Thursday, May 9, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalPancasila Landasan Keeratan Bangsa Hadapi Perbedaan

Pancasila Landasan Keeratan Bangsa Hadapi Perbedaan

Yogyakarta, benang.id –  Semua ajaran agama memiliki konsep dalam mencintai atau menghormati sesama, begitu pula Pancasila. Pancasila ada sebagai landasan dari keeratan suatu bangsa dalam menghadapi perbedaan. Sila pertama mendasari keempat sila lainnya sebagai bentuk cinta kasih dan penghormatan terhadap sesama.

Demikian dikemukakan Dr E Imma Indra Dewi W SH MHum, Dosen Fakultas Hukum UAJY dalam acara Wawan Hati sebagai Momen Peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2023 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

“Pancasila itu adalah lem perekat bangsa paling kuat,” tegas Imma, dalam acara yang berlangsung di Student Center Lt. 3 Gedung Slamet Rijadi bertema “Implementasi Pancasila dan Agama dalam Konteks Budaya Nusantara”.

Acara yang menghadirkan enam narasumber ini terbagi menjadi beberapa sesi, dengan setiap pergantian sesinya diisi dengan penampilan drama, musikalisasi puisi, maupun tarian-tarian daerah dari Mahasiswa ataupun Komunitas UAJY.

Narasumber selanjutnya yaitu H Jazilus Sakhok MA PhD, selaku Dekan Fakultas Dirasah Islamiyah UNUY menerangkan kembali mengenai nilai-nilai agama dan budaya disatukan dalam Pancasila.

“Agama itu nilai, nilai untuk individu supaya lebih baik,” ungkap Jazilus.

Pancasila menurutnya sebagai nilai kehidupan bernegara. Perbedaan telah dijelaskan antara agama, Pancasila, dan bagaimana kaitannya dengan kebudayaan, sehingga kesatuan terlihat. Generasi bangsa harus mengetahui bahwa tidak dapat memilih satu dalam suatu komponen kesatuan karena akan menimbulkan perpecahan.

Acara Wawan Hati sebagai Momen Peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2023 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Foto: Humas UAJY

Cindy Claresta Rendyna, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY sekaligus Mahasiswa Berprestasi UAJY 2023. Cindy membuka pemaparannya dengan mengambil konteks nyata terhadap tatanan sosial bangsa saat ini.

“Kita dapat melihat banyaknya tatanan kelas sosial, ada yang merasa lebih tinggi ada yang merasa lebih rendah,” ungkap Cindy.

Kontemplasi perlu dilakukan segenap bangsa mengingat kaum mayoritas dapat berkuasa dan masih turut membungkam kaum minoritas. Pandangan Cindy akan hal tersebut benar adanya bahwa, tidak dapat dikatakan segenap bangsa telah bersatu. Terlebih lagi di situasi sekarang yang masih banyak terjadi konflik-konflik sosial.

Narasumber keempat, Refansius Aldo Nabi, Mahasiswa Sistem Informasi UAJY menambahkan ajakan dan semangat untuk pelestarian negeri. Lestari dalam sisi kebudayaan, sikap perjuangan, dan semangat persatuan.

“Untuk itu, saya mengajak kita semua untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebanggaan kita Gebyar-gebyar,” ajakan Refan.

Sesi terakhir sebagai penutup diisi oleh Dr Aloysius Budi Purnomo Pr, seorang Budayawan dan Dr G Sri Nurhartanto SH LLM, Rektor UAJY.

Rm Aloys Budi memvisualisasikan kehadiran Pancasila dalam lantunan nada, dari salah satu produk kebudayaan yakni alat musik saxophone.

“Kalau dipersatukan dalam kesatuan meskipun berbeda-beda, lalu dengan bahagia dihembusi nafas yang membuat kita hidup,” jelas Rm Budi yang langsung mempraktekkan lantunan nada.

Rektor UAJY mengajak segenap peserta untuk menghayati lagu kebangsaan Dari Sabang Sampai Merauke. Mengingatkan kembali keberagaman budaya yang melimpah dimiliki oleh Indonesia dan sepatutnya dilestarikan dengan tetap mengamalkan nilai Pancasila.

Sri Nurharhanto mengajak generasi muda untuk menjauhi isu-isu politik pemecah bangsa seperti politik identitas. Materi yang telah disampaikan oleh seluruh narasumber Wawan Hati diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi peserta dan masyarakat. Kelahiran Pancasila mampu menumbuhkan semangat dan motivasi segenap bangsa untuk menjaga kesatuan negara Indonesia agar semakin kuat ke depannya. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments