Mu, dan ketika beban kesalahan saya sendiri menenggelamkan dan menelantarkan saya, angkatlah saya, dan pinjamkan kepada saya amal kebaikan-Mu yang mengangkat saya kembali.

Di sini kita melihat pengakuan seorang gembala yang tidak dapat memikul sendiri apa yang sebenarnya tidak dapat dia pikul sendirian. Dan dengan demikian membutuhkan doa dan perhatian dari orang-orang yang dipercayakan kepadanya.

Paus Emiritus Benediktus XVI.
Paus Emiritus Benediktus XVI. Foto: tangkapan layar youtube Padre Marco

Umat Allah yang setia berkumpul di sini. Sekarang mendampingi kehidupan dia, yang pernah menjadi gembala mereka dan mempercayakannya kepada Tuhan. Seperti para wanita di makam Yesus, kita juga berada di sini dengan mewangian syukur dan balsam harapan untuk sekali lagi menunjukkan kepadanya kasih yang tidak akan berkesudahan. Kita ingin melakukan ini dengan pengurapan, dan kebijakan yang sama dengan kepekaan dan pengabdian yang sama, yang dia berikan kepada kita selama bertahun-tahun. Bersama-sama kita ingin mengatakan, Bapa ke dalam tangan-Mu kami serahkan rohnya.

Benediktus, sahabat setia dari mempelai laki-laki, semoga suka citamu sempurna, ketika engkau akhirnya mendengar suara-Nya, dan engkau dengar untuk selama-lamanya. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments